Terdapat teori dasar mengenai metode pengelompokan, yakni Teori Silsilah (Stammbaumtheorie) dan Teori Gelombang (Wellentheorie). Pada Teori Silsilah dikemukakan oleh August Schleicher menyatakan bahwa bahasa-bahasa bercabang dari bahasa proto sehingga ke cabang-cabang yang lebih kecil dengan memperlihatkan hubungan baik dalam waktu maupun ruang. Konsepsi yang diajukan oleh Schleicher dalam teori tersebut adalah pencabangan dua, yakni bahasa hanya bisa menghasilkan dua cabang secara serempak. Setelah kedua cabang berpisah, Schleicher tidak mempermasalahkan lebih lanjut nasib kontak kedua bahasa tersebut. Hal tersebut menjadi kelemahan dari Teori Silsilah karena terdapat peluang bahwa bahasa proto dapat bercabang menjadi tiga bahasa dikarenakan faktor-faktor tertentu, misalnya bencana alam atau peperangan.
Teori Gelombang dikemukakan oleh Johan Schmidt menyatakan bahwa bahasa-bahasa dipergunakan secara berantai yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tertentu pada wilayah tertentu. Teori Gelombang dapat diibaratkan dengan sebuah kolam yang dijatuhkan sebuah benda, maka akan membentuk gelombang. Hasil dari gelombang-gelombang yang berurutan disebut dengan jaringan-jaringan isoglos. Teori Gelombang lebih digemari daripada Teori Silsilah karena sifatnya yang lebih fleksibel mengenai hubungan-hubungan antarbahasa. Walaupun demikian, kedua teori memiliki kekurangan masing-masing dalam menggambarkan bahasa sebagai perangkat yang tersusun dari unsur-unsur tunggal dari bermacam lapisan gejala.
Berlandas pada kedua teori tersebut, dapat diuraikan beberapa metode pengelompokan bahasa-bahasa kerabat (berdasarkan genealogi), yakni metode pemeriksaan sekilas, metode kosa kata dasar, inovasi, dan leksikostatistik. Pada metode pemeriksaan sekilas, pengamat hanya mengadakan peninjauan secara singkat dan membandingkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan. Metode pengelompokan bahasa tersebut kemudian disempurnakan dengan mengadakan seleksi kata-kata yang dipergunakan dalam perbandingan tersebut. Kata yang digunakan dalam metode kosa kata dasar adalah pembendaharaan kata dasar karena dianggap sebagai warisan bersama dari bahasa proto. Kata-kata tersebut diperhatikan perubahan yang terjadi sehingga ditetapkan kata mana dari daftar tersebut mana yang dianggap sebagai kata kerabat.
Inovasi muncul untuk mengatasi kesulitan yang mungkin ditimbulkan oleh jumlah kemiripan yang sama antara sejumlah besar bahasa kerabat. Inovasi muncul bukan karena bahasa pinjaman maupun pengaruh dari luar, melainkan karena daya tumbuh dari bahasa tersebut. Inovasi terjadi karena salah ucap atau salah tulis serta perubahan makna. Usaha untuk mengadakan pengelompokan bahasa Nusantara ternyata tidak memberi hasil yang memuaskan dengan mempergunakan kosa kata dasar sehingga pertama harus mempergunakan kosa kata dasar, lalu bila timbul hal-hal yang meragukan perlu menggunakan metode inovasi, baik inovasi kosa kata dasar maupun inovasi unsur-unsur gramatikal dan inovasi fonologis.
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.