Mengenal Teori Mentalisme dari F. De Saussure

Jika membahas semantik pastinya tidak akan terlepas dari mempelajari makna, dan jika mempelajari makna pastinya juga tidak akan terlepas dari teori semantik, sebenarnya ada berapa ya teori semantik itu?

Teori semantik itu memiliki banyak jenis mulai dari teori referensial, teori mentalisme, teori kontekstual, teori pemakaian dari makna, dan masih banyak lagi teori-teori yang membahas tentang makna pada semantik. Tapi tentunya di sini saya tidak akan membahas semua teorinya ya, dari gambar pasti kalian sudah bisa menebak apa teori yang akan saya bahas pada topik kali ini, ya benar sekali dalam tulisan saya kali ini saya akan mengkhususkan membahas tentang teori mentalisme atau juga bisa disebut teori konseptual, teori ini dikemukakan pertama kali oleh F. De Saussure.

Seperti yang sudah tertera pada gambar teori ini memiliki kaitan erat dengan langage parole, dan langue yang dikemukakan oleh Saussure. Lebih tepatnya lagi Saussure mengungkapkan bahasa dapat dibedakan dengan analisis yang terdiri dari la parole, la langue, dan le langage. Tetapi kita harus sabar dulu sebelum mengetahui analisis la parole, la langue, dan le langage kita harus paham dulu mengenai arti dari langage parole, dan langue sendiri. Pertama saya akan membahas langage terlebih dahulu, langage ini merupakan sebuah konsep, dimana konsep ini dapat membatasi kemampuan manusia saat akan berkomunikasi dengan bahasa yang dikuasai, selanjutnya ada parole, parole adalah bagian dari fenomena bahasa dimana fenomena ini lebih mengarah pada keunikan individu saat berkomunikasi, keunikan ini dilihat dari dialek yang digunakan orang tersebut, kemudian yang terakhir ada langue merupakan sebuah aturan bahasa yang tampak mengatur sistem bahasa kita tapi kita tidak menyadari (citra mental penutur).

Nah sekarang setelah kita mengetahui apa itu langage, parole, dan langue, sekarang saatnya kita membahas tentang kaitan teori mentalisme dengan analisis la parole, la langue, dan le langage, jadi Saussure mengenalkan teori mentalisme dengan memberikan pendapat tentang studi makna secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa melalui la parole, la langue, dan le langage ini, cara analisisnya yaitu melalui penggabungan bahasa yang lahiriah (la parole) dengan sebuah ‘konsep’ citra mental penuturnya (la langue).

Dari penjelasan di atas pasti kita sudah paham kan apa yang ditekankan pada teori mentalisme/konseptual ini, tetapi ada baiknya untuk menguatkan pemahaman kita kembali saya akan memberikan contoh, tapi sebelum masuk ke contoh saya akan memberitahu terlebih dahulu bahwasannya makna dalam konseptual ini juga disebut makna denotatif, makna denotatif ini masih menunjuk pada makna dasarnya. Konseptual bisa diketahui melalui perbandingan pada tataran bahasa, Leech mengemukakan ada dua prinsip yaitu ketidaksamaan dan prinsip struktur unsurnya, selanjutnya Pateda (1989: 63) mengungkapkan ketidaksamaan dapat di analisis dalam tataran fonologi yaitu bunyi bahasa ditandai + kalau ciri dipenuhi dan – jika ciri tidak dipenuhi.

Contoh :
•Pada leksem bapak dapat dianalisis sebagai + manusia, + dewasa, dan + laki-laki tidak mungkin - perempuan
•Pada leksem ibu dapat dianalisis sebagai + manusia, + dewasa, dan + perempuan tidak mungkin - laki-laki
•Pada leksem kursi dapat dianalisis sebagai terbuat dari + kayu/besi, + berkaki empat, + sebagai tempat duduk dan tidak mungkin ini - manusia

Jadi kesimpulan dari penjelasan di atas adalah teori mentalisme/konseptual ini berhubungan langsung dengan la parole, la langue, dan le langage atau juga bisa disebut dengan makna lahiriah/dasarnya yang digabungkan dengan sebuah ‘konsep’ citra mental dari penuturnya. Untuk penerapan teori ini juga tidak terlalu sulit karena mudah di cari tahu contohnya, jadi setelah menemukan penjelasan ini tentu saja kita bisa menggunakan kata yang sesuai dengan penerapan teori ini.

Tidak terasa bersamaan pemaparan kesimpulan di atas juga menjadi akhir dari penjelasan saya tentang teori mentalisme/konseptual ini, harapan saya setelah pembaca membaca artikel saya ini pembaca dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih sudah berkenan membaca artikel yang saya tulis ini semoga bermanfaat :smiling_face:.

Referensi :
Parera, J.D. (2004). Teori Semantik (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga

Suwandi, S. (2022). Semantik: Pengantar kajian makna. Yogyakarta: Media Perkasa