Mengenal Lebih Dalam Karya Sastra Puisi Berjudul “Peringatan” Karya Widji Thukul

Karya sastra merupakan struktur dari variasi kata seseorang pengarang yang ditransmisikan kepada para pecinta sastra (Septiani, 2020:12). Karya sastra adalah sesuatu yang berasal dari pemikiran seseorang berdasarkan apa yang dipikirkannya. Dalam membuat karya sastra seseorang bebas dalam berkreasi dan berimajinasi guna menghasilkan karya sastra yang terbaik. Suatu karya sastra merupakan proses kreatif pemikiran dari seorang pengarang terhadap kenyataan kehidupan sosial berdasarkan kisah pengarangnya.

Bentuk dari sebuah karya sastra yang menimbulkan penggunaan bahasa sehingga dapat menciptakan keestetikaan yaitu puisi (Ramdani, 2018:761). Menurut Pradopo dalam (Septiani, 2020:13) puisi adalah ekspresi atau pernyataan sastra yang paling penting. Dalam hal ini hubungan karya sastra puisi dengan prosa dan drama bukanlah hal yang sama. Karya sastra puisi sangat penting dan sulit dalam mengkomposisikannya. Sedangkan menurut (Sahrul, 2020:15) puisi adalah luapan isi hati penyair yang dituangkan kedalam kata-kata yang indah guna menyampaikan dari perasaan si penulis.Artikel ini akan menelaah lebih dalam terkait puisi ciptaan Widji Thukul yang berjudul “Peringatan”

  • Analisis Puisi “Peringatan” Karya Widji Thukul

Puisi berjudul “Peringatan” adalah puisi karya seorang sastrawan sekaligus aktivis buruh yakni Widji Thukul. Orde Baru menjadi saksi bisu hilangnya seorang aktifis kelahiran Solo ini. Puisi karya Widji Thukul ini menjelaskan mengenai pemerintahan yang sudah berada di jalur yang gelap kemudian rakyatnya pun tidak mendengarkan perintah dari pemerintah dan rakyat sudah acuh ketika sebuah kebenaran tidak didapatkan lagi dan tidak bisa diperoleh dimanapun.

Berikut merupakan bacaan dari puisi Widji Tukul yang berjudul Peringatan:

Peringatan

Oleh: Widji Thukul

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

Berdasarkan puisi diatas apabila ditelaah lebih dalam terkait unsur fisik maka dapat diperoleh seperti berikut:

  • Diksi

Pada puisi “Peringatan” ini pemilihan diksi menggunakan bahasa sehari- hari, tidak ada kata yang bermakna konotasi yang digunakan oleh penyair. Bahasanya lugas sehingga mudah dipahami. Interpretasi penyair terhadap objek ini dapat mudah diterka oleh pembaca. Namun, terdapat penggunaan istilah yang cukup sulit diketahui maknanya oleh pembaca awam, yaitu kata subversif. Kata tersebut memiliki makna leksikal yaitu suatu gerakan dalam usaha atau rencana ingin menjatuhkan kekuasaan dengan menggunakan cara di luar undang-undang. Penyair merepresentasikan makna tersebut dengan memilih istilah subversif yang sulit dipahami oleh pembaca agar terkesan tidak terlalu frontal dalam mengungkapkan pernyataan. Kata “subversif” terdapat pada larik berikut ini. suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan dituduh subversif dan mengganggu keamanan. Pada larik tersebut, penyair mengungkapkan alasan ia kecewa terhadap perilaku penguasa yang merugikan rakyat. Tidak hanya larangan- larangan yang rakyat harus patuhi, tetapi beberapa dari mereka pun tidak lepas dari adanya tuduhan untuk melakukan upaya menjatuhkan kekuasaan.

  • Pengimajinasian

Pada puisi Peringatan ini terdapat imaji visual (penglihatan) yang ingin menggambarkan kekecewaan penyair terhadap sikap penguasa. Imajivisual ini terlihat pada larik berikut.

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Pada larik tersebut, penyair membawa pembaca untuk melihat bagaimana kondisi saat penguasa sedang berpidato di hadapan masyarakat, namun beberapa dari mereka meninggalkan tempat tersebut lantaran ketidakdukungan mereka terhadap segala apa yang penguasa sampaikan pada masyarakat. Kondisi serupa sering terjadi sehingga penyair mengungkapkan fakta-fakta tersebut menjadi sebuah perumpamaan dalam menuangkan emosinya. Peristiwa tersebut seolah tervisualisasikan agar pembaca dapat menerka gambaran kondisi rakyat saat itu.

  • Majas

Pada puisi “Peringatan” ini tidak ditemukan banyak majas atau perumpamaan karena bahasa yang digunakan penyair pada puisi ini dapat mudah dipahami dengan bahasanya yang cukup lugas. Namun terdapat beberapa diksi yang dijadikan sebuah perumpamaan untuk memaknai suatu hal dengan hal lain yakni majas metafora. Ini terlihat pada larik suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan. Diksi suara pada larik tersebut memiliki arti lain dari arti yang sebenarnya. Makna kata suara tersebut dimaknai sebagai opini, gagasan, pendapat, ataupun kritik yang ingin rakyat sampaikan pada para penguasa. Kata “suara” dianalogikan sebagai makna tersebut karena arti suara sendiri yang merupakan bunyi yang dikeluarkan oleh manusia. Arti tersebut disandingkan seperti pendapat atau kritik yang disampaikan oleh masyarakat sebagai tuntutan mereka terhadap penguasa untuk dapat diterima dan direalisasikan.

  • Citra

Citra yang terdapat dalam Peringatan” karya Widji Thukul yakni citraan penglihatan yang merupakaan citraan yang produktif dipakai oleh pengarang untuk melukiskan keadaan, tempat, pemandangan, atau bangunan. Citra penglihatan dalam novel ini terdapat pada kalimat “Kalau rakyat bersembunyi” terdapat di bait ke-2 baris ke-1. Citraan penglihatan ditandai dengan kata ‘bersembunyi’ yang memiliki arti melindungkan diri supaya tidak terlihat oleh siapapun.

Kemudian pada puisi ‘Peringatan’ karya Widji Thukul pada bait ke-1 dan baris ke-2 juga terdapat citraan pendengaran yang ditandai dengan kalimat ‘Ketika penguasa pidato’ artinya ketika penguasa sedang berpidato atau sedang menyampaikan sesuatu yang mana diterima atau ditangkap oleh indra pendengaran manusia. Selain itu dalam citraan pendengaran juga terdapat pada kalimat “Dan berbisik-bisik” yang memiliki makna ketika membicarakan masalahnya sendiri Penguasa harus waspada dan belajar mendengar.

  • Kesimpulan

Dalam puisi “Peringatan” tergambarkan bahwa penyair sudah sangat baik dalam melakukan pemilihan diksi-diksinya yang terkesan lugas dan jelas. Puisi ini juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami pembaca karena hampir tidak ditemukan diksi-diksi yang mengandung perumpamaan yang perlu ditinjau. kembali makna konotasinya, namun dalam diksi, penulis menemukan bahwa pengguanaan kata “subversif” terkesan asing bagi orang yang baru mempelajari tentang dunia bahasa.

Namun secara keseluruhan pemilihan diksi dalam puisi “Peringatan‟ ini dapat langsung dicerna dan dipahami bagi pembacanya, khsususnya untuk rakyat dan penguasa pada saat itu. Luapan emosi penyair dalam puisi ini pun terpampang jelas sehingga pembaca dapat langsung merasakan apa yang penyair rasakan pada saat pembuatan puisi ini bahwa penyair dengan tegas menyampaikan kekecewaan, keberanian, dan keyakinannya dengan menggunakan bahasa yang tidak terkesan bertele-tele.

  • Referensi

Ramdani, Eri, dkk. 2018. “Analisis Makna yang Terkandung dalam Puisi Karya Wiji Thukul yang Berjudul ‘Peringatan”. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 1 (5): 761-766.

Septiani, Dwi. 2020. “Majas Dan Citraan Dalam Puisi “Mishima” Karya Goenawan Mohamad (Kajian Stilistika)”. Jurnal Sasindo Unpam. 8 (1): 12-24.

Sahrul, Umami, Puji Anto. 2020. “Gaya Bahasa Perbandingan Pada Kumpulan Puisi Dalam Pembelajaran Sastra di SMA”, El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 3 (1): 14-26.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media.

Nisa, C. A. D. K. (2019, November). Perlawanan Rakyat Terhadap Kuasa Pemerintah Dalam Buku Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 3, No. 2).