Mengenal Lebih Dekat Frasa Nominal

PicsArt_03-21-05.45.28

Kontruksi Sintaksis

Sebenarnya kontruksi sintaksis itu apa sih? Jadi kontruksi sintaksis biasa diartikan sebagai satuan bahasa bermakna yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Kata sebagai unsur terkecil dalam kontruksi sintaksis. Kontruksi sintaksis juga memiliki beberapa ciri seperti:

  • Anggotanya berupa bentuk bebas
  • Hubungan antara unsurnya dapat disisipi bentuk kata lain
  • Struktur unsurnya biasanya tidak tetap
  • Bentuknya berupa frasa, klausa, dan kalimat.

Frasa

Frasa merupakan salah satu objek kajian dari sintaksis. Frasa memiliki arti berupa satuan bahasa yang secara potensial merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak memiliki ciri klausa. Frasa juga bisa diartikan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki salah satu fungsi klausa yaitu Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, dan Keterangan. Darasa dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu frasa nominal, frasa verba, frasa adjektival, frasa numeralia, dan frasa preposisional.

Frasa Nominal

Bahasan utama disini adalah frasa nominal. Frasa nominal diartikan sebagai frasa yang intinya nominal, frasa nominal terbentuk dengan memperluas suatu nominal kiri atau ke kanan. Misalnya nominal tas, dapat menjadi frasa nominal dengan menambahkan kata kedua, buah, baru, dan itu. Kata kedua dan itu sebagai penentu acuan nominal tas, kata buah sebagai penggolong, dan kata baru sebagai informasi mengenai nominal tas.

Penentu

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata atau kelompok kata yang berfungi sebagai penentu pada frasa nominal yaitu numeralia, petunjuk (demontrativa), penanda ketakrifan, dan pronomina atau nominal yang menyatakan kepemilikan.

  • Numeralia, numeralia dibagi menjadi numeralia tentu dan taktentu. Numeralia tentu dibagi lagi menjadi dua yaitu numeralia pokok (dua, tiga, lima, seperempat, sepertiga), dan numeralia tingkat (kesepuluh, keduabelas). Numeralia tentu biasanya mengikuti numeralia inti. Sedangkan numeralia taktentu contohnya, banyak, beberapa, sedikit, semua, dan se(tiap). Numeralia taktentu biasanya mendahului nominal inti.
  • Petunjuk (demontrativa), dalam bahasa Indonesia terdapat kata petunjuk umum berupa ini (objek dekat), dan itu (objek jauh), selain itu terdapat pula kata begini dan begitu (mengacu pada perbuatan peragaan).
  • Penanda ketakrifan, dalam bahasa Indonesia terdapat 5 kata penanda ketakrifan yaitu ini dan itu (bersifat detik), tersebut, tadi, dan -nya.
  • Pronomina dan nominal menyatakan pemilik, pronomina ini biasanya letaknya mengikuti nomina inti dan mendahului kata penunjuk.

Penggolongan dan Partitif

Penggolongan biasa diartikan sebagai kata yang digunakan bersama numeralia di depan nomina untuk menyatakan jenis dan bentuk nomina yang mengikutinya. Kehadiran penggolong tidak memengaruhi makna dasar frasa nominal tersebut. Terdapat beberapa penggolong yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia yaitu penggolong yang umum dipakai (orang,ekor,buah), dan penggolong khas yang hanya dapat mendahului nomina tertentu yang terbatas (batang, bentuk, bidang, biji, bilah, dll) bisa juga diganti dengan penggolong buah.

Sedangkan partitif ialah kata yang menyatakan kuantitas benda yang mengikutinya. Biasanya yang dapat digunakan sebagai partitif ialah kata yang menyatakan wadah atau ukuran. Partitif pada frasa nominal yang penentu nya berupa numeralia umumnya wajib hadir, karena jika tidak hadir makan maknanya akan berubah.

Susunan Kata Frasa Nominal

Nomina dapat diikuti pepatah dari dua kata atau lebih dan kelas kata yang berbeda. Susunan kata sebagai pewatas ditentukan oleh :

  • Pewatas nomina cenderung mendahului adjektiva atau verba dan frasa nomina yang kompleks.
  • Pewatas adjektiva mengikuti nomina inti secara langsung jika konstituen pewatas yang mengikutinya membentuk kesatuan makna.

Nomina inti dapat diperluas dengan menambahkan pewatas dengan atau tanpa penentu. Penentu yang mendahului nomina inti ialah frasa numeralia, sedangkan penentu yang mengikuti nomina inti berupa pronomina, numeralia tingkat, penanda ketakrifan, dan penunjuk.

Demikian yang bisa saya sampaikan dalam artikel yang masih jauh dari kata sempurna. Kurang lebihnya mohon maaf. Dan silahkan berikan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya. Terima kasih.

REFERENSI :

Alwi, Hasan, dkk. (2017). TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA. Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Noortyani, R. (2017). BUKU AJAR SINTAKSIS. Yogjakarta: Penebar Pustaka Media.

Supriyadi. (2014). SINTAKSIS BAHASA INDONESIA. Gorontalo: UNG Pres.