Mi Lethek Menjadi Salah Satu Icon Makanan Bantul Yang Menarik Dari Pembuatannya

Makanan kumal, kusam, dekil tapi enak? Tentu terlihat tidak menarik selera makan orang, tetapi mi lethek ini berbeda karena rasanya tidak seperti tampilannya.

Jogja memang banyak kuliner makannan yang identik dengan rasa manis dan gurih, terutama tak asing dengan makanan gudeg. Namun ketika berkunjung di Jogja jangan lewatkan makanan berat yang perlu dicoba yaitu mi lethek.

Asal punya usul, mie lethek merupakan kuliner warisan dari Timur Tengah. Pada tahun 1920-an ada seorang pendakwah bernama Umar Yassir yang datang ke daerah Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta untuk mengajarkan agama Islam. Karena pada saat itu bahan pangan cukup sulit didapat, Umar kemudian membuat rumah produksi mi yang dibuat dari tepung singkong yang dicampur dengan tepung tapioka. Lethek, dalam bahasa Jawanya yang berarti kotor, lusuh, kumal, kusam, dan dekil. Bukan kuliner Jogja biasa, yang jelas mie lethek punya penampakan yang jauh dari kesan menggiurkan. Namanya saja sudah merepresentasikan kesan yang bakal ditangkap dari menu ini.

Memang dari luar mie lethek tak bisa dibandingkan dengan sajian resto mewah. Saat masih mentah, mie lethek sudah berwarna kecokelatan dari campuran tepung singkong dan singkong kering alias gaplek. Tapi ingat kata pepatah “don’t judge a book by its cover” alias jangan menilai isi buku dari sampulnya, cocok untuk mie lethek apa yang dilihat mata belum tentu sesuai dengan yang dirasakan lidah.

Proses produksi mie lethek masih dengan menggunakan cara yang tradisional. Dimana pengolahannya dengan cara digiling, menggunakan tenaga seekor sapi yang dimanfaatkan untuk menggerakkan silinder seberat 1 ton sebagai alat pengaduk bahan baku mi. Meskipun dapat menggunakan bantuan tenaga mesin tapi alasan memilih menggunakan sapi karena pengerjaannya sangat ramah lingkungan. Mi lethek tidak menggunakan pewarna zat kimia serta zat pengawet. Meski tanpa zat pengawet, mi lethek kering bisa awet disimpan hingga lebih tiga bulan. Olahan mi khas Bantul ini memiliki cita rasa yang cukup nagih, bagi pecinta kuliner berbagai mie apalagi yang doyan banget makanan khas orang Jawa, khususnya Jogja. Cukup bayangkan dulu, mi dimasak dengan bumbu sederhana bawang putih, garam, kemiri, dan merica, lalu dilengkapi suwiran ayam kampung, telur bebek, dan juga sayuran seperti sawi atau kubis yang biasanya jadi pilihan paling umum. Sekilas, mie ini mirip seperti sohun. Itu karena warna mie letheg memang benar-benar membangkitkan selera makan

Mi lethek terdiri dari 2 jenis yaitu mi lethek mentah dalam bentuk kemasan dan mi lethek siap saji. Mi letheg mentah dapat diperoleh di pasar-pasar tradisional maupun swalayan yang berada di sekitar Bantul. Sedangkan untuk ke pabrik pembuat mi lethek, terdapat di Dusun Bendo, Kelurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Untuk mi letheg yang siap saji dapat ditemukan di warung-warung mi di daerah Srandakan, khususnya di sekitar Pasar Srandakan.