Motor Baru Membuat Luka Baru
Hai aku Tika. Aku ingin menceritakan kejadian empat tahun yang lalu. Kejadian yang begitu meresahkan dan tak terlupakan. Tentang aku yang keras kepala. Di cerita ini aku harap bagi yang membaca bisa mengambil hal yang positifnya saja.
‘Kringgggg’ pagi telah tiba. Jam menunjukkan pukul 06.00. Waktunya aku bangun dari kasur. Tak tahu kenapa hati ini sangat gembira. Kemudian aku melakukan aktivitas rutin setelah bangun tidur seperti membersihkan kamar, membersihkan badan, dan kemudian sarapan. Waktu sarapan aku senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Kalian tahu kenapa? ya karena dibelikan motor baru. hehe. Sedikit sombong tapi tidak apa lah ya. Kebetulan hari itu adalah hari ke 40 meninggalnya nenekku. Biasanya pada hari tersebut, malamnya mengadakan tahlilan atau hajatan. Tentunya sebelum acara tersebut, dipagi hari ibuku dan saudara ibuku memasak beramai ramai. Aku sebagai perempuan disuruh kakakku pergi ke pasar bersama tetangga yang umurnya sudah tua sekitar 60 tahun lebih. Namanya Mbah Nur. Sebelumnya aku mikir-mikir terlebih dahulu karena aku juga belum begitu lancar mengendarai motor, apalagi motor baruku yang terlalu besar untuk tubuh mungilku ini. Tapi tidak apa lah. Bismillah membonceng Mbah Nur. Aku tidak terbiasa memboncengkan orang yang duduknya miring. Tapi ya sudah lah. Demi apapun waktu dijalan badan aku gemetar. Bukan karna lapar tapi takut jatuh mencium aspal. Dan akhirnya pun tiba di parkiran pasar. Waktu aku ingin memarkirkan motor, Mbah Nur tidak mau turun dari motor dan aku kesusahan dong parkirnya. Ketika mau maju sedikit di depan ada 2 motor dan itu pun aku kewalahan. Tiba-tiba saja aku reflek memutar gas motor dengan penuh tekanan. Ya jelas nabrak motor yang di depan dong. Haduhh motor baruku. Astaga lupa kalau aku masih memboncengkan Mbah Nur. Aku tengok ke belakang, Mbah Nur sudah terjatuh dibawah. Ya Tuhan berdosa sekali aku ini. Kemudian buru-buru aku membantu embah berdiri dan untungnya tidak terluka hanya memar. Tak lupa akupun meminta maaf. Lalu kami berdua belanja sayuran, bumbu, dan buah-buahan. Dalam batinku "yaAllah nambah beban lagi’. Setibanya di parkiran, tiba-tiba tukang parkirnya bilang “hati hati ya dek kasihan nenekmu. Baru latihan naik motor ya?”. Aku hanya tersenyum melas. Merasa bersalah sekali aku.
Setelah sampai dirumah aku bersiap siap lagi karena mau bertemu pacar saya namanya Herpy.Tahun itu aku belum diizinkan untuk pacaran. Menurut ibu umurku masih terlalu dini untuk berpacaran karena masih SMP. Untungnya aku pacaran secara diam-diam. Ngga untung sih sebenarnya. Sebelum pergi tentunya meminta ijin dulu ke ibu. Izinnya pun tidak secara terang-terangan karena ingin bertemu pacar, tapi karena ada acara reuni. Dasar pembohong. Tapi ternyata tidak diizinkan juga, malah disuruh membantu memasak. Tapi aku bersikeras karena sudah janji dengan sang pacar. Kemudian aku buru-buru pergi dan tiba di rumah pacar saya. Maaf aku tidak akan menceritakan kegiatan pacaran ini karena malu. Tiba-tiba saja sudah sore, jam menunjukkan pukul 17.00. Sudah saatnya pulang. Ketika ingin pulang, aku ditelpon sama kakakku. Disuruh cepet pulang katanya. Karena jalanan tidak begitu ramai, aku mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Semua mobil yang di depanku pun juga sama dengan kecepatan tinggi. Dengan sangat tiba-tiba mobil tersebut berhenti secara mendadak. Kaget lah aku. Pas mau ngerem pun keburu nabrak mobilnya dan aku pun terjatuh. Banyak sekali orang-orang mendekat. Bukannya membantuku malah cuma melihat. Kemudian aku bangkit dan membereskan barang-barangku yang terhempas kemana-mana sembari menangis. Dan aku pun baru sadar kalau mobil yang aku tabrak, bagian belakangnya peyok parah. Kemudian yang punya keluar dari mobil. Mereka pun melihat aku nangis dan merasa kasihan. Lalu mereka bilang “sudah tidak apa-apa, ini salah saya karena ngerem mendadak. Tidak perlu ganti rugi kamu dek. Tadi ada mobil yang belok secara tiba-tiba. Sudah jangan nangis”. Kemudian aku berterimakasih dan meminta maaf kembali. Lalu aku menaiki motor dan melanjutkan perjalanan. Dijalan aku juga nangis karena motor baruku terluka juga. Spion pecah, lampunya mati, bagian depan juga lecet. Pasti kena marah orang rumah.
Waktu tiba dirumah kemudian aku menceritakan kejadian tersebut dan mereka kaget. Kalau ibu jelas marah. Tapi kakak saya bilang “tidak apa-apa yang penting kamu masih selamat”. Sejak itu aku baru sadar, dan aku menyesal karena sudah berbohong dan tidak mendengarkan pesan ibu. Dan aku janji tidak akan mengulangi lagi. Dari kejadian tersebut aku harap, bagi teman-teman saudara ataupun yang membaca, ingat dan dengar pesan orang tua. Kalau mereka bilang tidak ya jangan dilakukan. kemudian berhati-hatilah dalam berkendara nanti seperti aku. Yang rugi bukan hanya diri sendiri tapi juga bapak saya. Motor baru membuat luka baru. Motornya yang luka (lecet), saya pun juga terluka.