Misteri Takdir Dua Tahun Terakhir

Assalamu’alaikum, salam kenal, kalian bisa memanggilku Mustika. Tulisan ini adalah karya pertamaku di mijil.id. Kali ini, aku ingin sedikit bercerita mengenai misteri takdir yang aku alami selama dua tahun terakhir. Aku menyebutnya misteri, karena memang takdir yang kujalani selama dua tahun terakhir adalah hal yang tidak kusangka akan terjadi. Aku akan memulai cerita ini dari pengumuman dimana aku dinyatakan sebagai salah satu peserta didik yang berhak untuk mendaftar SNMPTN di tahun 2020. Sejujurnya, aku baru memahami istilah SNMPTN, UTBK, dan UM tidak jauh dari pengumuman tersebut. Aku sangat bersyukur bisa memperoleh kesempatan untuk mendaftar SNMPTN saat itu, karena selama hampir tiga tahun duduk di bangku SMA, aku hanya menjalaninya seperti air mengalir. Kalian pasti mengerti apa yang aku maksud. Ya, aku seperti peserta didik pada umumnya yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain-main, belajar hanya ketika akan dilaksanakan ujian, dan tidak terlalu peduli jika harus mengerjakan remedi apalagi remedi matematika, fisika, dan kimia.

Singkatnya, setelah aku dinyatakan berhak mendaftar SNMPTN aku mencari informasi mengenai berbagai hal yang sekiranya menjadi penentu keberhasilan untuk diterima di PTN impian melalui jalur SNMPTN dan setelah mempertimbangkan berbagai hal selama beberapa hari, akhirnya aku yakin untuk memilih program studi statistika di UNS sebagai pilihan pertama dan program studi agroteknologi di UNS sebagai pilihan kedua di SNMPTN. Saat itu, banyak orang, termasuk guru les dan teman dekatku yang secara tidak langsung meremehkan aku, karena nilai tertinggi yang aku peroleh hanya pada nilai bahasa indonesia dan bahasa inggris. Aku akui memang aku lebih memahami bahasa indonesia dan bahasa inggris daripada mata pelajaran lain dan aku tidak menyalahkan mereka jika mereka menganggap aku tidak mungkin bisa lolos SNMPTN. Sebenarnya saat itu selain berharap bisa lolos SNMPTN, kakak dan ibuku menyuruhku belajar untuk mengikuti ujian seleksi masuk STAN. Saat itu, aku sering berdoa, seingatku seperti ini doanya, ”Ya Allah, jika memang yang terbaik untuk hamba adalah dengan berkuliah di UNS maka izinkan hamba untuk dapat lolos di salah satu program studi yang telah hamba pilih dan jangan biarkan hamba dapat mendaftar STAN di tahun ini sampai tahun-tahun setelahnya entah bagaimanapun caranya, namun jika yang terbaik bagi hamba ialah berkuliah di STAN maka permudahlah hamba untuk dapat lolos di seluruh tahap ujian seleksi masuknya.” Tahukah kamu apa yang terjadi? Masyaallah doaku itu dikabulkan, aku lolos SNMPTN di pilihan pertama yaitu pada program studi statistika di UNS, pendaftaran STAN pada tahun 2020 ditiadakan, dan kabarnya pada tahun 2021 ini pendaftaran STAN menggunakan nilai SBMPTN padahal menurut kebijakan yang berlaku peserta didik yang telah lolos SNMPTN pada tahun 2020 dan 2021 tidak diperkenankan mengikuti SBMPTN, jadi aku tidak bisa mengikuti pendaftaran STAN sesuai dengan doaku.

Sekarang aku menyadari satu hal, Allah adalah sebaik-baik pembuat rencana, Allah yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita, dan apabila kita yakin kepada kuasa-Nya ketika sedang memohon sesuatu, maka niscaya Allah akan mengabulkan permohonan kita. Kini, aku menjalani kehidupan perkuliahan sebagai mahasiswa statistika. Memang tidak mudah menjalaninya apalagi untuk diriku yang memang sebenarnya biasa-biasa saja dalam pelajaran matematika, bahkan aku tidak menyangka di statistika ternyata tidak hanya belajar mengenai statistika melainkan mempelajari seluruh materi matematika. Lelah? tentu iya. Sulit? ya begitulah. Tapi ini semua tentang pilihan. Ini jalanku dan insyaallah ini adalah jalan yang Allah ridhai untuk kutempuh. Meski tidak mudah, apalagi menjalani perkuliahan secara daring seperti ini, tapi aku yakin bahwa semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, jika aku belum menemukan hikmahnya saat ini, berarti aku akan menemukannya di masa depan, sekali lagi, Allah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Semester lalu IPK-ku tidak terlalu bagus tapi alhamdulillah tidak terlalu buruk, mungkin memang aku yang kurang belajar saat itu dan belum bisa menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran daring. Semester ini aku harap IPK-ku bisa lebih tinggi dan bukan hanya memperoleh IPK tinggi, tapi aku juga berharap, aku benar-benar bisa memahami semua ilmu yang kupelajari di perkuliahan ini, sehingga ilmu tersebut dapat bermanfaat bukan hanya untukku tapi juga untuk orang lain. Doakan yang terbaik untukku ya. Terimakasih sudah membaca curhat akademikku hingga akhir. Sekian, sampai jumpa di karyaku selanjutnya.

1 Like

Ada doa yang langsung dikabulkan. Ada yang ditunda. Ada yang diganti jadi lebih baik. Kalau ini, langsung dikabulkan.

Nilai tertinggi waktu sekolah dulu gak salah. Terbukti, dalam penulisan ini minim salah ketik. Enak jadi bacanya.

1 Like