Nilai moral dalam cerpen 'mencari cahaya'

Isna Fajriyati, Aulia Maula Abdian, Siti Risamawarni,
Kharisma Nurfadhila, Kurnia Ferra Addini. PBSI

Immanuel Kant mendefinisikan moralitas sebagai konsistensi sikap dan keyakinan kita dengan standar atau aturan internal, yaitu apa yang kita anggap sebagai kewajiban kita. Pengertian moralitas adalah cerminan dari karakter, tidak semua orang yang bermoral memiliki rutinitas yang baik. Karena yang dimaksud dengan “orang yang bermoral” bukan hanya tentang perilakunya, tetapi juga tentang orang yang melakukannya, tentang sikap moral dan karakternya, maka penilaian terhadap baik atau buruknya seseorang cenderung dilihat dari perilakunya atau hasil dari perbuatannya.

Nilai moral adalah prinsip atau standar yang digunakan untuk menentukan benar dan salah dalam perilaku dan keputusan seseorang atau sekelompok orang. Nilai-nilai moral dapat bervariasi dari individu ke individu, dan juga dapat bervariasi dari satu kelompok atau masyarakat ke kelompok lain. Beberapa contoh nilai moral yang umum adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebaikan dan tanggung jawab. Selain itu, nilai moral juga sering dikaitkan dengan agama atau kepercayaan, meskipun nilai moral juga bisa berasal dari sumber lain, seperti filsafat atau norma sosial. Nilai moral secara universal adalah prinsip atau standar yang diakui oleh banyak orang di seluruh dunia sebagai dasar perilaku yang baik dan benar. Nilai-nilai moral universal ini tidak terikat pada agama atau budaya tertentu, tetapi merupakan nilai-nilai yang diakui oleh banyak orang di seluruh dunia sebagai standar perilaku yang baik. Nilai-nilai moral ini membantu seseorang untuk memahami bagaimana menjalani kehidupan yang baik dan bertanggung jawab sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Bentuk nilai moral dalam cerpen Mencari Cahaya Karya Indarka PP.
a. Hubungan manusia dengan Tuhan
Nurgiyanto (2015: 446) menyatakan bahwa adanya unsur religi dalam sebuah karya sastra disebabkan oleh adanya karya sastra itu sendiri. Karya sastra itu sendiri tumbuh dan berkembang dari sesuatu yang religius. Awal dari semua sastra adalah religius, dan religius lebih dari aspek formal atau resmi, tetapi agama yang lebih dalam dan lebih luas. Nilai moral religius sendiri sangat mendukung fitrah manusia, hati nurani, martabat manusia dan kebebasan individu.

Sikap manusia terhadap Tuhan tercermin pada individu yang melihat kehidupan dengan segala permasalahannya. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah melalui doa atau bentuk lain yang menunjukkan hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa untuk meminta petunjuk, pertolongan atau sebagai rasa syukur. (Nurgiyantoro, 2015: 446)

Salah satu nilai moral yang terdapat dalam cerpen Pencari Cahaya adalah kepercayaan, berikut adalah contoh kepercayaan yang terdapat pada cerpen Pencari Cahaya.

Hubungan khusus adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Manusia sebagai makhluk yang tidak dapat dipisahkan dari Sang Pencipta. Manusia membutuhkan perlindungan untuk menghadapi masalah. Dalam hati nurani, hubungan antara manusia dan Tuhan selalu lebih besar dibandingkan dengan makhluk lain, meskipun manusia dan Pencipta terkadang tampak berbeda. Ketuhanan adalah bentuk keyakinan manusia bahwa Tuhan itu ada dan bahwa Tuhan itu maha besar. Ketuhanan adalah istilah penting yang menggambarkan hubungan seseorang dengan Sang Pencipta. Yefni (2014:45-46)

“Seraya melayangkan tubuh di dekat sumber cahaya, sesekali aku mencuri pandang perihal apa yang orang-orang ini lakukan. Setiap kali laki-laki yang paling depan bergerak, pastilah orang-orang di belakangnya meniru dengan saksama. Hingga akhirnya laki-laki itu membalikan badan, menghadap para pengikutnya-begitulah kini aku menyebut mereka. Kemudia ia mulai menyampaikan banyak hal dengan pelan dan tenang, disertai lantunan-lantunan syair. Pengikutnya pun serentak menandaskan dengan ucapan, “Aamiin”, dan, “Aamiin”, dan sekali lagi, “Amiin”.”

Perilaku setiap orang terhadap Tuhannya tercermin dalam kehidupan setiap individu dengan permasalahannya. Perbuatan manusia dalam mewujudkan kehidupannya tidak lepas dari Tuhan, karena Tuhan adalah pencipta alam dan pencipta seluruh alam, termasuk makhluk hidup. Hubungan manusia dengan Tuhan dapat diwujudkan melalui doa atau meminta petunjuk atau pertolongan sebagai bentuk rasa syukur untuk menunjukkan hubungan yang vertikal.

b. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain
Hubungan antara satu orang dengan orang lain mengacu pada hubungan sosial. Hubungan ini disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan bantuan dan tidak dapat hidup sendiri. Pada dasarnya manusia selalu menjalani kehidupannya secara berkelompok atau bermasyarakat. Namun, tidak jarang muncul berbagai masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Masalah-masalah tersebut biasanya disebabkan perbedaan pendapat dan sifat setiap individu yang berbeda. Masalah yang biasa terjadi pada setiap kelompok orang dapat berupa masalah baik atau masalah buruk. Oleh karena itu, masalah sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. (Nurgiyanto, 2009)

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, ketegangan sering muncul dalam hubungan antar manusia. Permasalahan kehidupan manusia dengan lingkungannya dapat bersifat positif maupun negatif. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.

“Kedua orang di bawahku kini saling berhadapan. Mereka bertaut pandang, lalu berpelukan.”

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa manusia membutuhkan orang lain yaitu untuk memenuhi hasrat nafsunya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa manusia sangat membutuhkan peran dari orang lain. Namun hal ini termasuk ke dalam hal yang negatif karena perbuatan tersebut termasuk zina.

c. Hubungan Manusia dengan Diri sendiri
Ajaran moral berlaku bagi individu dengan sikap yang berbeda-beda. Nurgiyantoro (2015:443) menyatakan bahwa masalah manusia dengan diri terdiri dari berbagai jenis dan tingkat internalisasi. Hal ini tidak terlepas dari kaitannya dengan masalah hubungan manusia dengan Tuhan. Ini bisa merujuk pada hal-hal seperti keikhlasan, kesabaran, tanggung jawab dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pikiran dan psikologi. Dapat dikatakan bahwa sastra pada dasarnya erat kaitannya dengan agama, sosial, dan individu. Seperti disebutkan di atas, hal-hal dalam sastra selalu datang dengan masalah.

aku melayang-layang demi menebus kesalahan. Tanpa kusadari, ternyata di bawahku ada seorang laki-laki yang terduduk di sebuah kursi roda. Saat melihatnya hanya mematung dan tak berbuat apa-apa, aku berpikir laki-laki itu tak bakal membuatku terganggu, begitu pula sebaliknya.

Seorang laki-laki yang terduduk di kursi roda sebenarnya mengetahui pasangannya bermesraan dengan pria lain tetapi ia memilih untuk diam mematung serta tidak berbuat apa-apa. Sikap yang dilakukan laki-laki yang terduduk di kursi roda itu menunjukkan bahwa ia sedang menahan emosi.

Daftar Pustaka
Anggraini, L. (2017, October). INTERAKSI SOSIAL TOKOH PADA KUMPULAN CERPEN KETIKA MAS GAGAH PERGI KARYA HELVY TIANA ROSA. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 1, No. 1).

Sapdiani, R., Maesaroh, I., Pirmansyah, P., & Firmansyah, D. (2018). Analisis struktural dan nilai moral dalam cerpen “kembang gunung kapur” karya hasta indriyana. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia) , 1 (2), 101-114.