Mengulik Makna Puisi "Yang Fana Adalah Waktu" karya Sapardi Djoko Damono

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Halo, sobat semua! Bagaimana kabar kalian? Semoga selalu dalam kondisi yang sehat dan bahagia, ya!:pray::sparkles:

Kalian pasti tidak asing dengan puisi, kan? Karya sastra yang satu ini sangat sering kita temui di kehidupan sehari-hari, lho! Lantas, apa yang dimaksud dengan puisi itu?

Puisi menurut Waluyo (2002:25) adalah salah satu jenis karya sastra yang di dalamnya tertuang pikiran dan perasaan sang penyair yang diungkapkan secara imajinatif, disusun dengan berfokus pada kekuatan bahasa, serta fokus pada struktur fisik maupun batinnya. Jadi, puisi merupakan karya sastra yang di dalam penciptaannya terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi yang biasanya puisi digunakan sebagai wadah bagi para penyair untuk meluapkan pikiran dan perasaannya.

Pada kesempatan kali ini, kita akan menganalisis makna dari puisi “Yang Fana Adalah Waktu” karangan sastrawan Indonesia bernama Sapardi Djoko Damono. Nah, tanpa berlama-lama lagi, simak penjelasan di bawah ini, yuk!

Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita Abadi:
Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
“Tapi,
yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu. Kita abadi.

Puisi “Yang Fana Adalah Waktu” di atas mengambil waktu sebagai tema utamanya. “Waktu” adalah suatu hal yang abadi, sedangkan manusia merupakan makhluk yang tidak abadi. Hal tersebut diungkapkan secara terbalik oleh Sapardi untuk menyindir para manusia yang bertingkah melewati kodratnya. Manusia juga kerap kali melakukan hal-hal yang tidak penting selama di dunia hingga akhirnya menyesal di kemudian hari. Hal tersebut terlihat dalam kalimat yang berbunyi “Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.”. Kalimat tersebut juga dapat diartikan sebagai sifat manusia yang gemar mengejar gemerlap kehidupan di dunia sehingga lupa tujuan manusia hidup di dunia yang sebenarnya.

Sapardi, melalui puisi ini, ingin mengingatkan para manusia di dunia untuk tetap menjalani hidup sesuai tujuan kita yang sebenarnya, yaitu untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya agar sukses di kehidupan akhirat kelak. Pada kalimat yang berbunyi “Kita abadi”, Sapardi menjelaskan bahwa setelah kehidupan di dunia, manusia akan kembali ke asalnya yaitu kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa dan akan melewati kehidupan selanjutnya setelah di dunia. Manusia akan mempertanggung jawabkan semua yang mereka lakukan di dunia, perbuatan baik maupun buruk. Oleh karena itu, selagi kita hidup di dunia, kita harus terus mencari bekal untuk selamat di kehidupan akhirat.

Demikian adalah makna dari puisi karya sastrawan Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Yang Fana Adalah Waktu”. Puisi ini merupakan puisi yang indah dan bermakna sangat dalam. Puisi ini mengajarkan kita nilai kehidupan agar selalu ingat bahwa akan ada masa di mana kita harus bertanggung jawab atas perbuatan kita di dunia. Karena sekali lagi, manusia tidak abadi di dunia, yang abadi adalah waktu.

Sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga sedikit penjelasan di atas dapat membantu kalian dalam memahami makna dari puisi “Yang Fana Adalah Waktu” karangan Sapardi Djoko Damono ini. Terima kasih dan semangat untuk terus mencari ilmu sebanyak-banyaknya, teman-teman!

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Referensi:

Magai, L. (2023). Analisis Puisi “Yang Fana Adalah Waktu” Karya Sapardi Djoko Damono dengan pendekatan Stilistika. Student Research Journal , 1 (1), 237-246.

Ningsih, H. P. (Desember, 2021). **Pendekatan Pragmatik terhadap Puisi Sapardi “Yang Fana Adalah Waktu”. Diakses pada 11 Juni 2023, dari https://kilatnews.co/9647-2-pendekatan-pragmatik-terhadap-puisi-sapardi-yang-fana-adalah-waktu/

Putri, S. P. (Oktober, 2021). Ada Nasihat Tersemat di Balik Puisi ‘Yang Fana Adalah Waktu’. Diakses pada 10 Juni 2023, dari https://kumparan.com/selvia-parwati-putri/ada-nasihat-tersemat-di-balik-puisi-yang-fana-adalah-waktu-1wnrNL6edCc