Metode yang paling tepat dalam pengelompokan bahasa-bahasa di Nusantara

Saya berpendapat bahwa ketiga metode tersebut berpengaruh dalam pengelompokan bahasa Nusantara. Tiap metode memiliki keterikatan dan saling memegaruhi pengelompokkan bahasa Nusantara. Meskipun demikian, metode inovasi merupakan metode yang paling tepat dalam pegelempokkan bahasa Nusanatara. Asumsi ini berdasar pada sifat bahasa yang akan terus berkembang dan menuntut adanya pembaruan. Oleh karena itu, dalam pengelompokkannya dibutuhkan inovasi dan pembaruan guna menangkap perubahan makna. Sebagai contoh, dalam bahasa Austronesia Barat terdapat kata hulu yang berarti “kepala”. Dalam bahasa Indonesia dan Melayu, kata hulu berubah makna menjadi ‘bagian dari udik sungai’(Keraf, 1984). Seiring dengan berjalannya waktu, kata tersebut akan terus berinovasi mejadi makna yang baru, sehingga diperlukan metode yang sesuai untuk mengkaji bahasa tersebut.

Referensi

Keraf, G. (1984). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

1 Like

Menurut pendapat saya, berdasarkan tiga metode tersebut metode yang paling tepat digunakan dalam pengelompokan bahasa-bahasa di nusantara adalah metode kosa kata dasar yang merupakan metode pengelompokan bahasa yang pada awal mulanya dilakukan hanya mempergunakan metode pemeriksaan sepintas yang pada kemudian hari dikembangkan dan disempurnakan dengan cara mengadakan seleksi pada kata-kata yang digunakan dalam perbandingan tersebut. Kosa kata yang dipergunakan dalam metode kosa kata dasar adalah kosa kata yang dianggap menjadi sebuah syarat yang berkaitan dengan mati-hidupnya sebuah bahasa, kosa kata yang dimiliki sebuah bahasa sejak awal perkembangan bahasa tersebut. Kosa kata tersebut seperti juga nama metodenya, yaitu kosa kata dasar atau perbendaharaan kata dasar.
Kata yang digunakan dalam pengelompokan dengan metode ini yaitu perbendaharaan kata dasar, hal tersebut dikarenakan kata-kata itu dianggap sebagai sebuah warisan bersama yang berasal dari bahasa proto. Kata - kata tersebut dapat mengalami perubahan akan tetapi perubahan yang terjadi berlangsung sangat lamban. Dengan menyusun sebuah daftar kosa kata tersebut peneliti dapat mengumpulkan data-data dari bahasa - bahasa tersebut yang akan diperbandingkan, dengan menghitung jumlah kesamaan yang terdapat diantara bahasa-bahasa yang diperbandingkan dapat disusun kelompok-kelompok kerabat bahasa.

Referensi :
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Menurut saya dari ketiga metode, metode yang paling tepat dalam pengelompokkan Bahasa di nusantara adalah metode inovasi. Usaha untuk mengadakan pengelompokkan Bahasa-bahasa nusantara tidak memberi hasil yang memuaskan dengan menggunakan metode pemeriksaan maupun dengan metode kosakata dasar. Dalam menggunakan metode inovasi, baik inovasi dalam kosakata dasar maupun inovasi unsur-unsur gramatikal dan inovasi fonologis.
Usaha mempergunakan kosakata dasar sebagai landasan pengelompokan mengalami kegagalan atau tidak memberi hasil yang memuaskan karena hal-hal berikut :

  1. Presentase kemiripan kata-kata kerabat Bahasa-bahasa nusantara kecil saja, berkisar antara 30-40%. Dengan demikian sukar menentukan Bahasa mana yang lebih dekat ke Bahasa lain.
    Kemiripan kata-kata dasar pada Bahasa-bahasa eropa berkisar antara 60-70%, sehingga lebih mudah mengadakan pengelompokkan.
  2. Kosa kata dasar sukar sekali dijadikan ciri sub-grouping karena kata-kata itu terdapat pada geografis yang sangat berjauhan. Dapat dicari dalam shared innovation yang berupa kosa kata dasar atau yang berupa persamaan ciri-ciri morfologis, atau ciri-ciri fonologisnya.

Referensi :
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Studi historis komparatif digunakan guna meneliti jejak sejarah bahasa Nusantara dan perkembangannya. Terkait dengan hal tersebut, akan dapat menjadi alat dalam menganalisis untuk memetakan perkembangan dan persebaran bahasa Nusantara. Metode yang sesuai dalam menggelompokkan bahasa Nusantara ialah metode inovasi. Pengelompokan yang pada tahapan ini dengan mengelompokkan penemuan kemiripan dan kesamaan unsur-unsur kebahasaan yang inovatif dan ekslusif baik tataran fonologi maupun leksikal pada bahasa-bahasa yang diteliti (Ino: 2015). Dengan adanya ciri yang sama, keeratan hubungan keseasalan antara bahasa Nusantara dapat ditemukan dan sistem proto bahasanya dapat diketahui (Ino: 2015). Dengan menggunakan metode inovasi, dapat menemukan dan meneliti perubahan makna dan kontaminasi (Keraf, 1996).

Referensi
Ino, La. (2015). Pemanfaatan Linguistik Historis Komparataif dalam Pemetaan Bahasa-bahasa Nusantara. RETORIKA. 365-378.
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis . Jakarta: Gramedia.

1 Like

Menurut saya, berdasarkan tiga metode yang telah disebutkan, metode yang paling tepat digunakan dalam pengelompokan bahasa-bahasa di Nusantara adalah metode inovasi. Metode inovasi dapat dikatakan bahwa sebuah pembaruan, di mana pengelompokan bahasa dapat dikembangkan atau diperbarui atas kata dasar yang memang memiliki daya tumbuh. Sebenarnya, awal mula dari pembaruan ini berasal dari kesalahan penulisan atau pengucapan yang menjadi kosakata baru yang berbeda maknanya.

Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Menurut saya, metode yang paling tepat guna pengelompokan bahasa-bahasa di Nusantara adalah gabungan metode kosakata dasar dan metode inovasi. Awalnya menggunakan metode kosakata dasar digunakan untuk mengeleompokan bahasa proto. Kemudian, metode inovasi digunakan jika bahasa yang dikaji belum sempurna atau masih kesulitan dalam mengkaji bahasa kerabatnya. Metode inovasi sebagai pelengkap dalam menganalisis inovasi kosakata dasar, unsur grmatikal, dan unsur fonologis agar lebih tepat dan akurat.

Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Menurut pendapat saya, dari ketiga metode yang ada, metode yang paling tepat untuk pengelomppkkan bahasa-bahasa nusantara adalah menggunakan metode kosakata dasar. Karena metode kosakata dasar merupakan kosa kata yang dianggap menjadi syarat mati-hidupnya sebuah bahasa, kosa kata yang dimiliki sebuah bahasa sejak awal perkembangannya. Kosa kata ini, seperti juga nama metodenya, disebut kosa kata dasar atau perbendaharaan kata dasar (basic vocabulary). Metode ini bertolak dari suatu asumsi bahwa perbendaharaan kata dalam suatu bahasa dapat dibedakan dalam dua kelompok yang besar.

Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Metode yang paling tepat yakni metode inovasi. Ternyata usaha untuk mengadakan pengelompokkan Bahasa-bahasa nusantara tidak memberi hasil yang memuaskan dengan menggunakan metode pemeriksaan sekilas maupun dengan metode kosa kata dasar. Oleh karena itu kita harus menetapkan sikap untuk memilih Teknik yang paling sesuai.
Usaha mempergunakan kosakata dasar sebagai landasan pengelompokan mengalami kegagalan atau tidak memberi hasil yang memuaskan karena hal-hal berikut :

  1. Presentase kemiripan kata-kata kerabat Bahasa-bahasa nusantara kecil saja, berkisar antara 30-40%. Dengan demikian sukar menentukan Bahasa mana yang lebih dekat ke Bahasa lain.
    Sedangkan kemiripan kata-kata dasar pada bahasa-bahasa eropa berkisar antara 60-70%, sehingga lebih mudah mengadakan pengelompokkan.
  2. Kosa kata dasar sukar sekali dijadikan ciri sub-grouping karena kata-kata itu terdapat pada geografis yang sangat berjauhan.

Referensi :
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Menurut saya, metode pengelompokan bahasa di nusantara yang paling tepat adalah metode kosakata dasar. Hal ini dilandasi dari kesamaan bentuk bentuk kosakata di beberapa dadrah walaupun berlainan arti. Swadesh dalam Keraf (1991: 123) menyatakan “Ada 200
kosakata dasar yang dianggapnya universal, artinya bisa terdapat pada semua bahasa di dunia”. Keraf (1991: 123) menyatakan “kosakata dasar ini merupakan kata-kata yang paling inti dalam kehidupan bahasa, dan sekaligus merupakan
unsur-unsur penentu hidup matinya suatu bahasa”.
Selanjutnya bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan yang sama atau berasal
dari suatu bahasa proto yang sama, selanjutnya berkembang menjadi bahasa-bahasa baru, termasuk dalam satu keluarga bahasa (language family)” (Keraf, 1991: 36).

REFERENSI
E Masnauli. 2018. Perbandingan Kosakata
Dasar Bahasa Indonesia dengan Kosakata Dasar Bahasa Melayu Riau Dialek Siak
Sri Indrapura.

Metode yang tepat guna pengelompokan bahasa Nusantara yakni metode kosakata dasar dan Inovasi. Metode kosakata dasar ditempuh sebab bahasa yang serumpun memiliki kesamaan bahasa/kemiripan bahasa. Selain itu, metode Inovasi ditempuh sebagai pelengkap metode-metode pengelompokkan bahasa lain yang telah digunakan sebelumnya. Keraf (1996) menyampaikan bahwa metode Inovasi ini ditepuh karena banyaknya kemiripan bahasa kerabat, adanya perubahan makna, dan terjadinya kontaminasi bahasa.

Penelusuran atau pengeompokkan bahasa sekerabat ditempuh melalui tataran leksikal, fonologi, morfologi, dan sintaksis. Pada tataran kosakata, tataran leksikal menjadi bagian penting dalam pengelompokkan bahasa sekerabat. Hal ini ditempuh melalui bukti-bukti kualitatif, seprti pada kosakata dasar. Hal ini dapat memeroleh hasil prosentase bahasa sekerabat.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode yang paling tepat dalam pengelompokkan bahasa nusantara yakni metode kosakata dasar dan dilengkapi metode inovasi. Kedua metode ini akan memperoleh hasil keterkaitan bahasa sekerabat.

Referensi
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Menurut saya metode yang paling tepat guna pengelompokan bahasa-bahasa di Nusantara adalah metode inovasi. Hal tersebut menurut Gorys Keraf dalam bukunya Linguistik Bandingan Historis dijelaskan bahwa metode ini menjadi penyempurna dari metode-metode sebelumnya. Pada metode inovasi ini digunakan untuk mengatasi kesulitan yang ada karena jumlah kemiripan yang sama antara kata dasar kerabat. Karena tak dapat dipungkiri bahwa suatu bahasa kerabat pada suatu waktu tertentu dapat memperbaharui satu atau lebih kosa kata dasarnya. Perbaruan tersebut terjadi bukan karena pengaruh dari luar, melainkan karena daya tumbuh dari bahasa itu sendiri. Dengan demikian, pengadaan pembaharuan atau inovasi kata dasar tersebut dapat menjadi tanda bahwa sudah tumbuhnya inti kelompok yang baru.

Dalam pembahasan ini, inovasi yang terjadi dapat disebabkan karena salah ucap atau salah tulis sebuah kata pada teks lama. Selai itu, inovasi juga dapat terjadi karena perubahan makna. Ada kosa kata lama yang berubah maknanya, sedangkan dalam bahasa kerabat yang lain makna dan bentuk tua tetap dipergunakan. Terkadang terjadi dalam bahasa yang telah mengalami inovasi makna, makna lama masih ada pada kosa kata tertentu sehingga masih ada fungsi pariferal dan makna inovasinya dalam bentuk lama menduduki fungsi primer. Bentuk tua dengan makna lama yang masih bertahan dalam bahasa sekarang disebut dengan relic.

Inovasi untuk mengadakan pengelompokan bahasa dapat berlangsung pada strultur fonologi bahasa. Karena faktor tertentu terdapat fonem proto pada segmen digantikan dengan fonem lain pada satu bahasa atau lebih sedangkan bahasa lainnya mempertahankan fonem yang diturunkan secara linear dari bahasa protonya. Maka, apabila dua bahasa atau lebih yang mengalami pembaharuan kata dasarnya atau fonem protonya dengan meninggalkan unsur yang lama, maka bahasa tersebut dianggapp membentuk kelompok baru dan memungkinkan muncul cabang baru.
Inovasi ini dapat digunakan dalam shared inovation yakni berupa kosa kata dasar atau yang terdapat persamaan ciri morfologis dan fonologisnya. Inovasi yang digunakan dalam pengelompokkan bahasa adalah inovasi fonologis dalam struktur gramatikal bahasa tersebut.

Referensi
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Metode inovasi, menurut saya, merupakan metode yang tepat untuk mengategorikan bahasa-bahasa Nusantara dibandingkan dengan dua metode lainnya. Pendapat ini sehaluan dengan Keraf (1996) yang menyatakan bahwa teknik pemeriksaan sekilas dan teknik kosakata dasar dirasa kurang memuaskan. Metode inovasi merupakan teknik pengklasifikasian bahasa dengan melahirkan inisiatif atau pembaruan kata-kata dasar.

Akan tetapi, teknik kosakata dasar dalam pengelompokan bahasa Nusantara pun tak boleh diabaikan. Hal ini lantaran kata dasar yang digunakan dalam pengategorian dianggap sebagai warisan dari bahasa proto. Selama penggunaan teknik kosakata dasar, tak jarang ditemui rintangan yang ditimbulkan dari jumlah kemiripan dengan bahasa kerabat. Untuk memecahkan kasus ini, unsur inovasi kosakata dasar, unsur gramatikal, dan inovasi fonologis berperan sebagai pelengkap.

Berdasarkan pendapat di atas, kesimpulan yang bisa saya sampaikan ialah kombinasi antara metode inovasi dan metode kosakata dasar merupakan metode yang tepat dalam mengelompokkan bahasa Nusantara. Langkah yang dapat dilakukan ialah menggunakan metode kosakata dasar kemudian apabila muncul hal-hal yang dirasa meragukan, metode inovasi dapat diterapkan.

Referensi:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

1 Like

Menurut saya, metode yang paling tepat untuk mengelompokkan bahasa-bahasa di Nusantara adalah metode kosakata dasar (basic vocabulary). Karena metode kosakata dasar dapat menentukan kelompok bahasa-bahasa sekerabat berdasarkan prosentasenya. Metode ini juga tidak mudah diubah atau memiliki kemungkinan paling sedikit untuk bisa dipungut dari bahasa lain.

Referensi:

Ino, La. 2015. Pemanfaatan Linguistik Historis Komparataif Dalam Pemetaan Bahasa-Bahasa Nusantara. Sulawesi Tenggara: Universitas Halu Oleo.

Menurut saya metode yang paling mendasar ialah menggunakan metode kosa kata dasar, meskipun
ketiga metode pengelompokan bahasa sebenarnya sama-sama memiliki pengaruh. Kosa kata ini dibedakan dalam dua kelompok, yakni kata-kata yang tidak gampang berubah dan kata-kata yang mudah berubah.
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Di antara metode pemeriksaan sekilas, metode kosa kata dasar, dan metode inovasi, metode yang tepat untuk mengelompokkan bahasa Nusantara yaitu metode inovasi karena metode inovasi merupakan unsur warisan dari bahasa asal yang telah mengalami perubahan pada bahasa sekarang (Anderson, 1979:104).
Bila terjadi perubahan pada kelompok bahasa turunan tertentu dan tidak terjadi pada kelompok bahasa lain dalam perkembangannya, maka disebut inovasi bersama yang ekslusif (exclusively shared lingistic innovation) (Greenberg, 1957:49).

REFERENSI:
Keraf, G. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.