Menyelami Peliputan Jurnalisme Investigasi

Oranye Biru Sapuan Kuas Obral Kosmetik Kiriman Instagram

Dunia jurnalisme seolah tak dapat terpisahkan dengan peliputan. Hal ini bertujuan agar penyajian suatu berita dapat teruji kebenarannya. Namun tahukah Anda bahwa terdapat perbedaan antara liputan jenis reguler dengan liputan yang memerlukan investigasi khusus. Selain durasi waktu yang lebih lama, jurnalisme investigasi juga memerlukan perencanaan yang panjang sebelum memulai liputannya.

Sebelum kita mengulik lebih jauh, apakah kalian tahu apa itu investigasi? Ya benar sekali, pencarian sebuah cerita dibalik suatu kejahatan publik dan membuktikan kebenarannya kepada khalayak. Liputan investigasi ditujukan untuk memperoleh data yang mampu memperkuat hipotesis di awal. Prosesnya didasari dari bahan setengah matang atau disebut dengan temuan awal.

Mendengar tentang Majalah Tempo, pasti kalian sudah tak asing kan? Tempo memiliki pojok khusus yang memuat sisipan investigasi. Wahyu Dhyatmika, wartawan Tempo, memaparkan bahwa terdapat tujuh langkah perencanaan investigasi yang berlaku di majalah Tempo:
1.Mengumpulkan ide dan bahan awal. Dapat berupa data, dokumen, testimoni, material audio, video, dan foto.
2.Verifikasi bahan awal untuk membuktikan bahwa bahan tersebut memang sahih dan dapat dinyatakan valid.
3.Mencari sumber kunci yang bisa memberikan konteks, detail, dan magnitude.
4.Rapat redaksi.
5.Pembabakan cerita dan penentuan sudut pandang.
6.Pembagian tugas.
7.Rapat redaksi, proses penulisan dan penyuntingan/editing.

Lebih lanjut, setelah pematangan rencana awal, menurut Dhandy Dwi Laksono, terdapat lima langkah perencanaan liputan investigasi. Meliputi:
1.Membentuk tim multi spesialisasi.
2.Riset dan observasi awal atau survei.
3.Fokus liputan atau penentuan angle, perumusan hipotesis yang dilakukan.
4.Merancang strategi eksekusi liputan.
5.Menyiapkan skenario pasca publikasi.

Lantas jika hipotesa yang telah ditentukan di awal tidak terbukti di lapangan, maka seorang jurnalis harus mampu adaptif. Sejatinya selama proses peliputan investigasi cenderung memiliki banyak jebakan, hal-hal baru atau temuan penting tapi bukan target awal atau temuan penting namun tidak relevan.

Tanpa disadari dalam melakukan sesuatu pastinya akan menemui risiko. Tak terkecuali risiko pasca publikasi. Untuk meminimalisir adanya risiko yang tidak diinginkan kita perlu memerhatikan:
1.Pastikan tidak ada niatan buruk ketika menulis berita tersebut.
2.Memastikan bahwa semua yang berkepentingan mendapat tempat untuk menyampaikan pembelaan versinya.
3.Membawa dua kaset. Kaset isi dan yang satu lagi kosong. Setelah liputan yang dimasukkan ke kamera adalah kaset yang kosong, yang isi bisa di sembunyikan setelah liputan.
4.Menimbang dari risiko dampak sampingan sepadan dengan dampak utamanya. Apabila dampak utama tidak sepadan daripada dampak sampingannya maka liputan itu akan di drop. Namun apabila dampak sampingan maupun dampak utamanya sepadan dan beritanya memang penting untuk publik maka bisa diambil pilihan yang kedua itu, dan liputan tetap berjalan.
5. Melakukan teknik editing berlapis.

Sekian kita menyelami terkait seluk beluk dunia jurnalisme. Jika ada yang ingin didiskusikan lebih lanjut, bisa melalui kolom komentar yaa!

1 Like