Hai perkenalkan, ini aku dan kisahku tentang bagaimana aku bisa berdiri di sini sekarang. Kata orang-orang penyesalan itu selalu datang belakangan dan ternyata itu benar adanya. Aku pernah mendengar jika mimpi memiliki kompas, kemana ia akan mengarah? Kupikir mimpiku tidak memilikinya. Aku, remaja labil yang tiap minggu mempunyai mimpi baru, yang tidak mengerti apa sebenarnya yang diri ini mau. Hingga akhirnya aku dipaksa oleh waktu untuk memilih persimpangan mana yang akan ku tuju.
Ini diawali ketika aku duduk di bangku kelas 12, kawan-kawanku sudah heboh membicarakan tempat dimana mereka akan melanjutkan belajar dan menimba ilmu. Sedangkan yang aku lakukan adalah bergelut dalam pikiran. Alhamdulillah aku termasuk siswa eigibel yang dinyatakan layak mendaftar SNMPTN, jalur masuk kuliah yang amat ku inginkan. Satu hari sebelum pendaftaran SNMPTN ditutup, kuputuskan mengambil salah satu jurusan di universitas yang kudambakan setelah berpikir begitu dalam. Saking dalamnya jiwa dan ragaku menjadi lelah hanya dengan memikirkannya.
Salahku adalah terlalu percaya diri dengan merasa puas dan cukup. Aku jarang sekali menyentuh buku-buku itu. Buku-buku yang seharusnya menjadi makanan wajibku. Hingga akhirnya hari itu tiba. Ketika sebuah kalimat “ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI SNMPTN 2021” menyadarkanku. Aku tak menangis tapi hati ini serasa teriris.
Tak apa, ini bukan akhir segalanya. SBMPTN. Aku masih bisa memperjuangkannya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Semangatku menyulut dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ah, tapi naasnya hal itu tak bertahan lama. Raga ini mulai digerogiti oleh sebuah rasa yang haram dimiliki manusia yang bercita-cita masuk perguruan tinggi impiannya. MALAS. Kalau bisa besok kemana harus hari ini? Wah aku benci sekali mengetik ini.
Pagi itu, tepat setelah aku memunaikan sholat subuh. Aku diantar oleh orangtuaku menuju tempat pelaksanaan ujian. Perjalanan itu memakan waktu hampir dua jam. Yang paling kuingat waktu menapakkan kaki di ruang ujian adalah dingin. Pikirannku bertanya “15°C kali ya?”. Ditambah dengan kursi yang akan berdecit walau aku hanya bergerak sedikit. Sensitif sekali. Keluar dari ruangan, tubuhku terasa ringan, beban itu serasa melayang. Celakanya itu tak bertahan lama, aku kembali didatangi kalimat “ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI SBMPTN 2021”.
Tak sampai situ, aku mendaftar seleksi mandiri di PTN impianku dan PTN tempat sekarang aku menimba ilmu. Tepat satu hari dari hari seharusnya aku melaksakan ujian mandiri di unversitas yang kumau, aku dinyatakan positif Covid-19. Waktu itu bagiku hidup begitu lucu. Aku sudah mempersiapkan segalanya, jauh lebih siap dari sebelumnya. Belajar pagi hingga malam. Belum mencoba saja aku sudah tidak bisa. Aku kalut.
Kucoba berdiri kembali. Menata puzzle-puzzle mimpi lagi. Ini bukan akhir dunia jadi tetaplah tertawa walau sedikit dipaksa. Aku kembali mengerjakan ujian. Bedanya ujian kali ini dilakukan secara online, boleh dari rumah. Jadi walau sakit aku boleh mengikutnya. Aku tak merasa maksimal dalam mengerjakannya. Pusing. Padahal aku bisa lebih dari itu. Tapi tak kusangka hasilnya berbeda dari yang sebelumnya. Kutemukan kata selamat yang disertai dengan tanda seru. Langsung kuteriakkan ke seluruh sudut rumah. Alhamdulillah terus ku komat-kamitkan. Allah Maha Besar, percayalah!!!
Note : Untuk kamu yang sedang berjuang, tak apa gagal. Kalau kamu gagal 99 kali bangkitlah 100.
Salam hangat dari aku yang menunggu cerita suksesmu