Mengayuh Rezeki dari Sepedah Tua

157-1

Hiruk pikuk Kota Blitar menjadi pemandangan yang lumrah bagi sebagian orang. Namun, di tengah kesibukan Kota Blitar terdapat perjuangan lelaki tua dengan kayuhan pedal di sepedah klasiknya untuk menjajakan es drop, kuliner legendaris kota Blitar yang sudah ada sejak tahun 80-an.

Sebelum fajar menampakan rinainya, Kakek Sutarji (75 tahun) sudah sibuk menata es drop di dalam wadah tabung berwarna merah, terdengar kemlontang suara tabung besi merah saling beradu ketika ditempatkan pada gerobak kayu. Walaupun di usia senjanya Kakek Sutarji yang akrab dipanggil dengan Mbah Su masih semangat menjajakan es drop di sekitar alun-alun Kota Blitar hingga Perpustakaan Bung Karno.

Suara ayam jantan berkokok menandakan Mbah Su untuk segera menjemput rezekinya, ucapan basmallah terdengar lirih bersamaan dikeluarkan gerobak dan sepeda tuanya. Decitan suara pedal tua menemani Mbah Su menuju Alun-Alun Kota Blitar. Meskipun dengan peralatan dagang yang seadanya dan sepedah tua yang mulai usang dimakan usia, tidak menjadi alasan Kakek paruh baya ini mengais rezeki.

Kakek Sutarji, akrab dipangil dengan Mbah Su adalah penjual es drop keliling yang berasal dari Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Ia berjualan es drop sejak 35 tahun silam, setiap hari Mbah Su harus menempuh jarak kurang lebih 10 km untuk menuju Alun-Alun Kota Blitar.

“Wes kat 35 tahun mbiyen aku dodolan es drop numpak sepedah ontel ngene iki,” ujar Mbah Su yang artinya “sudah sejak 35 tahun dulu aku (Mbah Su) jualan es drop naik sepedah ontel”.

Setiap pagi, Kakek Sutarji berangkat pukul 06.00 WIB menuju Alun-Alun Kota Blitar dan berkeliling Kota Blitar hingga menuju Perpustakaan Bung Karno. Namun, apabila fajar mulai meredup dan jualannya tidak habis Mbah Su terpaksa harus membawa pulang sisa es yang tidak terjual untuk disimpan di dalam tempat pendingin.

Dengan umur yang sudah sepuh (tua) dan gerobak yang dibawa cukup berat, kakek paruh baya ini tak jarang mengeluhkan kakinya yang sering sakit. Kondisi cuaca hujan, ban bocor, dan rem blong menjadi kendala saat ia berdagang. Tetapi Mbah Su tak putus asa demi mengais rezeki, walaupun anak-anak dari Mbah Su sudah bilang agar tidak usah berjualan lagi, tetapi Mbah Su masih tetap kukuh untuk ingin terus berjualan es drop.

Jatuh di jalan pernah juga dialami oleh Mbah Su, untungnya saat itu dagangan yang dia bawa tidak berceceran atau tumpah dari wadahnya. Hal itu tidak membuatnya trauma juga, Mbah Su masih ingin tetap berdagang.

“Mbiyen aku tau tibo mergo dalan wektu kui lunyu terus kondisine udan deres, wektu dalam mudun lakok malah rem sepedahe ora makam terus aku glundung ning dalan mudun kui, untunge wadahe es drop ora kebukak,” cerita Mbah Su yang artinya “dulu aku (Mbah Su) pernah jatuh karena jalanan yang licin waktu itu juga hujan deras, kemudian waktu jalan turunan rems sepedahnya tidak berfungsi dengan baik sehingga aku (Mbah Su) jatuh, untungnya wadah dari es drop tidak terbuka.

Jika musim hujan melanda, Mbah Su tetap ingin berdagang seperti biasannya. Namun, saat hujan turun ia memilih untuk berteduh sampai hujan mulai reda dan melanjutkan perjalanan dagagannya menggunakan jas hujan plastik.

“Umpama kondisi udan mending milih ngiyup sek ning warung utowo ngawe mantel plastik,” ujar Mbah Su yang artinya “umpama kondisi hujan lebih memilih berteduh dulu atau memakai jas hujan plastik”

Meskipun banyak rintangan yang dihadapi, Mbah Su masih tetap ingin menjajakan serta melestarikan kuliner legendaris kota Blitar salah satunya es drop untuk kesenangan diri Mbah Su dan ingin hidup mandiri tanpa tergantung dengan orang lain serta bisa memberi uang jajan untuk cucu. Sosok Mbah Su menjadi salah satu gambaran penjual es drop Kota Blitar yang ingin terus melestarikan kebudayaan kuliner khas daerah dengan segala keterbatasan serta kesederhanaan yang dimiliki.

“Aku pengin dagangane laris terus bene iso nyangoni putu, terus penginku es drop iki tetep lestari ing daerah Blitar, mergo es drop tanda perjuangane wong Blitar puluhan tahun mbiyen (aku ingin dagangan laris terus biar bisa memberi uang kepada cucu, terus aku ingin es drop ini tetap lestari di Blitar, karena es drop tanda perjuangan orang Blitar puluhan tahun dulu),” pesan dari Mbah Su.

Penulis: Muhammad Aditya Wisnu Wardana

Pengen liat bentuknya dari samping. :drooling_face:

1 Like