Mengenal Frasa Endosentrik

Screenshot_71-e1535129975288

Kali ini kita akan membahas mengenai frasa endosentrik. Sebelum masuk pada pembahasan utama kita akan membahas mengenai frasa. Frasa dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu frasa endosentris/endosentrik dan frasa eksosentris/eksosentrik. Frasa endosentris merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya, sedangkan frasa eksosentris ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Finoza, 2009).

Selanjutnya kita akan mengulas lebih dalam mengenai frasa endosentrik. Frasa endosentrik sendiri masuk dalam ranah frasa verbal. Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya, tetapi bentuk ini bukan merupakan klausa. Dengan demikian, frasa verbal mempunyai inti dan kata lain yang mendampinginya. Posisi kata pendamping ini tetap (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebas ke posisi lain. Perlu ditegaskan bahwa unsur pengisi subjek dan objek tidak termasuk dalam frasa verbal.

Jika dilihat dari konstruksinya, frasa verbal terdiri atas verba inti dan kata lain yang bertindak sebagai penambah arti verba tersebut. Konstruksi, seperti sudah membaik, akan mendarat, dan tidak harus pergi pada contoh di atas merupakan jenis frasa verbal endosentrik atributif. Frasa verbal seperti makan dan minum serta menyanyi atau menari masing-masing mempunyai dua verba inti yang dihubungkan dengan kata dan dan atau. Frasa seperti itu disebut frasa verbal endosentrik koordinatif.

Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik terbagi menjadi 2 yaitu frasa endosentrik atributif dan frasa endosentrik koordinatif. Frasa verbal endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pewatas (modifier) yang ditempatkan di muka atau di belakang verba inti. Yang di muka dinamakan pewatas depan dan yang di belakang dinamakan pewatas belakang. Sedangkan wujud frasa endosentrik koordinatif sangatlah sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau. Tentu saja sebagai verba bentuk itu dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan dan pewatas belakang.

Referensi:

Alwi, H. dkk. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (4 ed.). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Finoza, L. (2009). Komposisi Bahasa Indonesia . Jakarta: Diksi Insan Mulia.