Merangkak untuk Terbang

Haloo semua, Amalia itu namaku. Tulisan ini akan aku isi dengan curhatanku tentang sepak terjang, lika-liku, susah-senang perjuangan masuk ke perguruan tinggi negeri yang aku impikan. Aku akan memulai cerita ini dengan saat aku memasuki kelas 12 sekolah menengah atas. Di kelas ini pembahasan mengenai persiapan menuju perguruan tinggi sudah menjadi makanan sehari-hari, mulai dari pemilihan jurusan, analisis pembandingan nilai rapor dengan nilai kakak kelas yang diterima di PTN tahun sebelumnya, dan sebagainya. Sampai tiba pengumuman siswa eligible untuk jalur SNMPTN, ya, aku bukan salah satu di dalamnya, tapi entah kenapa aku biasa-biasa saja dan seakan memang sudah siap akan hal itu. Karena aku menyadari persaingan yang cukup ketat di sekolahku dan selama 4 semester aku tidak hanya disibukkan dengan belajar tetapi ada organisasi dan ekstrakurikuler yang aku ikuti dan aku cukup kesulitan dalam membagi waktuku. Mungkin akan ada yang bercuap seperti “Loh harusnya itu bukan menjadi sebuah alasan dong untuk tetap mempertahankan nilai akademikmu meski mengikuti banyak organisasi, di luar sana banyak kok yang pandai membagi waktu dan seimbang akan kedua halnya”. Aku tahu, memang banyak mereka-mereka di luar sana bahkan temanku sendiri yang pandainya bukan main dalam membagi waktu dan mereka bisa menyeimbangkan itu semua. Tapi bukankah setiap manusia mempunyai kemampuan dan kapasitas yang berbeda-beda? Mungkin saat itu aku memang belum pandai dalam membagi waktu tapi dengan aku pernah mengikuti organisasi di SMA, hal itu menambah pengalamanku dan semoga menjadi pelajaran untukku ke depannya.

Oke kembali ke laptop, lalu SBMPTN adalah jalur yang harus aku perjuangkan. Aku memulai fokus belajar untuk SBMPTN ini januari 2020, dimana setelah bulan-bulan ini kepalaku rasanya benar-benar berat, mata lelah, jenuh dirumah karena yang kulihat setiap harinya adalah tembok, meja belajar, tulisan, rumus-rumus, dan layar hp. Pandemi yang memang tak kunjung usai, mengharuskan kita semua untuk melakukan kegiatan serba online, sekolah online yang memberikan banyak tugas, persiapan menuju ujian sekolah, ujian praktek, dan tentunya UTBK yang menghantui setiap hari membuat kepala ini seperti mengeluarkan uap bak cerobong asap dari tungku perapian. Persiapan menuju UTBK ini sungguh menguras tenaga, pikiran, dan kesehatan mental yang entah bagaimana keadaannya. Di awal memasuki kelas 12 aku belum memutuskan untuk lintas jurusan di UTBK nantinya (saat di bangku SMA aku adalah anak mipa), kemudian terkadang di tengah-tengah jalan muncul kebimbangan, mulai dari memutuskan untuk memilih jurusan saintek, lalu campuran, kemudian sempat terlintas untuk soshum, dan akhirnya kembali lagi untuk memilih campuran pada UTBK tahun ini. Sampai akhirnya tiba hari H UTBK 2021. Singkat cerita sampailah di hari pengumuman SBMPTN dengan hasil yang tidak aku harapkan. Ternyata Allah berkehendak lain, aku rasa ini memang belum rejekiku saja di universitas dan prodi pilihanku di SBMPTN. Jika ditanya apakah kecewa? Iya kecewa, sedih? Tentu sedih, menangis? Tepat sekali hingga tersedu-sedu. Tapi mau tak mau, diri ini harus bangkit lagi, belajar lagi, dan siapkan mental kembali.

Aku ikuti ujian mandiri di dua universitas, dan salah satunya UNS ini, hingga akhirnya tertulis kata “Selamat” pada layar ponsel saat hari pengumuman ujian mandiri UNS tiba. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa melihat “kata” itu. Tapi Jika boleh jujur – sebentar jujur tentu boleh ya, yang tidak boleh justru berbohong. Bagaimana sih aku ini? Hehe – tidak pernah terpikirkan untuk kuliah di universitas dan jurusan ini. Dari awal hatiku sudah terpaut dengan universitas lain dan jurusan lain pula, tapi entah kenapa tiba-tiba aku ada di sini. Panjang sebenarnya cerita aku bisa akhirnya memilih PTN dengan prodiku saat ini di ujian mandiri. Tapi sudahlah mungkin ini memang jalan takdir yang Allah goreskan untukku, Allah tahu mana yang terbaik untukku. Sampai di sini saja ceritaku, dan salam hangat untuk kalian semua. :slight_smile:

kiki's delivery 3