Menilik Unsur Interinsik Kumpulan Cerpen Terbitan Terdahulu dalam Surat Kabar Harian Manuntung Periode 1988

![gT8ULZHB_400x400|400x400](upload://g0DpvcehX4KQPR9ILLd


AZTHezcv.jpeg)

Melalui kumpulan cerita pendek pada surat kabar harian Manuntung periode 1988 yang berasal dari Kalimantan Timur seolah mengajak kita untuk terus mengingat cerpen-cerpen terbitan terdahulu beserta latar belakang dan unsur-unsur pembangun yang ada. Khususnya pada tema dan nilai moral cerpen-cerpen tersebut*.* Pada artikel sebelumnya telah ditemukan terkait hal yang sama berkenaan dengan tema dan nilai moral yang terkandung dalam empat cerita pendek surat kabar harian Manuntung Kalimantan Timur. Melalui empat judul cerpen yang berbeda akan ditemukan tema dan nilai moral yang bervariasi.

Pada setiap cerita pendek dalam surat kabar Manuntung tentu memiliki pengarang yang berbeda dan karakteristik karya sastra yang berbeda pula. Pertama, cerpen berjudul “Dermaga Biru” yang mengisahkan seorang pemuda termangu lama dipinggir pelabuhan dan memandangi kapal-kapal yang berlayar seolah sedang menantikan seseorang. Tak lama dari itu muncul seorang lelaki tua, ia kemudian mengajak pemuda tadi berkenalan satu sama lain hingga menciptakan obrolan ngalur-ngidul yang menyenangkan. Diketahui bahwa dua orang lelaki ini sedang menunggu orang yang sama, yakni kekasih sang pemuda yang ternyata merupakan anak gadis dari lelaki tua tersebut. Tema yang terkandung dalam cerpen “Dermaga Biru” mengilustrasikan pada penantian seseorang yang dengan kesabaran dan keikhlasan menunggunya memperoleh akhir yang membahagiakan. Mengangkat tema sebuah penantian sangat berharga dari seorang kekasih dan orang tua. Pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui cerpen ini mengisyaratkan pada setiap kesabaran, penantian, doa, dan harapan dengan sendirinya akan membuahkan hasil berupa kebahagiaan.

Kedua, cerpen berjudul “Di Atas Tempaan Lelah” menceritakan seorang mahasiswa baru yang sedang melaksanakan OSPEK bernama Dyera yang merasa takut dan tertetkan. Ia merupakan seorang anak manja yang selalu mendapatkan perhatian dan kasih kasayang dari Ibu dan Kakaknya. Saat ospek ini berlangsung ia menangis tak ada henti, kemudian ada kak tingkatnya yang ternyata merupakan kakak kelas dan juga crush saat di SMA. Mulai dari sini kehidupan perkulihan Dyera berubah total, ia tak lagi menjadi gadis cengeng dan manja. Dari singkatan cerita di atas dapat ditemukan cerita yang mengangkat topic mengenai kegelisahan, harapan, dan kasih sayang. Melalui cerpen ini pengarang menyelipkan makna yang tersirat kepada pembaca yakni sebuah pelajaran untuk tidak bergantung kepada siapa pun bahkan orang terdekat yang mengakibatkan terjadinya kerapuhan, kegelisahan, lemah, dan tidak percaya diri. Namun, jika kita dapat menghadapi situasi apapun dengan bijaksana maka seseorang akan menajdi lebih baik dalam menghadapi permasalahan kehidupan.

Ketiga , cerpen dalam surat kabar harian Manuntung berjudul “Dari Sebuah Kegagalan” mengisahkan seorang gadis yang baru saja menamatkan sekolah menengah atas bernama Ara namun dihadapkan pada situasi yang rumit. Ia memliki keinginan untuk melanjukan ke jenjang perkuliahan, telah mengikuti ujian masuk universitas tetapi blm mendapatkan kabar yang gembira. Di saat ini ia mengalami kebingungan, karena kedua orang tunya jika sanggup membiayai pendidikannya jika masuk di universitas swasta. Ketika dalam kondisi seperti ini ia bahagia memliki sahabat yang selalu menghibur dan memberikan solusi. Akhirnya dengan nasihat sahabatnya ia memutuskan untuk mendaftar pekerjaan di perusahaan swasta. Tak lama kemudian muncul pengumumna bahwa ia diterima pekerjaan, dengan kesabarannya ia menjadi sukses di dunianya. Rangkuman cerita di atas ditemukan tema yang berbobot mengenai perjuangan seorang perempuan pada situasi yang rumit serta awal dari kegagalan. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui cerpen ini ialah ketidakberdayaan dari seorang merupakan bukanlah suatu kegagalan yang dipasrahkan begitu saja. Kegagalan merupakan kunci dari kesuksesan seseorang jika ia terus berusaha.

Keempat , cerpen berjudul “Buntut” menceritakan seorang lelaki bernama Marno yang merupakan anggota pengurus karang taruna desa. Marno dikenal dengan kepribadian rajin, tegas, disiplin, dan bertanggungjawab. Namun disisi lain Marno memliki kebiasaan buruk yakni bermain buntut. Berkali-kali sabahatnya yang bernama Budi dan istrinya yang bernama Pariyem sudah mengingatkan untuk berhenti main buntut tetapi tidak dihiaraukan. Kebiasaan bermain buntut menjadi awal kehancuran hidup bagi dirinya. Istri minta untuk diceraikan dan hubungan rumah tangga Marno hancur lebur. Tempat permainan buntut pun digebrek polisi dan akhirnya Marno menjadi gila akibat ulahnya sendiri. Synopsis cerita di atas mengangat tema sosisl di masyarakat. Berawal dari kebiasaan seorang toko bernama Marno yang gemar bermain taruhan, tetapi meiliki kepribadian sosial yang baik. Marno juga merupakan seorang pengurus karang taruna. Melalui cerpen ini pengarang memberikan pesan berupa nilai moral bagi pembaca yakni kehancuran pda nilai-nilai hidup diakibat oleh kebiasaan buruk seseorang sehingga membuat akal sehatnya menjadi hilang.

Dari keempat cerpen terbitan surat kabar harian Manuntung secara keseluruhan menggambarkan kehidupan bermasyarakat pada umunya melalui penggambaran berbagai peristiwa yang dialami oleh para tokoh dalam cerpen. Tema yang terkandung dalam keempat cerpen memiliki karakteristik yang berbeda dan beragam. Pengarang memliki cara pandang dan sikap yang berbeda pula dalam menceritakan sebuah kejadian, peristiwa, dan pengalaman tokoh dengan berbagai penyelesaian konflik dalam cerpen. Seluruh peristiwa dalam cerita pendek terbitan surat kabar harian Manuntung periode 1988 diilustrasikan oleh pengarang berdasarkan kondisi lingkungan sosial dan budaya di Kalimantan Timur.

Rujukan artikel:
Herawati, Y. (2021). Tema dan Nilai Moral dalam Empat Cerita Pendek Terbitan Surat Kabar Manuntung di Kalimantan Timur. LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan, 16(1), 33-45.