Memorabilia Indah di Kota Serambi Mekkah

Menjejaki tanah Aceh melalui program kuliah belum pernah terbayangkan oleh Wastiana sebelumnya. Menjadi mahasiswa UNTIDAR prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berhasil lolos dalam salah satu program negara yaitu pertukaran mahasiswa, membuat Wastiana begitu tertarik mengeksplorasi budaya di kota Serambi Mekkah ini. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan selama empat bulan, dirinya mencari dan mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya selama proses belajar.

Sebuah perjalanan dari mengunjungi bandara, terbang melintasi kumpulan awan, melihat wajah bumi dari sisi yang berbeda, Wastiana tak pernah membayangkan dia akan mewakili kampus Magelang menuju kampus Aceh untuk dalam kurun waktu yang ditentukan. Sebuah pengalaman dan kenangan yang tak akan terlupakan.
Salah satu yang paling diingatnya yakni menuju Titik 0 Kilometer Indonesia. Perjalanan paling mengesankan ketika menempuh agenda akhir salah satu mata kuliah yang ia diambilnya. Sebuah agenda yang membawanya dari Lhokseumawe, Aceh Utara hingga Banda Aceh, bahkan hingga Sabang.

Kala itu, 2 Desember 2022 jam sepuluh malam, ia dan kawan-kawannya berangkat dari komplek perumahan yang tentunya dibagi antara putra dan putri. Sebagai kota yang religius, Aceh sangat mengedepankan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari. Perjalanan itu dimulai malam hingga pagi, dari penginapan hingga ke Banda Aceh tepatnya di masjid Baiturrahman. Sebuha maasjid yang masih berdiri sejak diterpanya mega bencana Tsunami Aceh 2004 silam.

Perjalanan tak hanya sampai pada masjid Baiturrahman dan seharian mengelilingi kota Banda Aceh. Ketika sore mulai mengetuk ufuk langit, mahasiswa PMM sudah menginjakkan kakinya di pelabuhan, menunggu kapal lambat yang akan membawa mereka ke Sabang. Perjalanan dari mulai terbit hingga tenggelamnya senja berhasil membawa mereka semua dengan selamat hingga tempat tujuan. Segera mereka menuju ke penginapan untuk membersihkan diri dan beristirahat. Namun yang terjadi, Wastiana dan beberapa temannya justru mengitari sekitar penginapan yang berada di dekat pantai. Saat itu, tak ada sekalipun penyesalan keluar dari penginapan untuk sekedar menghirup angin. Mereka bertemu dengan mahasiswa PMM lain yang sedang berjalan-jalan di sekitar layaknya mereka. Dengan begitu, relasi pertemanan semakin luas dan terjalin lewat pertemuan yang tidak disengaja, lewat percakapan yang tidak terduga, lewat perkenalan singkat di bawah gelap dan dingin langit malam.

Tak hanya berakhir di Sabang, kala pagi hari menjelang, mereka mulai melakukan agenda berikutnya. Jika sebelum itu yang dieksplorasi ialah daratan, kali ini mahasiswa PMM akan diajak mengeksplorasi lautan. Kegiatan yang satu ini adalah kegiatan yang paling Wastiana sukai, yaitu snorkeling.

Di pulau Rubiah, mahasiswa PMM diajak menyusup ke rumah ikan dan segala isi salah satu perut laut Indonesia. Berkenalan dengan berbagai jenis ikan termasuk ikan badut yang biasanya cukup Wastiana saksikan lewat layar kaya. Cukup menyenangkan berkenalan dengan satwa laut meskipun harus mengorbankan kaki yang berdarah karena tergores batu karang. Momen itu diabadikan dengan baik ketika penyelam ternyata bisa berswafoto bersama ikan-ikan dan berbagai jenis makhluk di dalam laut pulau Rubiah ini.
Begitulah pengalaman Wastiana mengeksplorasi kota Aceh lewat program pertukaran mahasiswa. Begitu banyak kenangan dan penuh kebahagiaan. Kebahagiaan itu tak hanya ia simpan untuk dirinya, ia juga membagikannya pada orang lain di akun Instagram miliknya. Pesan Wastiana untuk kaum muda saat ini ialah agar mencoba berbagai hal selama bisa, karena manusia tidak tahu kapan kesuksesan dan keberuntungan datang jika tidak pernah mencoba.

Narasumber: Wastiana, mahasiswa Universitas Tidar
Reporter: Siti Roqidah (2110301010)