Mengenal Lebih Dekat Kajian Sintaksis

Linguistik merupakan studi ilmu yang mengkaji tentang bahasa. Salah satu cabang yang dikaji dalam linguistik yaitu sintaksis. Pengetahuan menganai sintaksis sangat penting untuk dipelajari terutama dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia tidak terkecuali bagi mahasiswa. Menurut Awalludin (2019) dengan kemampuan sintaksis, mahasiswa dapat menyusun suatu kata menjadi gabungan kata untuk membentuk frasa, klausa, dan kalimat yang tersusun secara sistematis. Pada artikel ini akan dibahas mengenai pengertian sintaksis, objek kajian sintaksis, hubungan sintaksis dengan morfologi, dan hubungan sintaksis dengan wacana.

Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang artinya dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membahas mengenai kaidah penggabungan suatu kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang disebut dengan frasa, klausa, dan kalimat (Supriyadi, 2014). Jadi, sintaksis merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang seluk beluk frasa, klausa, dan kalimat. Dalam subdisiplin linguistik, sintaksis menduduki kajian dalam tata bahasa.

Objek Kajian Sintaksis
Objek kajian dari sintaksis yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Objek terkecil dalam kajian sintaksis berupa frasa, sementara objek kajian terbesar dalam kajian linguistik berupa kalimat. Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi klausa maupun kalimat. Hal tersebut berarti banyaknya jumlah kata dalam frasa asalkan tidak melebihi fungsinya sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan maka dapat dikatakan suatu frasa. Rangkaian kata dalam frasa mempunyai satu makna yang tidak bisa dipisahkan. Frasa mempunyai sifat nonpredikatif yaitu suatu gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi dalam sintaksis dalam suatu kalimat.

Klausa merupakan satuan gramatik atau tata bahasa yang terdiri atas subjek dan predikat serta bersifat predikatif (bisa disertai objek, pelengkap, keterangan ataupun tidak). Unsur yang harus ada dalam klausa setidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa dapat berpotensi menjadi sebuah kalimat. Hal yang dapat membedakan antara klausa dan kalimat yaitu intonasi final yang ada di akhir satuan bahasa tersebut. Klausa tidak diakhiri dengan intonasi final.

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil dapat berupa lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Unsur-unsur dalam kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat diakhiri dengan intonasi akhir yang sepadan dengan tanda baca yang digunakan (tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru).

Hubungan Sintaksis dengan Morfologi
Sintaksis dan morfologi merupakan dua cabang dari linguistik yang tidak dapat dipisahkan. Sintaksis dan morfologi merupakan bagian dari tata bahasa. Menurut Noortyani (2017) cabang dalam linguistik terbagi menjadi 3 yaitu fonologi, tata bahasa, dan semantik. Tata bahasa itu sendiri terdiri dari morfologi dan sintaksis.

Kajian sintaksis merupakan lanjutan dari kajian morfologi. Jika kajian morfologi membahas mengenai morfem dan kata, maka kajian sintaksis membahas rangkaian dari kata yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Satuan frasa terdiri atas suatu unsur-unsur yang berupa kata. Hubungan tersebut memperlihatkan adanya tataran dari urutan yang kecil berupa kata ke dalam urutan yang lebih besar yang berupa frasa. Kajian sintaksis dapat dipahami setelah seseorang memahami bidang kajian morfologi.

Hubungan Sintaksis dengan Wacana
Kajian sintaksis dengan kajian wacana saling berhubungan. Objek terbesar dalam kajian sintaksis yaitu kalimat. Tidak dapat dipungkiri jika di atas kalimat terdapat suatu unsur lainnya yang berupa wacana. Satuan wacana terdiri atas suatu unsur-unsur yang berupa kalimat. Hubungan antar satuan tersebut memperlihatkan adanya tataran dari urutan yang kecil berupa kalimat ke dalam urutan yang lebih besar yaitu berupa wacana.
Kalimat merupakan satuan dasar dari wacana (Noortyani, 2017). Hal tersebut berarti wacana hanya akan terbentuk jika terdiri dari dua kalimat atau lebih yang letaknya berurutan serta berdasar pada kaidah kewacanaan. Setiap untaian kata yang terdapat pada suatu wacana berstatus kalimat.

Jadi, sintaksis merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang seluk beluk frasa, klausa, dan kalimat. Objek dalam kajian sintaksis yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis mempunyai hubungan dengan subdisiplin lain yaitu morfologi dan wacana.

Referensi

Awalludin, Subadiyono, & Nurhayati. (2019 ). PENGEMBANGAN BUKU TEKS SINTAKSIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BATURAJA . Logat, Vol. 6, No. 2, 93-101.
Gani, S., & Arsyad, B. (2018). KAJIAN TEORITIS STRUKTUR INTERNAL BAHASA (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik). ‘A Jamiy Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Vol.07, No. 1, 1-20.
Noortyani, R. (2017). Buku Ajar Sintaksis . Yogyakarta: Penebar Pustaka Media .
Suhardi. (2013). Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Supriyadi. (2014). Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.
Tarmini, W., & Sulistyawati. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UHAMKA Press .

3 Likes