Mengulik Frasa Eksosentrik

Mengulik Frasa Eksosentrik

Silvia Widyasari

Sebelum mendalami seluk beluk frasa eksosntrik, mari kita pahami dahulu apa pengertian frasa itu. Frasa menurut Tarmini (2012: 11) adalah konstruksi yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang dapat memenuhi fungsi sintaksis tertentu dalam sebuah kalimat, tetapi tidak melebihi batas fungsi klausa atau penamaan frasa tidak bersifat prediktif. Sebagaimana dikemukakan Keraf (1984:138), bahwa frasa dibentuk untuk mempersempit ruang lingkup makna suatu kata yang sebelumnya tidak ada.

Frasa terbagi atas beberapa macam salah satunya adalah frasa berdasarkan distribusi unsurnya, yakni frasa eksosentrik dan frasa endosentris. Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsur-unsurnya (Ramlan, 2005:142). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Chaer (2009:120), bahwa frasa endosentrik, yaitu frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan keseluruhan. Sedangkan frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak berdistribusi paralel dengan unsur-unsurnya. Namun, dalam artikel kali ini, kita akan mendalami tentang frasa eksosentrik saja.

Berbeda halnya dengan frasa endosentris, frasa eksosentris tidak memiliki distribusi unsur yang setara. Satu unsur tidak dapat menggantikan unsur lainnya. Frasa eksosentris dalam bahasa Indonesia memiliki ciri yakni terdiri dari unsur pertama berupa preposisi dan unsur kedua berupa nomina, verba, atau pun adjektiva. Frasa ini biasanya terbentuk dari jenis-jenis kata benda yang digabung dengan konjungsi, jenis-jenis kata depan, atau beberapa kata tertentu. Frasa ini sendiri terbagi pula ke dalam 2 jenis yaitu frasa eksosentrik direktif dan frasa eksosentrik non-direktif.

Jenis yang pertama yakni frasa Frasa eksosentrik direktif adalah frasa yang menggunakan perangkai berupa preposisi. Frasa preposisional seluruhnya tidak berperilaku sama dengan komponen-komponennya, baik dengan preposisinya maupun dengan sumbunya (Kridalaksana, dkk, 1985:116). Jadi berdasarkan pendapat tersebut bahwa frasa eksosentri direktif adalah frasa yang tidak dapat berdistribusi sama dengan semua unsur-unsurnya. Frase eksosentrik direktif adalah komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke dan dari dan komponen keduanya berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Contoh:

  • Ayah di rumah.
  • Bunglon itu terjatuh dari pohon mahoni.
  • Ibu pergi ke pasar sejak tadi pagi.

Sedangkan jenis yang kedua yakni frasa eksosentrik nondirektif. Frase eksosentrik nondirektif adalah frasa yang perangkainya bukan preposisi. Frasa ini ada yang berdistribusi komplementer ada pula yang distribusi pararel dengan salah satu unsurnya (Chaer, 2006:60). Frasa eksosentrik nondirektif terdiri atas unsur perangkai yang artikula dan unsur sumbunya terdiri atas gabungan dua kata atau lebih yang berkategori nomina, adjektiva, atau verba. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa kelompok artikula, yaitu,

  • Yang bersifat gelar : sang, sri, hang, dang.
  • Yang mengacu ke makna kelompok, : para, kaum, umat.
  • Yang menominalkan.

Frase eksosentrik nondirektif komponen pertamanya berupa artikula, seperti si dan sang atau yang, para dan kaum, sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva, atau verba. Contoh:

  • Si kaya itu suka berderma.
  • Para remaja kampung beronda setiap malam.

Referensi :

Seri Melani, d. (2019). Analisis Frasa pad Surat Kabar Harian Rakyat Bengkulu. Jurnal Ilmiah Korpus , 210-220.

Supriyadi. (2014). Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.

sumber gambar cover : https://lektur.id/wp-content/uploads/2020/04/frasa-eksosentris.jpg