Salah satu pengalaman pribadi yang tidak pernah saya lupakan terjadi di tahun 2022, saat saya masih duduk di bangku kelas 11 SMK. Saat itu, adalah hari pertama saya mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS). Seperti biasa, saya berangkat pagi menggunakan sepeda motor. Di benak saya hanya ada satu pikiran, yaitu bagaimana caranya agar tidak terlambat. Namun, perjalanan saya yang biasanya tenang berubah drastis akibat sebuah kecelakaan yang saya alami. Meski terluka, saya tetap memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah. Pikiran saya waktu itu hanya satu, yaitu saya harus sampai di sekolah dan mengikuti Ujian Tengah Semester. Apalagi, waktu itu sudah mepet waktu masuk sekolah.
Mungkin bagi sebagian orang, kejadian seperti ini bisa menjadi alasan yang cukup untuk absen atau mengikuti ujian susulan. Namun, melewatkan Ujian Tengah Semester (UTS) bukanlah sebuah pilihan bagi saya saat itu. Di beberapa kejadian, kita terkadang merasa bahwa semangat untuk menyelesaikan tanggung jawab terasa lebih besar daripada rasa sakit yang sedang kita alami. Kecelakaan itu tidak hanya menguji ketangguhan fisik saya, tetapi juga mental saya untuk tetap fokus pada tujuan apa yang harus saya capai.
Suasana pagi itu terlihat masih sangat normal. Lalu lintas tidak terlalu ramai, dan saya merasa hari itu akan berjalan lancar. Seperti biasa, saya berangkat ke sekolah naik sepeda motor. Namun, karena sudah mepet waktu masuk, saya sedikit mempercepat laju motor agar bisa sampai di sekolah dengan tepat waktu. Saya tidak ingin terlambat masuk sekolah, apalagi di hari penting seperti Ujian Tengah Semester (UTS). Di tengah perjalanan, saya berada di jalan lintas Sumatera, tepatnya dekat PT Great Giant Food di Terbanggi Besar, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Salah satu jalan yang cukup sibuk dan rawan kecelakaan. Meskipun sudah terbiasa melewati jalur ini setiap berangkat sekolah, ada satu hal yang tidak pernah bisa saya prediksi, yaitu perilaku pengendara lain di jalan raya.
Saat saya sedang melaju di jalur kiri, tiba-tiba saya melihat sebuah bus besar yang melaju sangat cepat dari arah berlawanan. Bus tersebut berusaha menyalip sebuah truk besar dengan cara yang sangat berbahaya. Ketika bus itu menyalip, ia masuk ke jalur saya, memaksa saya untuk segera menepi ke pinggir jalan agar tidak bertabrakan. Dengan refleks, saya langsung keluar dari jalur aspal untuk menghindari bus yang melaju cepat tersebut. Namun, saat saya berusaha kembali ke jalan utama setelah berhasil menghindari bus tersebut, saya tidak menduga bahwa ada pengendara motor lain di belakang saya. Mereka menabrak saya dari belakang dengan kecepatan cukup tinggi. Motor saya terpental jauh ke tengah jalan raya, sementara saya sendiri terguling jauh ke jalan raya. Saat itu, semuanya terasa terjadi begitu cepat. Saya tidak punya waktu untuk menganalisis apa yang baru saja terjadi, dan rasa sakit mulai terasa di sekujur tubuh. Namun, yang aneh adalah saya tidak terlalu fokus pada luka-luka di tubuh saya. Satu-satunya hal yang ada di pikiran saya saat itu adalah bagaimana caranya saya tetap bisa sampai di sekolah dan mengikuti ujian.
Tidak lama setelah kejadian, seorang teman saya yang kebetulan lewat segera menghampiri. Dia terkejut melihat saya terjatuh di pinggir jalan, tetapi setelah mendengar cerita singkat dari saya, dia membantu saya untuk membawa motor ke rumah. Kami sepakat untuk tidak terlalu lama di tempat kejadian dan segera mengantar motor saya pulang ke rumah, lalu saya dibonceng teman saya untuk melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Pikiran saya masih terfokus pada ujian yang harus segera saya kerjakan.
Sesampainya di sekolah, ternyata ujian sudah dimulai. Saya sempat panik, tetapi saya langsung menemui pengawas ujian dan menjelaskan bahwa saya baru saja mengalami kecelakaan. Syukurlah, pengawas ujian mengizinkan saya untuk tetap mengikuti ujian meskipun terlambat. Saya merasa sangat lega dan bersyukur bisa mengikuti ujian tanpa harus menjadwal ulang atau ikut ujian susulan.
Setelah saya selesai mengerjakan ujian, saya segera menghubungi ibu saya yang sedang bekerja. Ibu saya sangat kaget dan khawatir setelah mendengar saya mengalami kecelakaan, tetapi saya meyakinkan beliau bahwa saya baik- baik saja dan baru saja menyelesaikan ujian. Momen itu sangat berarti, karena saya merasa mendapat dukungan dan kasih sayang lebih dari orang tua meskipun dalam keadaan sulit.
Sepulang sekolah, ibu saya datang menjemput saya ke sekolah. Saat itu, badan saya sudah mulai merasakan efek dari kecelakaan yang saya alami. Kaki kanan saya terasa sangat sakit, dan setiap langkah terasa sulit. Saya menyadari bahwa kaki saya terkilir akibat benturan saat terjatuh tadi pagi. Meskipun demikian, saya masih bisa berjalan meskipun tidak dengan lancar. Di sore hariny, ibu saya langsung membawa saya ke tukang urut untuk mengobati kondisi kaki saya. Untungnya, kondisi saya tidak terlalu parah, rasa sakit di kaki saya perlahan mereda setelah tiga hari kejadian.
Namun, yang membuat saya merasa sedikit khawatir adalah nasib pengendara motor yang menabrak saya. Dari informasi yang saya dapatkan, salah satu dari mereka mengalami cedera yang cukup parah. Jari dari salah satu pengendara patah akibat benturan, dan saat kejadian mereka harus segera mendapatkan perawatan. Hingga hari ini, mereka tidak pernah tahu bahwa sayalah yang mereka tabrak di hari itu. Saat itu saya langsung meninggalkan tempat kejadian setelah kecelakaan terjadi, jadi mereka mungkin tidak sempat mengenali saya. Mereka pasti fokus pada kondisi mereka sendiri setelah insiden tersebut.
Meski saya sempat merasakan kesal pada pengendara motor yang menabrak saya, saya juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Segala sesuatu bisa terjadi dengan sangat cepat. Mungkin mereka juga tidak menduga bahwa saya akan keluar dari jalur dan mereka tidak punya cukup waktu untuk menghindari tabrakan. Tapi yang pasti, saya sangat bersyukur bahwa saya tidak mengalami cedera yang lebih parah.
Kecelakaan ini banyak meninggalkan luka di dalam diri saya, baik secara fisik maupun mental. Selain rasa sakit yang saya alami, rasa trauma muncul setiap kali saya harus melewati jalan tersebut. Setiap kali melihat bus besar melintas dengan kecepatan tinggi, rasa was was selalu menghampiri. Namun, saya tetap bersyukur bahwa saya bisa melalui kejadian tersebut tanpa cidera yang lebih serius.
Dari pengalaman pribadi saya, mengajarkan bahwa dalam situasi apapun, kita harus tetap kuat dan tegar. Musibah bisa datang kapan saja tanpa kita duga, tetapi yang terpenting adalah bagaimana cara kita untuk menyikapinya. Saya juga semakin sadar akan pentingnya keselamatan di jalan raya. Tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Setiap tindakan yang kita lakukan di jalan raya bisa mempengaruhi keselamatan orang lain, dan itulah sebabnya kita harus selalu waspada. Saya juga berharap kepada para pengemudi, terutama supir bus, bisa lebih berhati-hati dalam berkendara. Jalan raya bukan tempat untuk kebut-kebutan. Nyawa dan keselamatan semua orang ada di tangan mereka. Semoga kejadian seperti yang saya alami tidak terulang lagi, dan kita semua bisa selalu selamat dalam setiap perjalanan.
Pada akhirnya, pengalaman ini mengajarkan saya satu hal penting, yaitu apapun yang terjadi, kita harus tetap maju. Musibah, rasa sakit, atau hambatan apapun seharusnya tidak membuat kita berhenti mencapai tujuan. Saya bangga pada diri saya karena tetap bisa menyelesaikan ujian meskipun sedang berada dalam kondisi yang tidak baik. Luka fisik mungkin akan sembuh dengan waktu, tetapi keteguhan dan mental yang kuat adalah pelajaran yang akan saya bawa seumur hidup.