Pesisir pantai utara dan sekitarnya menjadi salah satu potensi destinasi wisata yang menarik bagi turis asing maupun lokal. Salah satu potensi paling terkenal di kawasan pantai utara khususnya di provinsi Jawa Tengah ialah Kepulauaun Karimunjawa. Karimunjawa menawarkan terumbu karang yang indah bagi turis yang berkunjung. Selain itu Karimunjawa memiliki potensi mangrove yang berpotensi untuk menjadi pusat wisata mangrove di Jawa Tengah selain di Kawasan Marina Semarang.
Hutan Mangrove adalah komunitas tanaman tropis dan subtropis pesisir didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen 2001). Mangrove memiliki banyak fungsi dan manfaat yang berbeda, memegang peranan penting dalam kehidupan manusia baik secara ekologis, sosial maupun ekonomi. Terumbu karang adalah ekosistem yang dinamis dengan keanekaragaman hayati yang kaya dengan produktivitas yang tinggi, terumbu karang memainkan peran yang lebih penting lagi. Secara ekologis, terumbu karang merupakan tempat tumbuhan dan hewan mencari makan dan berlindung.
Menurut Suharsono (2008), Indonesia memiliki berbagai jenis karang, 590 spesies dari 80 genera karang telah ditemukan di Indonesia. Menurut hasil penelitian Pusat Pengembangan Oseanografi (P2O) LIPI yang dilakukan pada tahun 2000, kondisi terumbu karang di Indonesia adalah 41,78 µm dalam keadaan rusak, 28,30 µm dalam keadaan rusak sedang, 23,72 µm dalam keadaan baik dan 6,20 µm dalam keadaan rusak kondisi sangat baik. Ekosistem terumbu karang menyediakan layanan yang mendukung industri wisata bahari untuk mendapatkan devisa dan menyediakan lapangan kerja dan peluang bisnis yang penting (Puspitasari et al., 2016).
Kawasan pemanfaatan wisata bahari di Taman Nasional Karimunjawa menawarkan harapan bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja baru dalam industri pariwisata. Pertumbuhan Kepulauan Karimunjawa sebagai tujuan wisata telah didorong oleh pasar nasional dan regional dan telah dipromosikan sebagai tempat menyelam dan snorkeling, dengan partisipasi masyarakat sebagai penyedia layanan operator tur, pemandu wisata dan akomodasi (Campbell et al. ., 2013). Peningkatan kunjungan wisatawan setiap tahunnya (BPS, 2014; BPS, 2015; BPS, 2016) menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan kegiatan pariwisata, terutama perjalanan menyelam yang tidak diatur karena kelestarian lokasi wisata dan ekosistem terumbu karang (BTNK, 2012).
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang paling terancam oleh perubahan alam dan antropogenik, baik secara global maupun lokal (Lasagna et al.,) dan menyebabkan kerusakan (Roche et al., 2016). Degradasi terumbu karang sangat erat kaitannya dengan keanekaragaman yang ada, bahkan dapat merubah jenis terumbu karang yang dominan, misalnya perubahan karang mati yang ditumbuhi oleh alga. Daya tarik ikan karang dan kemampuannya untuk mempertahankan strukturnya sebagai pemecah gelombang, dampak sosial kesejahteraan sosial dan ekonomi juga akan menurun (Done, 1992; Fava et al., 2009).
Pantai dan Kawasan pesisir di wilayah pantai utara di Jawa Tengah memiliki banyak potensi pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi salah satu destinasi bagi para turis asing maupun lokal. Keindahan pantai di pesisir utara jawa ini memiliki banyak sekali keunikan dan kelebihan. Pantai di jawa bagian utara ini terkenal dengan keberagaman mangrove dan keindahan karangnya. Ini merupakan nilai tambah yang sangat berguna apabila Pemerintah atau pengelola mampu melihat potensi ini dengan baik.
Salah satu contoh dari keindahan pesisir jawa bagian utara adalah Kepulauan Karimunjawa. Kepulauan Karimunjawa memiliki beberapa julukan, termasuk Pulau Liburan, karena Karimunjawa sangat cocok untuk dijadikan tempat peristirahatan, setelah berbulan - bulan bekerja, di mana Karimunjawa dapat menyegarkan kembali semangat Anda. Di Karimunjawa selalu ingin berlibur karena alamnya yang indah dan eksotis. Surganya Pulau Jawa, karena Karimunjawa memiliki alam yang masih hijau, segar dan asri. Keindahan ini membuat pengunjung betah di Karimunjawa dengan suasana masyarakatnya yang ramah, udara yang selalu segar bak surga di Pulau Jawa karena selalu di bawah pengelolaan Pemerintah Pulau Jawa. Dan Karibia van Java, karena keindahan Kepulauan Karimunjawa, keindahannya sama dengan yang ada di Karibia. Karimunjawa memiliki kesamaan lain dengan Karibia, yang terdiri dari beberapa pulau kecil, sehingga Belanda memberinya julukan ini.
Karimunjawa merupakan rumah bagi jutaan dari kekayaan laut yang ada di dunia seperti terumbu karang, mangrove, hutan pantai dan hampir 400 spesies hewan laut, termasuk 242 spesies ikan akuarium. Sejumlah fauna liar yang tergolong langka pun hidup disana seperti elang putih, penyu kulit, dan penyu hijau. Bukan hanya fauna, flora endemic seperti dewadari juga menjadi daya Tarik Taman Nasional Karimunjawa. Karimunjawa juga dikenal sebagai lautan yang memiliki ombak yang jinak serta pasir putih yang menyelimuti sebagian besar dari wilayah pantainya.
Mangrove serta terumbu karang yang menjadi ciri khas dari pesisir utara Pulau Jawa juga tersebar di Kepulauan Karimun Jawa. Mangrove dan terumbu karang tersebar di sebagian besar pulau Kepulauan Karimunjawa, dengan luas yang berbeda-beda.
Akan tetapi belakangan ini banyak terjadi kerusakan ekosistem terutama ekosistem mangrove dan terumbu karang yang ada di pesisir utara Jawa Tengah ini. Rusaknya ekosistem mangrove di Provinsi Jawa Tengah Utara menyebabkan kerusakan fisik dan biologis pesisir, mengurangi daya dukung pesisir, mengancam kelestarian sistem kawasan pesisir, dan kelangsungan kawasan pesisir ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Kerusakan terumbu karang di Indonesia terutama di Karimunjawa dan sekitarnya disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya laut oleh manusia. Penangkapan ikan terumbu karang melalui penembakan dan penggunaan sianida, penambangan karang, scuba diving, jangkar yang dilepas ke perairan, limpahan minyak yang dilepaskan oleh kapal maupun perahu yang menyebabkan pencemaran air. Perikanan adalah salah satu aktivitas yang berefek pada perusakan terumbu karang. Perusakan ini dikhawatirkan menjadikan ikan - ikan di pulau kecil menjadi punah yang menjadikan hal tersebut dan terganggunya stabilitas ekosistem terumbu karang. Pada akhirnya akan berdampak pada pengurangan potensi yang dimiliki dalam penangkapan ikan.
Berbagai kegiatan saat mengekslpoitasi sumber daya alam di Kepulauan Karimunjawa seperti, upaya konsevasi, penangkapan segala jenis biota laut seperti kerapu, rumbut laut maupun potensi transportasi di perairan dan pembangunan resort, cottage, hotel,. Dengan adanya eksploitasi tersebut dikhawatirkan mampu merusak ekosistem terumbu karang yang ada di daerah tersebut yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya potensi penangkapan ikan karang tersebut. Sehingga mengakibatkan hasil tangkapan ikan.Penangkapan ikan nelayan juga semakin menurun dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu cukup disayangkan apabila pantai di Kepulaan Karimunjawa yang terkenal dengan kekayaan dan keindahan biota lautnya harus terganggu ekosistemnya karena pemanfaatan tersebut. Kita harus tetap menjaga biota laut tersebut agar tetap asri agar anak cucu kita nanti masih bisa merasakan dan menikmati keindahan dari Kepulauan Karimunjawa. Membatasi dan mengelola pemanfaatan menjadi kunci dari terjaganya pantai dan pesisir di Jawa bagian utara terutama Kepulauan Karimunjawa.
Berdasarkan artikel di atas dapat disimpulkan bahwa Kawasan Pesisir Utara Jawa Tengah memiliki potensi pariwisata dari bidang potensi baharinya. Potensi tersebut ialah terumbu karang dan hutan mangrove. Keduanya terdapat dalam Kawasan Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa. Akan tetapi, dalam pengembangannya terkadang menciptakan kerusakan baru. Oleh karena itu diharapkan pemanfaatan Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jepara (BPS-Jepara). 2016. Jepara dalam angka 2016, BPS Kabupaten Jepara, Provinsi JawaTengah. Jepara. 233 hlm.
Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNK). 2012. Rehabilitasi terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2012. KementrianKehutanan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Jakarta. 24 hlm
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Campbell, S.J., T. Kartawijaya, I. Yulianto,R. Prasetia, and J. Clifton. 2013. Comanagement approaches and incentives improve management effecttiveness in the Karimunjawa National Park, Indonesia. Marine Policy, 41: 72-79
Done, T.J. 1992. Phase shifts in coral reef communities and their ecological significance. Hydrobiologia, 247:121- 132
Lasagna, R., G. Gnone, M. Taruffi, C. Morri, C.N. Bianchi, V. Parravicini, and S. Lavorano. 2014. A new