Mempelajari Sintaksis untuk menjadi Pengguna Bahasa yang Andal

Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Namun, masih ada saja orang yang kurang mahir berbahasa dan melakukan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa merupakan bagian dari percakapan yang menyimpang dari aturan penggunaan bahasa yang dipilih. Kesalahan berbahasa mencerminkan kompetensi seseorang dalam berbahasa. Maka untuk meminimalisasi kesalahan berbahasa, perlu dipelajarinya materi tata tingkat gramatikal, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana. Artikel kali ini akan membahas mengenai bahasa tulis seperti kajian sintaksis, hubungan antara sintaksis dengan morfologi, dan hubungan sintaksis dengan wacana.

Penerapan sintaksis dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Kesalahan-kesalahan dalam bidang sintaksis antara lain: pengaruh bahasa asing/daerah, penggunaan preposisi yang tidak tepat, kesalahan susunan kata, penggunaan unsur yang berlebihan, penjamakan ganda, dan penggunaan resiprokal yang tidak tepat, kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek dan berpredikat, penggandaan subjek, antara subjek dan predikat tersisipi unsur lain, kalimat yang tidak logis, kalimat yang ambigu, penghilangan konjungsi, penggunaan konjungsi yang berlebihan, urutan yang tidak paralel, penggunaan istilah asing, dan ejaan. Maka dari itu, alangkah lebih baik apabila orang-orang lebih memperhatikan, mempelajari, dan memahami kajian sintaksis.

Pengertian Sintaksis

Sintaksis menurut (Supriyadi, 2014) adalah ilmu tata kalimat yang menjabarkan hubungan antarunsur bahasa untuk membentuk kalimat. Relevansi sintaksis menitikberatkan pada unsur-unsur pembentuk kalimat, baik dari segi strukturnya (segmental) maupun dari segi unsur-unsur pelengkapnya (suprasegmental). Sintaksis menurut (Noortyani, 2017) adalah salah satu cabang linguistik yang mengeksplorasi seluk-beluk struktur kalimat. Sintaksis meninjau tata hubungan kata dengan kata lain dalam membentuk struktur yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Menurut (Parera, 2009), yang termasuk dalam bidang sintaksis ialah unit bahasa berupa frasa, klausa, dan kalimat. Konstruksi sintaksis memiliki ciri-ciri seperti: (1) anggotanya berupa bentuk bebas, (2) hubungan antara unsurnya dapat disisipi bentuk kata lain, (3) struktur unsurnya biasanya tidak tetap, (4) bentuknya berupa frasa, klausa, dan kalimat.

Hubungan Sintaksis dengan Morfologi

Sintaksis bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Ada berbagai kaitan antara Sintaksis dengan bidang ilmu lain. Artikel ini akan mengulas sedikit mengenai hubungan Sintaksis dengan Morfologi dan Sintaksis dengan Wacana. Sintaksis dan morfologi merupakan bagian dari tata bahasa atau gramatika. Morfologi mengupas tentang morfem, kata, dan pembentukan kata, sedangkan sintaksis mengupas tentang frasa, klausa, dan kalimat sebagai kesatuan-kesatuan sistemisnya (Tarmini & Sulistyawati, 2019). Dalam morfologi, kata merupakan satuan terbesar. Kemudian sintaksis mempelajari tata hubungan kata dengan kata lain dalam membentuk struktur yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Dengan kata lain, di sinilah hubungan antara morfologi dengan sintaksis.

Hubungan Sintaksis dengan Wacana

Sintaksis mengkaji frasa, klausa, dan kalimat. Artinya, kalimat merupakan bidang kajian terbesar dalam bidang sintaksis. Kalimat-kalimat itu apabila disusun akan menjadi wacana. Dengan kata lain, wacana terdiri atas unsur-unsur yang berupa kalimat; satuan kalimat terdiri atas unsur-unsur yang berupa klausa; satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata; dan satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata (Tarmini & Sulistyawati, 2019).

Demikianlah informasi yang dapat diuraikan dalam artikel kali ini. Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan di atas antara lain: (1) untuk dapat berbahasa dengan baik, perlu mempelajari tata bahasa seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana; (2) sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang mengeksplorasi seluk-beluk struktur kalimat, yang mengkaji frasa, klausa, dan kalimat; (3) sintaksis memiliki hubungan dengan morfologi; dan (4) sintaksis memiliki hubungan dengan wacana. Setelah membaca artikel ini, pembaca diharapkan dapat lebih sadar dan berinisiatif untuk terus menambah wawasan dalam berbahasa supaya menjadi pengguna bahasa yang andal.

Daftar Pustaka

Noortyani, R. (2017). Buku Ajar Sintaksis. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.

Parera, J. D. (2009). Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.

Supriyadi. (2014). Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.

Tarmini, W., & Sulistyawati, R. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UHAMKA Press.

Yahya, M., Andayani, & Saddhono, K. (2018). Tendensi Kesalahan Sintaksis Bahasa Tulis Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). Sukma: Jurnal Pendidikan, 137-166.

3 Likes