Sumber: JawaPos.com
Prolog
Dadang Ari Murtono, melalui cerpen “Kerja, Kerja, Kerja”, berhasil menggoreskan potret tajam tentang realitas kehidupan yang didominasi oleh tuntutan pekerjaan. Cerpen “Kerja, Kerja, Kerja” karya Dadang Ari Murtono mengisahkan kehidupan seorang suami istri bernama Tomi dan Ovi. Tomi adalah seorang pekerja pabrik yang gila kerja dan keras kepala sehingga membuat ia terjebak dalam rutinitas kerja yang memaksa ia harus mengikuti standar pabrik. Konflik dimulai dari tangan kanan yang bengkak sebesar betis membuat pekerjaannya terganggu, sehingga membuat pengawas pabrik memintanya untuk memasuki ruangan dan saat sadar ternyata tangannya sudah terganti dengan tangan yang lain entah milik siapa. Hal itu terus berulang hingga seluruh bagian tubuhnya terganti kecuali hati.
Ovi menganggap bahwa suaminya, Tomi, telah berubah dan tidak ada hati yang tersisa untuknya. Seiring berjalannya waktu Tomi berbeda dan setiap pulang dari tempat kerja Tomi selalu menggumamkan kalimat ‘kerja, kerja, kerja’. Judul yang sederhana ini tersimpan makna mendalam yang mengajak pembaca untuk merenungkan kembali nilai-nilai kehidupan dan keseimbangan hidup. Seperti sebuah puzzle, cerpen ini terdiri dari berbagai potongan kecil yang saling terkait dan dengan menganalisis struktur intrinsik dapat disusun kembali potongan-potongan tersebut menjadi sebuah gambaran yang utuh.
Isi
Kehidupan tokoh dalam cerpen “Kerja, Kerja, Kerja” ini terkungkung dalam lingkaran pekerjaan yang tak berujung, itulah gambaran yang dihadirkan oleh penulis yaitu Dadang Ari Murtono. Menelisik struktur intrinsik cerpen ini akan membawa pada sebuah perjalanan untuk memahami makna di balik pilihan kata, karakter tokoh, dan peristiwa yang terjadi. Mari kita menelisik satu per satu struktur intrinsik yang penulis gunakan dalam cerpen “Kerja, Kerja, Kerja”.
Sorotan utama yang ditonjolkan dalam cerpen “Kerja, Kerja, Kerja” ini adalah bagaimana budaya kerja yang menuntut produktivitas tanpa henti dapat mengorbankan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan personal seseorang. Hal ini ditunjukkan melalui pengalaman Tomi, tokoh utama, yang terjebak dalam rutinitas kerja dalam sebuah pabrik perusahaan. Tomi digambarkan sebagai seorang pekerja keras yang terjebak dalam sistem dimana hasil harus lebih sempurna daripada hidup seseorang. Karakterisasi ini mencerminkan realitas banyak pekerja modern, terutama di kota besar, yang merasa terpaksa menukar kesehatan dan waktu pribadi mereka demi, kesuksesan. Ketika seseorang diharuskan terus bekerja tanpa henti, ia tidak hanya kehilangan koneksi dengan orang lain, tetapi juga dengan dirinya sendiri.
Tema yang mendukung cerita ini yaitu keharmonisan rumah tangga yang dialami Tomi dengan istrinya yang bernama Ovi. Keharmonisan rumah tangga ditampilkan sebagai motivasi utama di balik kerja keras Tomi, misalnya melalui interaksi kecil seperti perhatian dan kasih sayang yang diberikan Ovi kepada Tomi dan kehangatan keluarga mereka. Cerpen “Kerja, Kerja, Kerja” itu menggambarkan kehidupan pasangan muda, yang mencoba menjaga keharmonisan rumah tangga mereka meskipun dihimpit oleh kesibukan pekerjaan dan tantangan ekonomi. Oleh karena itu pada cerpen ini memiliki beberapa penggolongan tema dimana hal itu membangun alur cerita yang menarik untuk dibaca.
Pemplotan memiliki peran penting dalam sebuah karya sastra, yaitu sebagai kerangka utama pembentukan cerita. Sederhananya, bagaimana rangkaian cerita disusun menjadi alur yang menarik dan logis. Pemplotan tidak hanya menyusun peristiwa tetapi juga mengelola konflik, menghidupkan karakter, dan mempertahankan minat pembaca. Cerpen “Kerja, Kerja, Kerja” menyajikan beberapa pemplotan seperti kriteria waktu, kriteria jumlah, dan kriteria kepadatan. Berdasarkan kriteria waktu menyajikan plot lurus, kriteria jumlah menyajikan plot tunggal, dan kriteria kepadatan menyajikan plot padat.
Pertama plot lurus, menceritakan sebuah peristiwa secara kronologis sehingga memudahkan pembaca memahami rangkaian peristiwa dari cerpen ini. Diawali dengan Tomi yang sakit saat pulang kerja, dan Ovi sang istri yang mengajaknya berobat namun Tomi enggan. Konflik kesehatan yang menghambat pekerjaan terus berlanjut hingga semua bagian dari tubuh Tomi telah diganti oleh perusahaan, dan akhirnya Tomi hanya menggumamkan kalimat ‘kerja, kerja, kerja’. Kemudian dari kriteria jumlah, cerpen ini menyajikan plot tunggal, dimana menceritakan kisah tokoh utama, yaitu Tomi dan berfokus pada permasalahan Tomi. Selanjutnya dari kriteria kepadatan, cerpen ini menyajikan plot padat, menceritakan Tomi dan sang istri dengan konflik yang tidak biasa, membuat pembaca penasaran sehingga harus membaca keseluruhan agar tidak ketinggalan cerita.
Penokohan adalah cara penulis menggambarkan dan mengembangkan karakter atau tokoh dalam sebuah cerita. Hal ini melibatkan berbagai aspek, seperti sifat, epribadian, perilaku, cara berpikir, serta peran tokoh dalam menggerakkan alur cerita. Penokohan menjadi elemen penting dalam karya sastra, baik dalam prosa, drama, maupun puisi naratif, karena melalui karakter-karakter inilah pembaca dapat memahami cerita secara lebih mendalam, terutama melalui hubungan antar tokoh dan konflik yang terjadi.
Dalam cerpen berjudul “Kerja, Kerja, Kerja” tokoh utama adalah Tomi, seorang pria dengan karakter pekerja keras. Ambisinya yang tinggi terhadap pekerjaan bahkan membuatnya mengabaikan kondisi tubuhnya sendiri. Selain itu, terdapat tokoh pendamping seperti Ovi, yang berperan sebagai istri Tomi, dan seorang pengawas yang menjadi atasan Tomi di tempat kerja. Dalam cerpen ini, peran antagonis dan protagonis tidak terbatas pada satu tokoh. Ovi digambarkan sebagai tokoh protagonis, yang mungkin merepresentasikan sikap bijak dan peduli, sementara Tomi dan pengawas, dengan sikap mereka yang obsesif terhadap pekerjaan, memegang peran antagonis dalam cerita. Penggambaran tokoh-tokoh ini membantu penulis menyampaikan pesan cerita dengan lebih efektif dan memberikan kedalaman pada konflik yang dihadirkan.
Cerpen ini, penulis menggunakan berbagai teknik untuk menggambarkan karakter para tokoh agar pembaca dapat memahami sifat dan peran mereka dalam cerita secara mendalam. Salah satu teknik yang digunakan adalah cakapan, yaitu penggambaran karakter melalui dialog atau percakapan antar tokoh. Melalui dialog tersebut, pembaca dapat menangkap kepribadian, pemikiran, atau emosi yang dimiliki oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Selain itu, penulis juga menggunakan teknik tingkah laku untuk menunjukkan karakter tokoh. Dalam hal ini, apa yang dilakukan oleh tokoh menjadi cerminan dari sifat atau kepribadian mereka tanpa perlu dijelaskan secara eksplisit.
Teknik lain yang digunakan adalah pikiran dan perasaan, dimana penulis menggambarkan karakter tokoh melalui apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Teknik ini memungkinkan pembaca untuk lebih memahami motivasi, konflik batin, atau pandangan tokoh terhadap situasi yang mereka hadapi. Tidak hanya itu, penulis juga menggunakan reaksi tokoh dan reaksi tokoh lain. Karakter tokoh ditampilkan melalui ekspresi atau tindakan mereka, sekaligus melalui bagaimana tokoh lain bereaksi terhadap mereka. Teknik ini membantu menggambarkan hubungan antar tokoh dan memberikan perspektif yang lebih luas tentang dinamika yang terjadi di dalam cerita. Dengan kombinasi teknik-teknik ini, tokoh-tokoh dalam cerpen terasa hidup dan mampu menyampaikan pesan cerita secara lebih efektif.
Tempat dan waktu dalam cerita adalah cerminan dari realita kehidupan masyarakat (Northrop Frye). Pelataran yang digunakan dalam cerpen “Kerja, Kerja, Kerja” karya Dadang Ari Murtono untuk memainkan peran yang sangat signifikan dalam menyajikan kontras antara kehidupan pribadi dan profesional tokoh utama, Tomi. Selain tokoh utama pelataran ini juga menggambarkan tokoh pendamping yaitu Ovi sebagai istri dari Tomi. Tiga unsur latar yang membangun cerpen ini terdiri dari latar tempat, waktu, dan sosial.
Dalam cerpen “Kerja, Kerja, Kerja”, Dadang Ari Murtono memanfaatkan latar tempat (rumah dan pabrik) dan waktu (siang, sore, pagi, malam) untuk menyoroti kontras kehidupan Tomi antara rumah dan pekerjaan. Melalui latar ini, pembaca diajak memahami tekanan pekerjaan yang dialami Tomi sebagai buruh pabrik dan bagaimana hal tersebut memengaruhi dinamika rumah tangganya dengan Ovi. Selain itu, latar sosial yang digambarkan menunjukkan kondisi ekonomi keluarga Tomi yang kurang mampu, semakin mempertegas beban hidup yang ditanggung oleh sang tokoh utama.
Sudut pandang dalam karya sastra menjadi elemen penting yang menentukan cara cerita disampaikan kepada pembaca. Menurut Tarigan (1993: 130), sudut pandang adalah posisi fisik, emosional, dan mental yang dipilih penulis untuk karakter atau narator dalam menyajikan ide-ide atau peristiwa tertentu. Dalam cerpen “Kerja, Kerja, Kerja” karya Dadang Ari Murtono, sudut pandang yang digunakan adalah campuran antara persona ketiga dan persona pertama. Narator serba tahu sebagai persona ketiga memberikan gambaran menyeluruh tentang kehidupan Tomi dan Ovi, seperti kecemasan Ovi yang merasa kehilangan sosok suaminya akibat perubahan drastis yang dialami Tomi. Sebaliknya, sudut pandang persona pertama muncul melalui dialog atau pemikiran langsung tokoh, seperti keyakinan Tomi untuk terus bekerja meski tubuhnya mengalami perubahan. Pergantian antara kedua sudut pandang ini memberikan kedalaman pada cerita dan mendukung tema kompleks seperti kritik sosial terhadap dehumanisasi pekerja dalam sistem kapitalis.
Kombinasi sudut pandang ini memungkinkan pembaca memahami konflik eksternal maupun internal para tokoh dengan lebih mendalam. Melalui sudut pandang persona ketiga, pembaca dapat melihat bagaimana Ovi berjuang menerima kenyataan suaminya yang berubah menjadi, mesin kerja. Sedangkan di sisi lain, sudut pandang persona pertama menghadirkan obsesi Tomi terhadap pekerjaannya yang perlahan menghancurkan dirinya. Pergantian sudut pandang ini juga memperkuat kritik sosial yang disampaikan penulis, khususnya mengenai dampak sistem kapitalis yang menekan manusia hingga mengabaikan kesehatan fisik, mental, dan hubungan pribadi. Dengan demikian, cerita ini tidak hanya hidup dan emosional, tetapi juga berhasil menyampaikan pesan mendalam tentang transformasi identitas dan kehancuran nilai-nilai kemanusiaan akibat tekanan pekerjaan.
Epilog
“Kerja, Kerja, Kerja” adalah sebuah kritik terhadap sistem kerja modern yang mengabaikan kemanusiaan. Cerpen ini menantang pembaca untuk memikirkan kembali pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Melalui narasi yang menggunakan sudut pandang campuran, cerita ini memperlihatkan transformasi fisik dan mental seorang pekerja, Tomi, akibat tekanan pekerjaan yang terus-menerus. Konflik yang digambarkan tidak hanya terjadi secara eksternal, tetapi juga internal, di mana hubungan antara Tomi dan istrinya, Ovi, yang menjadi korban dari proses dehumanisasi ini. Dehumanisasi adalah proses atau tindakan yang merendahkan martabat seseorang atau sekelompok orang, sehingga mereka tidak lagi dianggap sebagai manusia yang memiliki perasaan, pikiran, dan hak yang sama.
Cerpen ini dapat memberikan kritik sosial yang tajam terhadap eksploitasi pekerja dan pengabaian terhadap kesejahteraan manusia dalam sistem kerja modern. Ketiadaan asuransi, tekanan untuk terus produktif, hingga penggantian bagian tubuh Tomi menjadi simbol kehilangan identitas dan hati nurani. Pada akhirnya, cerita ini mengingatkan pembaca bahwa nilai-nilai kemanusiaan harus dipertahankan di tengah desakan sistem ekonomi yang seringkali mengorbankan individu demi keuntungan.
Penulis: Siti Ngaisah, Nabila Nur, Nuha Al Najmi, Zahwa Aulia, Fathiiinah