Morfem Suprasegmental Tidak Ditemui di Dalam Bahasa Indonesia, Lalu Bagaimana Contohnya di Dalam Bahasa Lain?

Seperti kita ketahui, bahwa morfem memiliki pelbagai jenis, morfem berdasarkan fonem yang membentuknya dibagi menjadi morfem segmental dan non segmental (yang mana morfem suprasegemantal termasuk dalam kategori morfem non segmental).

Sebelum kita membahas lebih mengerucut mengenai morfem suprasegmental dan contohnya, terlebih dahulu kita mengupas lebih lanjut mengenai apa itu morfem dan apa saja jenisnya?

Morfem_6
Sumber gambar: Wikipedia

Dalam pembentukan kata, tidak terlepas dengan yang namanya morfem. Morfem merupakan satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Kata satuan terkecil memiliki arti bahwa, sebuah morfem tidak bisa dibagi menjadi bagian lebih kecil lagi, atau dengan kata lain, apabila dipaksa untuk dibagi menjadi lebih kecil, maka akan kehilangan makna. Contohnya adalah bentuk menjual dapat dianalisis menjadi dua bentuk terkecil yaitu {me-} dan {jual}. Bentuk {me-} adalah sebuah morfem, yakni morfem afiks yang secara gramatikal memiliki sebuah makna, dan bentuk {jual} juga sebuah morfem, yakni morfem dasar yang secara leksikal memiliki makna. Akan tetapi jika bentuk jual dianalisis menjadi lebih kecil lagi, menjadi ju- dan al-, keduanya jelasakan kehilangan makna. Jadi , keduanya bukan morfem {Chaer, 2015: 13).

Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan pelbagai kriteria. Berdasarkan fonem yang membentuknya, morfem dibagi menjadi morfem segmental dan non segmental.

  • Morfem segmental adalah morfem yang berwujud bunyi dan dibentuk oleh fonem-fonem segmental dan semua unsurnya dapat didentifikasi pada garis dari kiri ke kanan. Contoh: {berhak}
  • Morfem non segmental adalah morfem yang perubahannya tidak teratur, misalkan dalam bahasa inggris: (untuk merubah kalimat menjadi jamak) foot jadi feet. (untuk mengidentifikasi kata lampau) hold jadi held atau come jadi came.

Kemudian, morfem suprasegmental sendiri ialah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur yang berupa gejala ucapan yang menonjol atau dominan ketika bunyi-bunyi ujaran dihasilkan, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Menariknya, di dalam bahasa Indonesia tidak terdapat morfem suprasegmental, contoh bahasa yang dapat ditemui morfem suprasegmental ialah bahasa Oaxaka (suatu bahasa Indian di Meksiko), dan bahasa Ngbaka di Kongo Utara.

Contoh dari morfem suprasegmental yang ditemui di dalam bahasa Oaxaxa misalnya, kata tkwi dengan nada tinggi berarti “engkau ceritera” dan tkwi dengan nada rendah berarti “ia ceritera”.

Selanjutnya, identifikasi lebih lanjut mengenai contoh morfem suprasegmental yang ditemui di dalam bahasa Ngbaka digambarkan pada tabel di bawah ini.
Morfem
Dapat kita lihat bahwa di dalam bahasa Ngbaka ini untuk mengungkapkan kalimat yang disertai petunjuk waktu digunakan berbagai simbol, contohnya simbol nada turun (ˋ) digunakan untuk mengungkapkan kalimat masa kini, kalimat masa lampau menggunakan nada datar (ˉ), kalimat masa nanti menggunakan nada turun naik (ˇ), dan untuk kalimat imperatif (perintah) menggunakan nada naik (ˊ).

Referensi:

Parera, J. D. (2007). Morfologi bahasa. Gramedia Pustaka Utama.

PRATAMA, D. C. (2019). KESALAHAN MORFOLOGIS PADA KARANGAN SISWA MTs IMAM AL GHOZALI PANJEREJO TULUNGAGUNG.

Rumilah, S., & Cahyani, I. (2020). STRUKTUR BAHASA; Pembentukan Kata dan Morfem sebagai Proses Morfemis dan Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 8(1), 70-87.

Suparno, D. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia.