Setelah menyelesaikan masa SMK yang penuh lika-liku, saya merasa sudah siap untuk melanjutkan langkah berikutnya yaitu kuliah. Akan tetapi saran dari orang tua, saya bekerja saja. Lalu setahun berjalan saya belum bekerja di bawah tangan orang lain, selama setahun saya membantu pekerjaan orang tua saya. Pada tahun ini tiba-tiba orang tua saya menawari untuk berkuliah. Saya langsung mencari informasi tentang pendaftaran kuliah dan pada saat itu saya mendaftar lewat jalur SNBT. Saya selalu mendengar cerita tentang betapa sulitnya bisa masuk universitas impian lewat jalur SNBT. Saya pun tidak mau ketinggalan. Dengan harapan tinggi dan tekad kuat, saya pun mendaftar.
Persiapan untuk jalur SNBT bisa dibilang sangat kurang karena saya hanya belajar dalam waktu satu bulan. Setiap hari, saya menghabiskan waktu untuk membaca buku, dan berlatih soal-soal ujian. Saya bahkan tidak mengikuti bimbingan belajar untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin karena waktunya sangat mepet. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, dan tibalah waktunya. Saat SNBT dilaksanakan rasanya melihat soal-soal di depan komputer, otak terasa sangat panas karena saya kurang mengerti dan memahami soal tersebut. Selama ujian berlangsung saya hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban saya bisa diterima di pilihan pertama.
Ketika hari pengumuman akhirnya tiba, rasanya campur aduk. Saya dan adik saya yang juga mendaftar pada tahun ini, siap untuk membuka situs pengumuman bersama-sama. Jantung saya berdegup kencang saat saya mengetik alamat situs dan menunggu halaman terbuka. Ketika saya melihat tulisan tidak lolos, rasanya seperti jatuh dari ketinggian. Semua impian saya seolah hancur seketika. Tetapi saya juga sadar diri karena mungkin memang persiapan saya kurang matang.
Momen itu membuat saya merasa kehilangan arah. Saya pun memikirkan langkah selanjutnya. Di rumah, saya berusaha meyakinkan diri bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Setelah beberapa hari merenung dan meredakan kekecewaan, saya mulai mencari informasi tentang jalur mandiri. Ternyata, di universitas yang saya inginkan menawarkan jalur ini, meskipun persaingannya tetap cukup ketat. Namun, saya menyadari bahwa saya tidak ingin menyerah begitu saja. Saya ingin mencoba lagi. Di sinilah saya menemukan semangat baru.
Saya mulai mencari tahu tentang syarat-syarat dan ujian yang harus dilalui. Saya membuat daftar universitas yang masih membuka pendaftaran dan mulai mempersiapkan dokumen yang diperlukan. Setelah mengumpulkan semua berkas, saya merasa lebih percaya diri. Kali ini, saya tidak ingin terbebani dengan harapan yang terlalu tinggi, tapi tetap optimis. Saya juga mengikuti bimbingan belajar untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Selama persiapan jalur mandiri, saya merasa lebih santai. Saya mengikuti kelas bimbingan belajar yang lebih fleksibel, dan teman-teman baru yang saya temui di sana membuat proses belajar jadi lebih menyenangkan. Saya belajar untuk tidak terlalu fokus pada tekanan, melainkan menikmati setiap proses yang ada.
Hari ujian mandiri tiba. Saya berangkat dengan perasaan campur aduk. Kali ini, saya berusaha menenangkan diri dan fokus pada soal-soal yang ada. Saat ujian berlangsung, saya merasa lebih siap. Semua persiapan yang saya lakukan terasa terbayar. Setelah menyelesaikan ujian, saya pulang dengan perasaan lega. Menunggu pengumuman hasil jalur mandiri menjadi momen yang paling menegangkan. Setiap hari saya cek situs dengan harapan, meskipun rasanya deg-degan. Akhirnya, saat pengumuman diumumkan, saya kembali membuka situs dengan jantung berdegup kencang. Dan, betapa bahagianya saya ketika melihat nama saya dengan tulisan DITERIMA! Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Semua usaha dan kerja keras saya terbayar. Saya berharap jurusan yang saya ambil akan menjadi berkah untuk saya dan menghantarkan ke cita-cita yang selama ini saya impikan.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa hidup itu penuh dengan kejutan. Kegagalan di jalur SNBT bukanlah akhir, tetapi justru membuka jalan untuk kesempatan yang lebih baik. Mungkin saat itu saya merasa hancur, tapi semua itu mengajarkan saya arti ketekunan dan tidak menyerah. Sekarang, saya siap untuk memulai babak baru di universitas dan menjalani semua pengalaman seru yang menanti di depan.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa setiap perjalanan memiliki lika-liku tersendiri. Yang terpenting adalah tetap berusaha dan tidak takut untuk mencoba lagi. Jadi, bagi siapa pun belajar bahwa hidup itu penuh dengan kejutan. Kegagalan di jalur SNBT bukanlah akhir, tetapi justru membuka jalan untuk kesempatan yang lebih baik. Mungkin saat itu saya merasa hancur, tapi semua itu mengajarkan saya arti ketekunan dan tidak menyerah. Sekarang, saya siap untuk memulai babak baru di universitas dan menjalani semua pengalaman seru yang menanti di depan.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa setiap perjalanan memiliki lika-liku tersendiri. Yang terpenting adalah tetap berusaha dan tidak takut untuk mencoba lagi. Jadi, bagi siapa pun yang menghadapi kegagalan, ingatlah bahwa itu bukan akhir, tetapi awal dari sesuatu yang lebih baik.