Pengabdian masyarakat sering kali dianggap sebagai kegiatan yang biasa saja. Namun, setelah saya mengikuti program pengabdian di Dusun Kerincing, Secang, Magelang, bersama teman-teman dari D4 Teknologi Rekayasa Perancangan Manufaktur (TRPM), pandangan saya berubah. Pada 8 Agustus 2024, kami turun langsung ke masyarakat, dan sejak saat itu saya menyadari bahwa pengabdian masyarakat bukan hanya tentang membantu orang lain, tetapi juga tentang belajar dan bertumbuh bersama mereka.
Awalnya, saya ragu apakah kegiatan ini akan memberikan dampak yang signifikan atau hanya sekadar menjadi formalitas belaka. Namun, setelah terlibat langsung, saya justru merasa kegiatan ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. Banyak pelajaran hidup yang sebelumnya saya anggap remeh ternyata begitu bermakna ketika saya alami secara langsung.
Persiapan mesin coper, sebelum terjun ke Dusun Kerincing, salah satu tugas utama kami adalah mempersiapkan mesin coper yang akan diserahkan kepada masyarakat. Mesin ini dirancang dan dibuat di kampus sebagai bentuk kontribusi kami dalam membantu mempermudah pekerjaan masyarakat, khususnya dalam memotong bahan seperti rumput atau daun untuk pakan ternak dan kompos.
Proses perancangan mesin dilakukan dengan penuh pertimbangan. Kami merancang mesin yang sederhana tetapi tetap fungsional agar mudah digunakan dan dirawat oleh masyarakat. Proses ini diawali dengan pemilihan bahan-bahan utama seperti rangka besi untuk struktur mesin, motor penggerak sebagai tenaga utama, dan pisau pemotong yang cukup tajam. Kami memilih komponen berdasarkan ketersediaan di pasar lokal serta harga yang terjangkau. Hal ini bertujuan agar jika ada komponen yang rusak, masyarakat dapat dengan mudah menggantinya tanpa kesulitan.
Setelah semua bahan terkumpul, kami memulai tahap perakitan. Pada tahap ini, motor penggerak dipasang pada rangka besi dan dihubungkan dengan pisau pemotong melalui sistem transmisi sederhana. Selanjutnya, kami melakukan uji coba di kampus untuk memastikan mesin bekerja dengan baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Beberapa penyesuaian dilakukan selama proses ini hingga akhirnya mesin siap untuk dibawa ke Dusun Kerincing.
Pengabdian di Dusun Kerincing, saat tiba di Dusun Kerincing, kami disambut dengan antusias oleh warga setempat. Kami langsung melakukan serah terima mesin coper kepada masyarakat, disertai dengan pelatihan singkat tentang cara penggunaan dan perawatan mesin tersebut. Warga terlihat sangat antusias melihat bagaimana mesin ini dapat memotong daun dan rumput dengan cepat dan rapi, sesuatu yang sebelumnya memerlukan banyak tenaga dan waktu.
Interaksi dengan masyarakat menjadi momen yang sangat berharga bagi saya. Awalnya, saya mengira kami akan lebih banyak berdiskusi mengenai aspek teknis, seperti penerapan teknologi di desa. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Kami lebih banyak berbincang tentang kehidupan sehari-hari. Dari cerita mereka, saya belajar banyak hal tentang kesederhanaan, kebersamaan, dan rasa syukur yang mendalam. Pengalaman ini membuka mata saya bahwa kebahagiaan tidak selalu berasal dari hal-hal besar atau kemewahan, melainkan dari bagaimana kita menghargai apa yang kita miliki.
Pelajaran berharga dari proses pembuatan mesin coper ini, saya menyadari pentingnya merancang teknologi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Teknologi yang terlalu rumit justru akan sulit diterapkan, apalagi di lingkungan dengan sumber daya yang terbatas. Hal ini membuat kami belajar untuk berpikir lebih praktis, efisien, dan tetap mempertahankan kualitas.
Namun, pelajaran yang paling menyentuh hati saya adalah bagaimana warga Dusun Kerincing mampu menginspirasi saya. Kehidupan mereka yang sederhana, tetapi penuh semangat dan rasa syukur, memberikan banyak pelajaran bagi saya. Mereka menjalani hidup dengan ketulusan dan kegigihan, meskipun dengan keterbatasan sumber daya. Dari mereka, saya belajar untuk lebih menghargai hal-hal kecil dalam hidup dan memahami bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada materi, melainkan pada cara kita mensyukuri segala hal yang kita miliki.
Selain merasa bahwa kami telah memberikan manfaat kepada masyarakat melalui ilmu dan teknologi, saya juga merasa bahwa saya sendiri mendapat banyak inspirasi dari mereka. Kegiatan ini memberikan perspektif baru tentang kehidupan dan membuat saya lebih rendah hati dalam menghadapi tantangan.
Pengalaman ini semakin meyakinkan saya bahwa pengabdian masyarakat bukan hanya soal memberikan bantuan atau berbagi ilmu, tetapi juga tentang belajar dari masyarakat itu sendiri. Judul āMenginspirasi dan Terinspirasiā sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saya rasakan selama kegiatan ini. Kami datang dengan niat berbagi, tetapi pada akhirnya kami pulang dengan membawa banyak pelajaran berharga.
Pengabdian masyarakat bukan sekadar tugas kampus. Dari kegiatan ini, saya belajar banyak hal yang tidak dapat diperoleh di dalam kelas. Hal-hal kecil yang kami lakukan ternyata memiliki dampak yang besar, baik bagi masyarakat maupun bagi diri kami sendiri. Pengalaman ini akan selalu saya kenang sebagai salah satu bagian penting dalam perjalanan hidup saya, yang membentuk cara pandang saya terhadap kehidupan dan teknologi.