Mengenal Dialek sebagai Variasi Bahasa

Pernahkah kalian mendengar istilah dialek?

Pastinya istilah ini sudah tidak asing lagi bukan bagi kalian?

Nah, artikel berikut ini akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan dialek beserta contoh-contohnya.

Istilah dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos, adalah variasi-variasi sebuah bahasa yang sama. Variasi-variasi ini berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan satu sama lain, sehingga belum pantas disebut bahasa-bahasa yang berbeda. Di Yunani, terdapat perbedaan-perbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukungnya masing-masing, tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak sampai menyebabkan mereka mempunyai bahasa yang berbeda. Menurut Meillet terdapat dua ciri yang dimiliki dialek, yaitu 1) Dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, dan 2) Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.

Rahardi (2006: 17), menjelaskan bahwa dialek menunjuk pada variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial tertentu dalam konteks situasi pemakaian yang berbeda-beda. Hal ini menjadikan dialek dipelajari secara khusus dan lebih mendalam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dialek adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial tertentu yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakan dari masyarakat lain yang bertetangga. Selain itu, dialek merupakan padanan dari logat, lebih umum digunakan dalam ilmu bahasa. Biasanya pemmerian dialek adalah berdasarkan geografi, namun bisa berdasarkan faktor lain, misalnya faktor sosial.

Ujaran seseorang walaupun berbeda saat ke saat, akan berbeda dengan ciri-ciri ujaran anggota masyarakat yang lain. misalnya seorang senang sekali mengakhiri tuturannya dengan kata bukan?, sedangkan orang yang lain tidak suka dengan kebiasaan itu. Ada yang selalu mempergunakan bentuk-bentuk gramatikal dan bentuk sintaksis tertentu, sedangkan yang lain senang dengan bentuk yang lain pula. Kesemuanya ini merupakan ciri-ciri khas yang terdapat pada ujaran seseorang. Keseluruhan dari ciri-ciri bahasa perseorangan ini disebut idiolek.

Bila bidang ini diperluas, maka akan tampak bahwa ada sekelompok individu juga akan memiliki ciri-ciri yang sama, di samping perbedaan-perbedaan individual tadi. Misalnya ada sekelompok individu yang selalu mempergunakan partikel kah untuk kalimat-kalimat tanya, ada kelompok yang tidak suka mempergunakannya; ada sekelompok yang mempergunakan kata ada dalam bentuk seperti dia ada datang, kelompok yang lain tidak; ada kelompok yang mengucapkan nasihat, liwat, dan sebagainya, sedangkan kelompok lainnya mengucapkan kata-kata itu dengan nasehat, lewat, dan sebagainya. Tiap kelompok ini mungkin terdiri dari beberapa ratus orang, tetapi terkadang sampai beberapa juta orang. Tiap kelompok ini yang memiliki ciri-ciri yang sama dalam tata bunyi, kosakata, morfologi, dan sintaksis disebut dialek (Keraf, 1996).

Secara dialektologis dialek-dialek itu berbeda satu sama lain dalam beberapa aspek kebahasaan, khususnya yang menyangkut pembendaharaan kata, lafal, tata bahasa, cara penggunaan, fungsi sosial, dan fungsi seni (Francis, 1983). Para ahli bahasa pada umumnya berpendapat bahwa wilayah atau masyarakat dapat dibagi-bagi dengan mudah ke dalam golonga dialek-dialek tertentu yang memiliki perbatasan yang jelas. Meskipun demikian, istilah-istilah yang sering dipakai kadang-kadang meragukan. Misalnya menyebut dialek bahasa Kaili sesuai dengan daerah-daerah tertentu seperti wilayah Lembah Palu, Pedalaman, Pantai Barat, Pantai Timur, Banawa, dan sebagian di Poso.

Perbatasan-perbatasan dialek selalu sama dengan perbatasan wilayah-wilayah tersebut. Ketika kita berjalan, kita tidak akan menemukan secara tiba-tiba orang memakai dialek lain yang sangat berbeda, mellainkan dialek itu berubah sedikit demi sedikit tanpa terasa. Dialek dapat didefiniskan sebagai variasi bahasa yang sama di mana terjadi saling pengertian. Sedangkan bahasa adalah variasi bahasa yang mempunyai perbedaan yang sangat besar, sehingga antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain tidak saling mengerti (Nur, 2010).

Dialek adalah variasi bahasa pada kelompok masyarakat yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau daerah tertentu. Contohnya yaitu dialek Banyumas, variasi ini merupakan bagian dari bahasa Jawa, tetapi memiliki variasi dalam pengucapan kata atau frasa tertentu. Misalnya orang Banyumas akan mengatakan “langka” untuk “ora ono” artinya “tidak ada”, “gutul” untuk “teko” artinya “tiba”, “rika” untuk “kowe” artinya “kamu”, “kencot” untuk “luwe” artinya “lapar”, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Francis, W. N. 1983. Dialectology. London: Logman Group Limited.

Keraf, Gorys. 1993. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

Nur, Yunidar. 2010. Saling Pengertian Antar Dialek Bahasa Kaili di Lembah Palu. LINGUA Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra. 5(2): 105-111.

Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan. Jakarta: Erlangga.

1 Like