Mengenal Etnografi Komunikasi Dalam Linguistik

Mengenal Etnografi Komunikasi

Etnografi berasal dari bahasa Yunani Ethnos, artinya adalah kelompok budaya, orang, atau ras. Maknanya mengacu pada subbidang yang dikenal sebagai antropologi deskriptif. Dalam arti luas adalah ilmu yang berfokus pada upaya untuk menjelaskan cara hidup manusia.

Menurut Hymes, linguistik yang dapat memberikan sumbangan terhadap etnografi komunikasi melalui kajian tentang organisasi alat-alat verbal dan tujuan akhir yang didukungnya itulah yang dikenal dengan nama sosiolinguistik. Pendekatan tersebut dikenal dengan etnografi komunikasi, yaitu kajian tentang “etnografi wicara”.

Komunikasi lebih terfokus dalam etnografi karena peneliti yang mengkaji ilmu etnografi berusaha mempelajari kehidupan dan budaya masyarakat atau kelompok etnis, misalnya melalui adat istiadat, hukum, seni, agama, dan bahasa. Kelompok dalam konteks ini memiliki arti kelompok sosiologis (sociological group). Oleh karena itu, etnografi komunikasi merupakan penerapan teknik atau metode etnografi untuk mengidentifikasi pola-pola komunikasi. Menurut Hymes (dalam Iswatiningsih, 2016), dalam mengkaji penggunaan bahasa dalam masyarakat memperhatikan dan mempertimbangkan konteks situasi sehingga bahasa tidak berdiri sendiri sebagaimana kajian tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang kepribadian (seperti psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi (seperti etnologi), dan sebagainya.

Komponen-komponen Tutur
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tutur selalu berada dalam situasi tutur, yaitu situasi sosial tempat terjadinya kegiatan tutur. Komponen tutur dapat digunakan oleh para etnograf untuk menganalisis etnografi wicara. Menurut Hymes, ada 16 komponen tutur, yaitu:

1. bentuk pesan (message form), menyangkut cara bagaimana suatu topik disampaikan atau diberitakan

2. isi pesan (message content), berkaitan dengan persoalan dari topik dan perubahan topik yang dikatakan

3. latar (setting), mengacu kepada waktu dan tempat terjadinya tindak tutur

4. suasana (scene), mengacu pada batasan budaya tentang suatu kejadian sebagai suatu suasana tertentu

5. penutur (speaker, sender)

6. pengirim (addressor)

7. pendengar (hearer, receiver)

8. penerima (addressee)

9. maksud-hasil (purpose, outcome)

10. maksud-tujuan (purpose-goal)
Maksud (purpose), hasil (outcome), dan tujuan (goal) disederhanakan oleh Hymes menjadi end, yaitu suatu keinginan yang hendak dicapai penutur dalam komunikasi

11. kunci (key), mengacu kepada cara, nada, atau jiwa tindak tutur dilakukan

12. saluran (channel), mengacu kepada medium penyampaian tutur: lisan, tertulis telepon, dan sebagainya

13. bentuk tutur (form of speech), Hudson (dalam Iswatiningsih, 2016) terdapat varietas yang berbeda untuk penggunaan dalam masyarakat tutur, berdasarkan penggunaan ini disebut dengan istilah register

14. norma interaksi (norm of interaction), yaitu perilaku khas dan sopan santun yang berlaku dalam guyub

15. norma interpretasi (norm of interpretation), muncul karena adanya norma interaksi dalam warga guyub ketika berkomunikasi

16. genre, dikategorikan seperti puisi, mite, dongeng, peribahasa, teka-teki, cacian, doa, dan sebagainya

Referensi:
Iswatiningsih, D. (2016). Etnografi komunikasi: Sebuah Pendekatan Dalam Mengkaji Perilaku Masyarakat Tutur Perempuan Jawa. PROSIDING PRASASTI, 38-45.
Sumarsono. (2011). Sosiolinguistik cetakan ke-VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (hal 309-356).
Suyitno, I. (2006). Tindak Tutur dalam Perspektif Kajian Wacana. Diksi, 13(2).