Mengenal analisis wacana beserta objek kajiannya

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia. Bahasa dikaji mulai dari satuan terkecilnya yakni fonologi yang membahas tentang bunyi sampai pada kajian terakhir yakni wacana. Syamsuddin (2011: 7) mendefinisikan wacana sebagai suatu rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur untuk mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur dan sistematis. Pendapat lain mengungkapkan bahwa wacana adalah bahasa yang mempunyai makna yang berbentuk lisan, tulisan, dan simbol (Hamad, 2007). Dengan demikian, wacana berarti kajian bahasa yang mempunyai makna untuk mengungkapkan suatu hal, baik berbentuk lisan, tulisan, maupun simbol yang disajikan secara teratur dan sistematis. Kajian tentang perilaku manusia yang tergambar dalam suatu wacana lisan maupun wacana tulis sangat menarik untuk diteliti. Hal tersebut bisa dilakukan melalui pendekatan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji tentang penggunaan bahasa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Darma (2009: 15) yang menyatakan jika analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji tentang penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Selain itu, analisis wacana bisa didefinisikan sebagai telaah yang dilakukan seseorang untuk mengkaji makna sesungguhnya yang akan disampaikan oleh pembicara atau penulis dalam tulisan mereka. Yang dianalisis dalam wacana tidak hanya unsur bahasa saja, tetapi juga berkaitan dengan konteks, yakni menekankan kajian penggunaan bahasa dalam suatu konteks sosial. Maksudnya adalah bahasa digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.
Analisis wacana menggunakan teks tertulis sebagai objek kajiannya. Jadi objek kajian analisis wacana adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks. Dalam hal ini, bentuk teks seperti koran, puisi, majalah, buku, undangan, baliho, dan media cetak lainnya merupakan objek analisis wacana. Tidak hanya itu saja, TV, radio, lalu media online seperti YouTube juga bisa menjadi objek analisis wacana dengan catatan apa yang disimak dan didengar sudah diubah ke dalam bentuk tulisan.
Analisis wacana dibagi menjadi dua, yakni tekstual dan kontekstual. Hal ini sejalan
dengan penelitian Wijana dan Rohmadi (2011) yakni menyatakan bahwa salah satu jenis penelitian mengenai wacana adalah dengan mengkaji wacana dari segi tekstual dan kontekstualnya. Dengan melakukan analisis wacana secara tekstual dan kontekstual maka akan menghasilkan pemahaman makna secara lebih dalam. Ketika seseorang menganalisis wacana secara tekstual dan kontekstual sekaligus maka mereka akan bisa melihat dari sisi triadik yakni bentuk, fungsi, dan konteks. Triadik dalam hal ini bisa dilihat dari tataran lingustik fungsional, yakni belajar tentang pragmatik, sosiolinguistik, psikolinguistik, geografi dialek, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, ketika seseorang melihat objek kajian analisis wacana dari sisi diadik yakni bentuk dan fungsi maka seseorang menganalisis wacana secara struktural. Diadik dalam hal ini bisa dilihat dari tataran linguistik struktural, yakni belajar tentang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana.
Analisis wacana tekstual terbagi dalam dua aspek, yakni aspek gramatikal dan aspek
leksikal. Aspek gramatikal terdiri dari empat jenis, yaitu pengacuan, pelesapan, penyulihan, dan perangkaian. Adapun aspek leksikal terdiri dari enam jenis, yakni repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Selain itu, analisis wacana juga mengkaji tentang situasi dan kondisi saat terjadinya peristiwa percakapan atau kebahasaan seseorang. Situasi dan kondisi yang terjadi tersebut dapat dianalisis melalui analisis wacana kontekstual. Analisis kontekstual merupakan analisis wacana yang bertumpu pada aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi suatu wacana. Analisis wacana bisa memudahkan pembaca atau pendengar dalam memahami suatu wacana secara utuh dan juga menyeluruh. Peran analisis wacana dalam kehidupan sehari-hari yakni akan memberikan dampak nyata bagi seseorang, seperti dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagai teknik berkomunikasi atau strategi tutur yang menyenangkan. Kemudian, strategi tutur tersebut bisa dikaji secara tekstual ketika tuturan-tuturan itu sudah disampaikan atau disajikan dalam bentuk tulisan.

Referensi:
Purbani, W. (2005). Analisis Wacana/Discourse Analysis. Lokakarya Penelitian.
Masitoh, M. (2020). Pendekatan dalam Analisis Wacana Kritis. Edukasi Lingua Sastra, 18(1),
66-76.
Rakhmawati, A., Rohmadi, M., & Setiawan, B. (2015). Analisis Wacana Tekstual dan
Kontekstual Naskah Drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C. Noor serta
Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas. BASASTRA, 3(2).