Mengenal Etnografi Komunikasi dan Cakupannya

Etnografi komunikasi
Sumber gambar: stiaisyah.wordpress.com

Etnografi komunikasi tergolong sebagai salah satu cabang ilmu linguistik yang relatif baru namun mendapat perhatian yang cukup besar. Pada mulanya etnografi komunikasi (etnography of communication) disebut dengan etnografi wicara atau etnografi pertuturan oleh pakar linguistik Amerika, Dell Hymes. Tak lama istilah ini diubah menjadi etnografi komunikasi karena dianggap lebih tepat.

Sebenarnya etnografi komunikasi adalah salah satu cabang linguistik yang menggabungkan ilmu antropologi dan linguistik yang mengkaji perilaku berbahasa komunitas/etnik tertentu seperti cara-cara berbahasa masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Alasan Hymes memperhatikan bidang bahasa karena merasa prihatin melihat bidang antropologi lainnya yang sering dibandingkan dan dibahas sedangkan bidang wicara atau bahasa tidak dibahas maupun dibandingkan.

Hymes
Sumber gambar: dennyprabowo.blogspot.com

Menurut Hymes (1974), istilah etnografi komunikasi sudah menunjukkan cakupan dari kajiannya, yaitu etnografis sebagai landasannya dan komunikatif sebagai rentangannya. Sedangkan dalam hal cakupan kajian dan apabila ingin mendapatkan data terbaru maka peneliti harus meneliti langsung penggunaan bahasa dalam konteks situasi, sehingga dapat lebih jelas melihat pola-pola aktivitas tutur. Oleh karena itu, kita tidak bisa membuat bahasa atau bahkan tutur sebagai kerangka acuan yang sempit. Kita diharuskan mengambil konteks suatu guyup atau komunitas, kemudian baru bisa diteliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh.

Hymes juga mengatakan bahwa, linguistik yang bisa memberikan sumbangan terhadap etnografi komunikasi itulah yang sekarang dikenal sebagai sosiolinguistik. Sumbangan yang diberikan ini melalui kajian tentang organisasi alat-alat verbal dan tujuan akhir yang didukungnya. Pendekatan dalam sosiolinguistik yang seperti itu disebut sebagai etnografi komunikasi, yaitu kajian tentang etnografi wicara.

Untuk bisa memahami kajian etnografi komunikasi ini, Hymes menyarankan untuk mengubah orientasi pemikiran kita terhadap bahasa pada tujuh hal berikut:

  • Struktur atau sistem tutur
  • Fungsi yang lebih pada struktur
  • Bahasa sebagai tatanan (banyak mengandung fungsi)
  • Ketetapan unsur linguistik dengan pesan (yang akan disampaikan)
  • Keanekaragaman fungsi dari berbagai bahasa dan alat komunikasi lainnya
  • Komunitas atau konteks sosial lainnya sebagai titik tolak pemahaman
  • Fungsi-fungsi tersebut dikuatkan dalam konteks.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengutamaan lebih pada tutur daripada kode, kepada fungsi daripada struktur, kepada konteks daripada pesan, kepada ketepatan daripada kesewenangan, dan antarhubungan semuanya itu selalu esensial, sehingga kita tidak bisa hanya menggeneralisasikan kekhususan tetapi juga umum.

DAFTAR PUSTAKA:
Haryono, A. (2015). Etnografi komunikasi: Konsep, metode, dan contoh penelitian pola komunikasi.
Sumarsono. (2011). Sosiolinguistik Cetakan ke-VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmawan, K. Z. (2008). Penelitian etnografi komunikasi: tipe dan metode. Mediator: Jurnal Komunikasi , 9 (1), 181-188.
Irawan, D. (2018). Studi Etnografi Komunikasi pada Organisasi Persatuan Islam. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi , 2 (1), 59-78.