Mengenal Kalimat Analitis dan Kalimat Sintetis Yuk!

Sebelum masuk dalam pembahasan inti, perlu kita ketahui bahwa kalimat menurut Kridalaksana (2008) adalah suatu satuan bahasa yang pada dasarnya relatif berdiri sendiri. Kalimat ini memiliki pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Jadi sederhanyan kalimat ini adalah bagian dari ujaran yang relatif berdiri sendiri dan fungsinya ialah menyatakan konsep dari pikiran maupun perasaan kita. Kalimat yang menyatakan pikiran dan perasaan ini pasti selalu memiliki sebuah sifat bukan? Nah pada kalimat, terdapat sifat diantaranya sifat analitis dan sintetis. Lalu apa sih kalimat analitis dan sintetis?

A. Kalimat Analitis

Kalimat Analitis merupakan kalimat pernyataan yang memiliki kebenaran yang berada di kata-kata yang sudah tersusun membentuk kalimat itu sendiri. Menurut Parera (2004) kalimat analitis ini mengandung keseluruhan kebenaran yang pada dasarnya diketahui semua orang. Jadi susunan kata tersebut kebenarannya atau deskripsinya sudah umum diketahui oleh masyarakat di mana-mana.

Seperti pembahasan tadi, kebenaran kalimat analitis ditentukan oleh susunan kalimat itu sendiri. Kalimat yang bersifat analitis tidak mempunyai pengaruh dari luar kalimat. Artinya, kalimat ini memang tidak dipengaruhi oleh aspek-aspek di luar bahasa. Unsur-unsur pembentuk dalam kalimat pun juga mengandung kebenaran. Maka dari itu dalam menentukan apakah itu kalimat analitis atau bukan, kita harus dapat berpikir analitis juga. Lalu biasanya kalimat analitis ini ditemukan dimana sih?

Contoh penggunaan kalimat analitis adalah pada bahasa keilmuan. Pasalnya dalam bahasa keilmuan mengandung hasil pikiran yang mengandung kebenaran dan hal tersebut sesuai dengan sifat kalimat analitis yaitu mengungkapkan suatu persetujuan penutur sebagai kebenaran yang ada dalam kalimat.

Perhatikan contoh kalimat dibawah ini!

  1. Karnivora adalah golongan pemakan daging.

  2. Singa dan harimau adalah hewan karnivora.

  3. Ingsan merupakan alat pernapasan makhluk hidup di air.

  4. Ikan bernapas menggunakan ingsan.

Dari contoh kalimat satu sampai empat adalah contoh pernyataan yang bersifat analitis atau merupakan kalimat analitis. Sebab dalam contoh kalimat memang mengandung kebenaran yang sudah diketahui secara umum. Seperti kalimat “Singa dan harimau adalah hewan karnivora”. Singa dan harimau memang hewan yang makan daging, maka dari itu disebut hewan karnivora yang pada dasarnya adalah golongan pemakan daging.

B. Kalimat Sintetis

Kalimat sintetis adalah kalimat yang memiliki kebenaran yang tergantung dari aspek atau fakta di luar bahasa. Menurut Parera (2004) kalimat sintetis ini dihasilkan dari observasi ataupun pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Jadi kalimat sintetis bisa bersifat benar ataupun salah. Karena sifat tersebut dapat ditentukan oleh fakta lapangan yang terjadi.

Sifat kalimat sintetis yang dapat ditentukan dari fakta lapangan tadi, menjadikan kalimat sintetis dapat berubah. Karena fakta yang terjadi dapat saja kebetulan tidak sama dengan yang didapat sebelumnya. Oleh karena itu kalimat sintetis sifatnya tidak pasti tepat seperti kalimat analitis dan kalimat sintetis tidak dapat dipastikan dengan hanya dengan analitis yang logis. Kemudian contoh kalimat sintetis ini seperti apa sih?

Contoh kalimat sintetis dapat digunakan pada penulisan ilmiah. Namun seperti pada penjelasan sebelumnya, hal tersebut juga dapat bersifat benar atau salah.

Perhatikan contoh kalimat berikut!

  1. Orang Indonesia adalah orang yang ramah.

  2. Semua anak tunggal manja

  3. Warna matamu indah.

  4. Hidup sendiri menyenangkan.

Contoh kalimat di atas tidak memiliki kebenaran yang pasti. Kebenaran yang terkandung dalam kalimat satu sampai empat bisa berubah dan mungkin hanya berlaku di waktu tertentu berdasarkan pengamatan ataupun observasi yang telah dilakukan. Seperti contoh kalimat pertama yaitu “Orang Indonesia adalah orang yang ramah” Kalimat tersebut tidak memiliki nalar atau sense dalam maknanya.

Dari pemaparan bahasan mengenai kalimat analitis dan kalimat sintetis, dapat diketahui bahwa kedua sifat kalimat ini memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Kalimat analitis dan kalimat sintetis memang sama-sama mengandung kebenaran. Namun pada kalimat sintetis, kebenarannya ditentukan oleh aspek di luar bahasa sedangkan kalimat analitis ditentukan oleh unsur pembentuk kalimat itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh aspek di luar bahasa. Jadi kalimat sintetis tidak memiliki kebenaran yang umum seperti kalimat analitis.

Referensi:

J. D. Parera. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Bahasa Indonesia: Sintaksis Umum. Jakarta:
Gramedia.

1 Like