Mengenal Burnout di Masa Pandemi


(Sumber gambar: kuliahdimana.id)

Dalam kehidupan ini, kita pasti pernah mengalami paling tidak sekali dalam seumur hidup dari yang namanya Burnout.

Dilansir dari alodokter.com, burnout merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi stres berat yang dipicu oleh pekerjaan dengan gejala berupa kelelahan fisik, emosional, dan mental yang terus-menerus dan terakumulasi.

Burnout dapat disebabkan oleh adanya tenggat pekerjaan yang menumpuk, hingga menyebabkan kita kesulitan dalam menentukan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Burnout juga dapat terjadi karena pekerjaan yang selalu ditunda-tunda dan tanpa disadari malah menjadi menumpuk.

Burnout biasanya terjadi dalam rentang waktu yang singkat, namun pandemi Covid-19 yang mana sudah berlangsung hampir dua tahun menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan yang tak kunjung reda. Tanpa kita sadari, kondisi tersebut malah memicu burnout yang ditandai dengan timbulnya gejala fisik dan mental.

Psikologi dari ketidakpastian

Perubahan-perubahan dalam kehidupan yang terjadi secara drastis seperti wafatnya orang-orang disekitar yang kita sayang dapat memberikan rasa trauma.

Tetap bersyukur dan berani menghadapi perubahan memang dianjurkan, tetapi anjuran tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan seperti sedang membalikkan telapak tangan.

Kepanikan dan kecemasan yang ditimbulkan dari musibah yang bertubi-tubi selama pandemi justru berkembang lebih pesat dari pada virus corona sendiri.

Situasi yang serba tidak jelas saat ini telah membuat kita selalu berusaha mendefinisikan keadaan apa yang aman dan tidak aman. Pada kondisi seperti itulah kita biasanya akan merasakan rasa takut yang ditimbulkan dari cara kerja otak yang mengambil kemungkinan terburuk dan memberi peringatan pada diri kita.

Sebuah penelitian pernah mengatakan bahwa tingkat stres kita lebih kecil saat menghadapi kesakitan yang sudah pasti dibandingkan dalam kondisi ketidakpastian apakah hal yang dihadapi akan menimbulkan kesakitan.

Pola pikir adalah segalanya

Ketika burnout terjadi, cara pandang terhadap suatu gejala dapat memberikan kekuatan pada diri kita. Kepanikan dan kecemasan dapat kita jawab dengan rasionalisasi yang lebih masuk akal.

Masalah deadline dengan pekerjaan bertumpuk dapat kita urai, delegasi, ataupun bicarakan. Tidak semua hal adalah disrupsi jika kita dapat mengurai dan memahaminya.

Berhenti sejenak

Kita semua mengalami situasi di mana sulit sekali mengambil cuti dikarenakan pekerjaan yang menumpuk. Perasaan bersalah dan khawatir yang tak berkontribusi juga terkadang menjadi penyebab terjadinya situasi tersebut.

Dilema yang beragam yang dilatarbelakangi ketidakpastian semakin menjadi tidak jelas akibat aktivitas bekerja yang dilakukan di rumah saat ini. Kekhawatiran akan kemungkinan pemutusan hubungan kerja atau PHK pun juga meningkat, padahal bukankah kita sendiri dapat menakar produktivitas?.

Tugas pimpinan perusahaan melalui pengelola sumber daya manusia atau SDM adalah mengingatkan setiap individu dalam organisasi bahwa mereka harus sesekali mengambil jarak dari pekerjaan.

Berlibur meredakan ketegangan

Bekerja dari rumah atau yang biasa kita sebut work from home (WFH) membuat kita selalu berada di dekat orang yang kita sayangi sehingga kebutuhan berlibur bersama mereka terasa tidak begitu mendesak.

Padahal saat bekerja di rumah, kebanyakan dari kita berada dalam mode always-on schedule atau dalam mode selalu tepat waktu, dimana hal itu dapat menyebabkan ketegangan meningkat tanpa disadari.

Pergi berlibur dengan orang yang kita sayangi dan menjauh dari pekerjaan dapat berdampak positif dan menyegarkan pikiran kita.

Dari sinilah perusahaan perlu memikirkan program-program yang dapat membawa para karyawan keluar dari rutinitas kerja yang sekarang tidak berbatas saat ini. Perusahaan juga bisa mendorong karyawan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hobi, seperti kursus memasak, dekorasi rumah, atau berkebun.

Atasan dapat mengedarkan kalender cuti kepada setiap anggota timnya untuk mendorong mereka yang enggan berlibur mengambil cuti karena melihat anggota yang lain sudah mengajukan jadwalnya.

Pada masa pandemi ini, merancang liburan sebenarnya juga membangkitkan ketegangan. Hal ini disebabkan karena sebelum menentukan tujuan, kita harus mencari tempat yang berzona hijau dan melakukan beragam persiapan protokol kesehatan agar perjalanan tidak berbuah bencana.

Liburan sebenarnya tidak berarti harus bepergian ke tempat rekreasi, melainkan juga bisa hanya sekedar lepas dari pekerjaan secara total. Mengeksplorasi tempat-tempat menarik di sekitar rumah pun bisa menjadi salah satu pilihan menyegarkan yang bisa kita lakukan.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat kita liburan adalah perlunya menentukan waktu yang benar-benar tepat. Tidak hanya itu, kita juga perlu mempersiapkan beragam informasi, termasuk data mengenai pekerjaan agar tidak menyusahkan rekan kerja yang ditinggal.

Pada saat liburan, kita memang tidak bisa memutuskan hubungan dengan pekerjaan hingga 100 persen. Agar semua ini berjalan lancar, koordinasi, dan perencanaan, memang perlu dilakukan dengan saksama.

Satu hal yang pasti, burnout dalam pekerjaan tidak hanya berpengaruh pada hasil kerja kita, tapi juga dapat meregangkan hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu, kita perlu mewaspadai agar gejala burnout tidak terjadi pada diri kita, ataupun orang lain.

Dalam jangka panjang, kita juga perlu membentengi diri dengan sense of fulfillment atau rasa pemenuhan yang kuat.

Referensi:
dr. Meva Nareza. (2020). Ciri-Ciri Burnout dan Cara Mengatasinya. alodokter.com. https://www.alodokter.com/ciri-ciri-burnout-dan-cara-mengatasinya. diakses pada 21 Desember 2021