Memang tak banyak dari kalangan wisatawan yang mengetahui latar belakang terbentuknya Pulau Kemaro. Padahal Pulau Komaro sendiri merupakan salah satu wisata yang berada didekat Sungai Musi.
Pulau Kemaro yang terletak tak jauh dari Jembatan Ampera yang mana tepat berada di antara Pabrik Pupuk Sriwijayamdan Sungain Gerong di pusat kota Palembang, Sumatera Selatan. Palembang yang dikenal dengan berbagai keunikan dan sejarah – sejarah peninggalanannya, menjadikan Provinsi Sumatera Selatan sebagai wilayah yang memiliki aset dan potensi yang dapat di kembangkan dengan baik dalam sektor pariwisata.
Salah satu wisata yang cukup banyak menarik minat wisatawan adalah wisata Pulau Kemaro. Pulau ini memiliki pesona alam yang indah dan identik dengan kebudayaan Tiongkok dan Tionghoa serta adat dan kebudayaan asli masyarakat Palembang.
Data tarik wisata sejarah yang berada di Pulau Kemoro berupa adanya peninggalan – peninggalan sejarah seperti Pagoda berlantai 9, Makam Putri Sriwijaya dll. Namun selain peninggalan – peninggalan tersebut salah satu objek yang menjadi daya tarik wisatawan yaitu dengan salah satu objek yaitu Pohon Cinta.
Sebelum membahas banyak mengenai Mitos tersebut alangkah baiknya kita mengetahui latar belakang terbentuknya Pulau Kemaro terlebih dahulu. Jika diambil dari logikanya Pulau ini terbentuk dari proses alam di Sungai Musi berpuluh tahun lampau, dimana tanah dan lumpur yang terbawa oleh aliran Sungai Musi akhirnya berkumpul di muara sungai dan membentuk pulau kemaro tepat di itik pertemuan antara air sungai dengam air laut.
Akan tetapi didalam Pulau Kemaro juga memiliki legenda yang menceritakan terbentuknya Pulau kemaro ini, yaitu Kisah cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah. Tan Bun An adalah seorang Saudagar Tiogkok dan Siti Fatimah merupahan putri Asli palembang. Tan Bun An yang jatuh cinta kepada Siti Fatimah akhirnya memboyiong sang pujaan hati ke Tiongkok untuk meminta restu kepada orang tua nya. Setelah mendapatkan restu Tan Bun An melangsungkan pernikahahannya dan ia mendapatkan hadian dari orang tuanya berupa tujuh buah guci besar .
Tan Bun An dan sang istri akhirnya berlayar kembali ke Palembang dengan membawa guci-guci yang telah di berikan oleh keluarganya. Saat masih di tengan perjalanan Tan Bun An yang merasa oenasaran akhirnya membuka salah satu guci tersebut. Ketika guci tersebut terbuka terkejutlah Tan Bun An dengan isinya, yang mana isi dari guci tersebut adalah sawi sawi asin. Tan Bun An yang merasa kecewa akhirnya melempar semua guci-guci ke dalam sungai Musi. Namun ketika ia iangin membuang guci ke tujuh, guci tersebut pecah dan terlihat isi sebenarnya yang ada di dalam guci. Tan Bun An yang merasa menyesal akhirnya terjun kedalam Sungai Musi untuk mengambil kembali guci-gucinya. Namun nasi sudah menja bubur dan guci 0- guci tersebut pun sudah tenggelam. Sang istri yang melihat suami dan para pengawal yang terjun kedalam Sungai Musi dan menunggu kemunculan mereka. Akan tetapi setelah di tunggu – tunggu seperti tidak ada tanda - tanda keberadaan manusia. Akhirnya sang istri pun ikut terjun menyusul sang suami dan para pengawalnya. Nah beberapa setelah kejadian ytersebut munculah Pulau kecil dimana teoat Tan Bn An dan Siti Fatimah terjun tersebut.
Kembali lagi ke topik pembahasan yaitu mengenai Mitos Pohon Cinta dan Ritualnya, Pohon Cinta merupakan objek wisata yang paling di minati banyang wisatawan. Di sebut pohon cinta karena di lambangkan sebagai cinta sejati. Hal tersebut di ambil dari kisah Tan Bun An dan Siti Fatimah. Mitosnya, jika ada pasangan yang mengukir nama mereka di pohon tersebut, maka hubungan mereka awet dan berlanjut sampai jenjang pernikahan. Selain mengukir nama di pohon tersebut, kebanyakan orang juga sengaja mengunjungi pulau kemaro hanya semata – mata mencari jodoh atau menemukan pasangan. Ritual seperti ini sudah kurang lebih dari ratusan tahun yang lalu.
Jadi terlepas apapun latar belakang dari terbentuknya pulau tersebut, kita sebagai generasi muda harus bisa menjaga kelestarian wisata tersebut dan memperkenalkan kejangkauan yang lebih luas.
`