Nah…kita sudah membahas mengenai verba dalam kajian Morfologi. Verba dari segi bentuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu verba dasar dan verba turunan. Dalam verba dasar dibedakan menjadi verba dasar bebas dan verba dasar terikat. Sedangkan verba turunan adalah verba yang terdiri berfungsi setelah mengalami proses pengonversian, pengafiksan, pengulangan, dan pemajemukan. Dalam proses pengafiksan, dapat ditambahkan imbuhan berupa awalan, akhiran, sisipan, atau apitan pada kata dasar.
Menurut kalian bagaimana sih hubungan antara verba dasar dan verba turunan pada kajian morfologi?
Menurut Kridalaksana (2005), verba dasar adalah suatu morfem dasar atau satuan bentuk terkecil dalam bahasa yang bisa berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem lainnya.
Sedangkan verba turunan merupakan verba yang terbentuk dari proses afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan.
Namun, keduanya memiliki hubungan dimana ketika suatu kata verba dasar mengalami afiksasi, maka kata tersebut berubah menjadi verba turunan.
Verba merupakan kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba mempunyai ciri morfologis seperti kata, aspek, dan pesona atau jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis perbuatan, keadaan dan proses, kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata “tidak” dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya (Krisdalaksana, 1993: 226). Sebagai salah satu kelas kata dalam tuturan, verba memiliki fungsi yang dominan pemakaiannya dalam suatu kalimat. Selain itu, verba juga memiliki pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat. Perubahan struktur pada kalimat sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk verba. Perubahan pada kalimat tentu di dalamnya ada perubahan pada kata yang di mana termasuk dalam kajian morfologi. Verba terdiri dari dua, yakni verba dasar dan verba turunan. Kedua verba tersebut memiliki hubungan bahwa verba dasar menjadi acuan dalam pembentukan verba turunan karena verba turunan berasal dari verba dasar.
Menurut saya jika diibaratkan dengan semantik yang mengatakan bahwa tidak semua leksem mempunyai makna leksikal. Henry Sweet membedakan kata penuh (full words/kontentif) dan kata tugas, kata fungsi atau partikel (form words) (Suwandi, 2011:59). Kata seperti orang, buku, gadis, rumah, mobil, bunga, dan sebagainya termasuk kata penuh (berdiri sendiri tetap bermakna), sedangkan kata seperti dan, karena, kalau, sebab, dan sebagainya termasuk sebagai kata tugas (bermakna apabila muncul secara bersama-sama dengan kata lain/ tidak bisa berdiri sendiri). Sama seperti hal tersebut maka tidak semua verba membutuhkan proses mofologis dalam penggunaannya, maka terdapat verba dasar dan verba turunan. Kata-kata seperti tinggal, tiba, tidur, dan sebagainya termasuk dalam verba dasar (berdiri sendiri tanpa proses morfologis), sedangkan kata membeli, mendarat, bertemu, bersepeda, dan sebagainya termasuk dalam verba turunan (melalui proses morfologis).
Maka hubungan antara verba dasar dan verba turunan adalah saling melengkapi dan memiliki pembeda fungsi masing-masing, tanpa kehadiran verba dasar maka verba turunan tidak akan sempurna pembentukannya dan proses morfologis terhambat. Sesuai yang termuat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia verba dasar atau asal adalah verba yang mampu berdiri sendiri tanpa proses afiksasi dan dalam bahasa Indonesia verba dasar tidak banyak. Sedangkan verba turunan adalah verba yang melalui proses pembentukan morfologis berupa transposisi, pengafiksan, reduplikasi (pengulangan), atau pemajemukan (Alwi, 1998:104).
Verba dalam tatanan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
verba yang berupa morfem bebas; 2. verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem Kridalaksana (1990:49).Verba atau kata kerja sebagai sebuah kelas kata yang memiliki fungsi utama sebagai sebuah kata yang menggambarkan sebuah proses, perbuatan, atau keadaan sehingga kata verba yang dapat dikatakan sebagai kata kerja. Oleh karena itu kata yang terhubung dengan suatu tindakan atau pekerjaan dapat disebut verba.
Angelita
Kridalaksana (2005) menuliskan bahwa verba dasar merupakan morfem dasar bebas. Verba ini dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis (Alwi, 2010: 102). Contoh dari Verba ini adalah kata : Baca, temu, main, pukul dan lain sebagainya. Sementara Verba Turunan adalah verba yang terbentuk melalui tranposisi, pengafiksasian, reduplikasi atau pemajemukan. Pemakaian afiksasi sendiri bergantung pada keformalan bahasa atau sintaksisnya (Alwi, 2010:102). Contoh dari verba ini adalah : membaca, memukul, bermain, dan lain sebagainya.
Hubungan antara keduanya sendiri yaitu verba turunan terbentuk dari adanya verba dasar yang telah di afiksasi atau telah di reduplikasi.
Misalnya pada kata beli → membeli
(Alwi, Hasan dkk. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka)
Verba dasar dan verba turunan memiliki hubungan yang erat. Verba dasar menjadi pembentukan verba turunan lewat afiksasi dan reduplikasi sehingga menghasilkan kosakata baru. Verba dasar yang pada awalnya memiliki makna mandiri tanpa imbuhan, kemudian dapat berubah maknanya setelah mendapat imbuhan dan menjadi verba turunan. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kridalaksana (2007: 51-58) bahwa istilah verba dasar digunakan untuk kata yang tidak mengalami afiksasi dan verba turuna untuk yang telah mengalami afiksasi.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Wachidah, Siti. 2010. Tipe Proses dalam Berbagai Teks dalam Koran serta Pengungkapannya dengan Kelas Kata Verba Bahasa Indonesia. Jurnal Linguistik Indonesia 28 (2).
Kridalaksana, (dalam Karim 2002 : 8) mengemukakan bahwa verba dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (1) verba dasar bebas dan (2) verba turunan. Verba dasar bebas verba adalah verba yang berupa morfem dasar bebas, sedangkan verba turunan adalah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Kemudian menurut Mulyana (dalam Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar) morfologi ialah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata, dan dampak dari perubahan itu terhadap arti dan kelas kata. Ramlan (1987 : 21) menjelaskan morfologi sebagai bagian dari ilmu bahasa yang bidangnya menyelidiki seluk-beluk bentuk kata, dan kemungkinan adanya perubahan golongan dari arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
Maka dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa verba dasar dan verba turunan tergolong dalam kajian morfologi. Kemudian kajian morfologi berperan dalam pembedaan verba dasar dan pembentukan verba turunan.
Misalnya pada kata dengar (verba dasar) dan dengarkan (verba turunan), keduanya memiliki arti yang berbeda. Morfologi berperan untuk mempelajari perubahan dari kata dengar menjadi dengarkan atau sebaliknya. Hasil yang didapat kata dengarkan terbentuk dari proses dengar + -kan. Kemudian kata pergi (verba dasar) dan bepergian (verba turunan). Hasil yang didapat dalam kajian morfologi berpergian dapat terbentuk dari ber-an + pergi, dengan kata dasar pergi.
Sumber Referensi:
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Musrifa, S. (2013). Struktur Frase Verba Bahasa Kaili Dialek Rai. BAHASA DAN SASTRA, 2(2).
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ramlan, M. 1987. Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriptif). Yogyakarta : C.V. Karyono.
Verba dasar merupakan morfem dasar bebas (Kridalaksana, 2005) dan verba turunan merupakan morfem yang sudah melalui proses afiksasi, reduplikasi serta pemajemukan atau pengompositan. Dalam morfologi, verba dasar atau verba asal dapat digunakan langsung pada kalimat, contohnya pada kalimat “selamat datang kami ucapkan kepada Bapak Presiden Joko Widodo”, kata datang pada kalimat tersebut sudah memiliki arti tersendiri. Sedangkan verba turunan digunakan agar verba dasar dapat sesuai dengan konteks kalimat yang dibuat. Contohnya pada kalimat “Bu Anik membeli bibit buah jeruk yang didatangkan langsung dari Jepang”, kata didatangkan pada kalimat tersebut merupakan gabungan verba dasar “datang” dan konfiks “di - kan”. Jika dalam kalimat tersebut verba dasar “datang” tidak diubah menjadi verba turunan “didatangkan” maka tentunya kata tersebut tidak akan sesuai dengan konteks kalimat yang digunakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan verba dasar dan verba turunan saat erat, dimana verba turunan terbentuk dari verba dasar yang mengalami proses afiksasi, reduplikasi, pemajemukan dan sebagainya.
Verba dasar, menurut Kridalaksana (2005) verba dasar adalah Morfem dasar yang masih bebas, maksudnya yaitu belum melewati proses apapun. Verba dasar dibagi menjadi 2 yaitu verba dasar bebas dan verba dasar terikat. Verba dasar bebas yaitu kata yang belum melewati proses morfologis sedangkan verba dasar terikat adalah kata yang sudah melewati proses morfologis.
Verba turunan yaitu kata yang sudah melewati berbagai proses diantaranya proses afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan.
Jadi, hubungan verba dasar dengan verba turunan cukup erat. Ketika kata verba dasar melewati proses afiksasi, reduplikasi maupun pemajemukan maka kata tersebut sudah berubah menjadi verba turunan
Verba dasar adalah verba yang berdiri sendiri. Verba turunan adalah verba yang berfungsi setelah mengalami proses pengonversian, pengafiksasian, pengulangan, atau pemajemukan.
Hubungan antara keduanya adalah verba dasar yang mengalami proses pengonversian, pengafiksasian, pengulangan atau pemajemukan akan membentuk verba turunan.
Menurut Kridalaksana (2000:51), yang mengemukakan bahwa verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar seperti duduk, mandi, minum, pergi, sedangkan verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa panduan leksem. Seperti bernyanyi, marah-marah, bernyanyi-nyanyi, campur tangan. Menurut saya hubungan antara verba dasar dan verba turunan pada kajian morfologi ini saling berkaitan, karena makna sebuah verba dasar akan dipengaruhi oleh kata sesudah dan sebelum atau sesuai konteksnya, yang kemudian akan menjadi verba turunan. Contohnya verba dasar ‘pergi’ dibentuk menjadi verba turunan ‘bepergian’.
Ismayasari, Rina. 2016. Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Jurnal Humanis: Fakultas Ilmu Budaya Unud
Supardi. 2013. Verba Dasar dan Verba Turunan Bahasa Melayu Papua serta Padanannya dalam Bahasa Indonesia. PBS,FKIP, Universitas Cendrawasih
Arifin dan Junaiyah (2009 : 7) mengemukakan dua bentuk verba, yaitu verba dasar dan verba turunan. Verba dasar adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa tambahan afiks. Makna sebuah verba dasar ini sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan kata sebelum atau sesudah. Kata sebelum atau sesudahnya dapat berupa adverbia atau verba lain. Dengan kata lain makna sebuah verba dasar akan dipengaruhi oleh konteksnya. Sedangkan Verba turunan merupakan verba yang harus atau yang dapat memakai afiks. Verba turunan juga dihasilkan dari proses morfologis, sehingga bentuknya lebih kompleks atau memiliki lebih dari dua morfem. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hubungan verba dasar dan verba turunan bermula saat verba dasar telah mengalami proses morfologi seperti pengulangan, penambahan imbuhan, dan penggabungan dua kata dasar atau lebih yang menyebabkan terbentuknya verba turunan.
Verba dasar merupakan morfem dasar bebas (Kridalaksana, 2005) atau verba yang belum mengalami proses morfologis. Misalnya tidur, main, makan, lihat.
Sementara verba turunan merupakan verba yang sudah mengalami proses morfologis seperti pengulangan, pemajemukan, maupun pengafiksan. Misalnya main – bermain, biru – membiru.
Hubungan antara verba dasar dan verba turunan bisa dikatakan saling melengkapi ataupun berkaitan erat. Dimana verba dasar yang telah mengalami proses morfologis seperti yang telah disebutkan diatas akan menjadi verba turunan.
Referensi:
Amalia, Rizki. 2018. Verba sebagai Ciri Kebahasaan Teks Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Skripsi. Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi ke-4. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Yudhistira. 2021. Verba Dasar dan Turunan. Narabahasa, (Online), (https://narabahasa.id/linguistik-umum/morfologi/verba-dasar-dan-turunan, diakses pada 27 Oktober 2021).
Menurut Widjono (2012:167) Verba dapat dikenali berdasarkan morfologis atau bentuk kata, adapun bentuk-bentuk verba yaitu : 1) Verba dasar yang dilandasi tanpa afiks seperti pada kata pergi, makan, duduk, tidur, dan minum. 2) Verba turunan a.Verba dasar yang dilandasi afiks wajib meliputi pada kata menduduki, mempelajari, menyanyi dan menanyakan. b.Verba dasar yang dilandasi afiks tidak wajib meliputi pada kata membaca, mendengar dan mencuci. c.Verba dasar yang dilandasi afiks terikat dan afiks wajib meliputi pada kata bertemu dan mengungsi. d.Reduplikasi yakni pada kata ulang seperti berjalan-jalan, minum-minum serta mengais-ngais. e.Majemuk yakni belai kasih, naik haji dan cuci mata.
Dalam hubungannya verba dasar dan verba turunan saling berkaitan karena telah disampaikan diatas bahwa verba turunan adalah verba dasar yang telah diafiks dalam proses pembentukannya. Dengan kata lain verba dasar menjadi kata pembentuk verba turunan dan verba turunan merupakan kata yang diturunkan oleh verba dasar.
Verba diamati dari segi bentuk morfologisnya dibagi menjadi dua, adalah : Verba asal yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Kedua, verba turunan yaitu verba mengalami proses morfemis yang dibentuk melalui transposisi, penambahan afiks, reduplikasi (pengulangan), atau pemajemukan (pemaduan) (Alwi, dkk.2010:98).
Verba dasar berarti memiliki tataran yang lebih tinggi seperti klausa bahkan kalimat, baik dalam penggunaan bahasa formal maupun informal. Verba ini tidak perlu pengubangan kata atau tambahan apapun. Sedangkan verba turunan merupakan verba yang sudah mengalami proses morfemis. Verba turunan tersebut memakai imbuhan sebagai kebutuhan sebuah kata untuk memaknai sesuatu. Hubungannya yaitu verba turunan memiliki kata dasar yang berasal dari verba dasar.
Contoh :
Dasar Turunan
Transposisi : Telepon Telepon
Pengakfiksan : Beli Membeli
Reduplikkasi : Lari Lari-lari
Pemajemukan : Jual, beli Jual beli
Referensi :
Amalia, R. (2019). VERBA SEBAGAI CIRI KEBAHASAAN TEKS BAHASA INDONESIA DALAM KURIKULUM 2013 (Doctoral dissertation, UNNES).
Verba dasar dan verba turunan merupakan pengelompokkan verba menurut bentuk morfologisnya. Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis. Verba dasar merupakan verba yang bisa berdiri sendiri dan memiliki makna meskipun tidak berpelengkap atau memiliki imbuhan. Jika verba turunan merupakan verba bentuk kompleks yang sudah mengalami proses morfologis atau berpelengkap. Menurut Kridalaksana (1990: 49) verba berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu verba dasar bebas dan verba turunan merupakan verba yang sudah mengalami proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, atau berupa paduan leksem. Seperti yang dikemukakan oleh Moelino, dkk (2017) menyebutkan bahwa verba turunan merupakan kata yang baru bisa dikatakan sebuah verba jika telah mengalami proses afiksasi.
Hubungan antara verba dasar dan verba turunan pada kajian morfologi yaitu sangat erat dan saling melengkapi. Keduanya sama-sama sangat diperlukan dalam mengkaji sebuah makna. Karena agar mendapat sebuah makna yang mudah dipahami maka tidak terlepas dari peran kedua verba tersebut.
Sumber referensi:
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kaelieni, Eni. 2005. Verba Berpelengkap dalam Bahasa Indonesia Suatu Kajian Struktur dan Semantik. Litera. 4 (1). 2-3.
Sofyan, Akhmad. 2013. Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa Madura. Humaniora. 24 (3). 336.
Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Alwi dkk, (2003: 98) mengemukakan bentuk-bentuk verba Bahasa Indonesia sebagai berikut, yaitu:
(1) Verba dasar: verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis
(2) Verba turunan: verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada tingkat keformalan bahasa dan/atau pada posisi sintaksisnya.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara verba dasar dan verba turunan pada kajian morfologi adalah suatu verba dasar dapat membentuk verba turunan apabila memeroleh proses pengafiksan, pengonversian, pemajemukan, dan pengulangan. Verba turunan terbentuk dari verba dasar, adanya keterikatan inilah yang menjadi penghubung antara verba dasar dan verba turunan. Verba dasar secara istilahnya seperti cikal bakal adanya verba turunan.
Referensi:
Ikasari, N., Amir, A., & Syahrani, A. VERBA DALAM BAHASA DAYAK BAKATIK RARA DIALEK PAUM DI KECAMATAN JAGOI BABANG KABUPATEN BENGKAYANG. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 9(1).
Verba merupakan kelas kata yang memiliki peranan penting dalam proses pembentukan kalimat. Bagian yang menjadi peran utama sebagai predikat atau inti predikat dalam kalimat disebut sebagai verba (Alwi, 2010:91). Verba dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dasar dan turunan. Verba yang dikatakan sebagai morfem dasar bebas disebut verba dasar (Kridalaksana, 2005). Sedangkan verba yang sudah melewati tahapan morfologis itulah yang disebut verba turunan. Di mana verba turunan ini dapat dibentuk setelah melewati tahap transposisi, pengafiksan, reduplikasi, atau pemajemukan (Arifin dan Junaiyah, 2009:103). Verba dasar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu verba dasar bebas dan verba dasar terikat. Verba dasar bebas merupakan verba tanpa melalui tahapan afiksasi. Contoh dari verba dasar bebas adalah makan, minum, lari, duduk, dan pergi. Sedangkan contoh verba dasar terikat sebagai berikut:
Rosot menjadi merosot
Anjak menjadi beranjak
Alih menjadi beralih.
Dari contoh di atas dapat dikatakan bahwa verba dasar terikat merupakan verba dasar yang mengalami proses perubahan karena mengalami pengafiksan dalam prefiks meng-, ber-, atau ter-, dan sufiks -kan atau -i. Moeliono dkk. (2017) berpendapat bahwa verba dasar terikat dapat diklasifikasikan menjadi verba setelah mengalami proses afiksasi.
Selanjutnya, contoh dari verba turunan sebagai berikut:
Transposisi.
Tahapan penurunan kata yang dapat mewujudkan perubahan kategori tanpa mengubah suatu bentuk disebut transposisi (Arifin dan Junaiyah, 2009:104). Transposisi ini dapat membentuk nomina dan adjektiva menjadi verba.
Contohnya: Gunting (nomina) = Paman tolong gunting kertas ini menjadi dua bagian (Gunting = Verba)
Pengafiksan.
Contohnya: Sepeda = Bersepeda (ber-), Darat = Mendarat (Me(N))
Contoh di atas menggambarkan terjadinya perubahan kelas kata dari nomina menjadi verba karena melewati proses pengafiksan (Alwi, 2010:105). Proses pemberian imbuhan, baik awalan, akhiran, maupun sisipan pada kata dasar disebut pengafiksan.
Reduplikasi.
Contohnya: Tembak = Tembak-menembak, Jadi = Menjadi-jadi
Dari contoh di atas dapat dikatakan sebagai verba berulang (reduplikasi) karena menggambarkan terjadinya perulangan bentuk dasar (Alwi, 2010:106). Reduplikasi adalah tahapan mengulang keseluruhan atau sebagian kata.
Pemajemukan.
Penggabungan dua bentuk dasar atau lebih menjadi satu kesatuan makna disebut sebagai pemajemukan (Arifin dan Junaiyah, 2009:104). Pemajemukan adalah tahapan menggabungkan dua kelas kata atau lebih.
Contohnya: Jual (verba) + beli (verba) = Jual beli, Jatuh (verba) + hati (nomina) = Jatuh hati
Dari paparan yang telah saya jelaskan di atas, beserta contoh yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara verba dasar dan verba turunan pada kajian morfologi sangat berkaitan dan berhubungan, di mana verba turunan dapat terbentuk dari adanya verba dasar yang mengalami proses transposisi, pengafiksan, reduplikasi, atau pemajemukan. Dengan kata lain, verba dasar merupakan kata pembentuk dari verba turunan.
Sumber Referensi:
Alwi, Hasan dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin dan Junaiyah. 2009. Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi Edisi Kedua. Jakarta: Grasindo.
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
verba dasar merupakan verba yang dapat berdiri sendiri atau berupa kata dasar (morfem) sedangkan verba turunan merupakan verba yang dibentuk melalui proses transposisi, penambahan afiks, reduplikasi, atau pemajemukan. kemudian hubungan dari verba dasar dan verba turunan adalah verba turunan merupakan verba dasar (kata dasar) yang telah mengalami gabungan proses seperti reduplikasi, afiksasi dan lainnya.