Sumber : www.kompas.id/baca/sastra/2024/09/24/bermain-di-dalam-lemari
Cerpen adalah karya sastra yang menceritakan kehidupan seorang tokoh dengan konflik atau latar belakang tertentu dalam jumlah kata yang terbatas. Cerita pendek memiliki beragam fungsi, antara lain hiburan, pendidikan, kritik, pengungkapan perasaan dan pikiran pengarang, serta meningkatkan empati pembaca. Hal ini menjadikan cerita pendek sebagai sarana efektif dalam menyampaikan pesan dan nilai-nilai kehidupan.
Cerpen “Bermain di Dalam Lemari” menggambarkan tema keluarga yang kompleks dan trauma psikologis melalui kisah Rinai, sang toku utama. Rinai mengalami kejutan besar ketika mengetahui bahwa ibunya telah berbohong tentang keadaan ayahnya. Kebohongan ini menyebabkan Rinai mengalami trauma yang mendalam, terutama saat hujan turun.
Cerpen ini mengandung pesan moral yang mendalam tentang pentingnya kejujuran dalam hubungan keluarga. Penipuan dan kebohongan dapat menyebabkan dampak trauma jangka panjang pada anak. Oleh karena itu, kejujuran dan transparansi sangat penting dalam membangun hubungan keluarga yang sehat.
Pembahasan
Tema merupakan gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan atau perbedaan. Tema cerpen “Bermain di Dalam Lemari” merupakan contoh dikotomis non-tradisional yang mengeksplorasi realitas batin melalui simbol-simbol. Hal ini tercermin dari konflik antara kebenaran dan rahasia, perjuangan individu Rinai, serta unsur psikologi dan trauma. Selain itu, cerpen ini juga menggambarkan realitas sosial kontemporer dengan gaya bahasa modern, sehingga membangkitkan reaksi afektif pembaca. Oleh karena itu, tema ini termasuk dalam kategori dikotomis non-tradisional yang menantang pemikiran pembaca. Selain itu, cerpen “Bermain di Dalam Lemari” menggambarkan tema mayor yang kuat tentang perjuangan menghadapi trauma masa lalu, konflik internal, dan hubungan keluarga kompleks, menciptakan narasi yang mendalam.
Pada cerpen “Bermain di Dalam Lemari” cerita tidak dipaparkan dari awal melainkan dari tengah cerita, kemudian tahap awal baru diceritakan setelahnya sehingga cerpen ini menggunakan plot sorot balik. Cerpen ini memiliki lebih dari satu tkoh, terdapat satu tokoh utama yang menjadi pusat dari cerita tersebut, namun terdapat tokoh pendukung yang mendukung pembentukan ceritanya. Selain itu, cerpen ini memiliki plot padat, karena selain peristiwanya terjadi susul-menyusul secara cepat, peristiwanya juga memiliki kadar fungsional yang cukup tinggi, dan jika dihilangkan maka pembaca akan merasa kehilangan isi cerita tersebut.
Dalam pembeda tokoh terdapat segi peran, fungsi penampilan tokoh, perwatakan, dan pengembangan tokoh. Di dalam cerpen ini tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya adalah Rinai, karena nama Rinai disebut secara berulang dari awal hingga akhir cerita dan membangun cerita. Fungsi penampilan tokoh mengantarkan ke arah konflik cerita dan tokoh antagonis berperan sebagai pemicu konflik. Di cerpen ini, mama menjadi tokoh antagonisnya karena sudah membunuh bapak.
Perwatakan di dalam cerpen ini masuk ke dalam tokoh bulat karena tokoh ini mengalami perubahan seiring dengan alur dan konflik yang terjadi. Tokoh mama tidak senang dengan pertanyaan Rinai setelah Rinai menanyakan tentang keberadaan bapaknya, takut sisi pribadi buruknya mama ketahuan kalau mama sudah membunuh bapak. Perkembangan tokoh disini termasuk ke dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan alur peristiwa dan tokoh ini berinteraksi dengan lingkungan sosial yang mempengaruhi tingkah lakunya.Ketika Rinai mengambil sarung tangan di kamar mandi yang tadinya biasa saja menjadi dejavu, mengingat kejadian yang pedih bagi Rinai. Rinai tersadar akan kejadian 2 minggu yang lalu kalau Ayah tewas di tangan Mama saat hujan awal tahun.
Cerpen ini menggunakan berbagai teknik dalam pelukisan tokoh, salah satunya yaitu menggunakan teknik ekspositori yang memperkenalkan tokoh utama (Rinai) sebagai seseorang yang tidak menyukai hujan. Adapun karakter mama Rinai yang menunjukkan sikap kepedulian terhadap Rinai, hal tersebut ditunjukkan melalui teknik cakapan. Teknik arus kesadaran digunakan untuk menggambarkan pikiran Rinai teringat akan kejadian-kejadian masa lalu yang kelam. Kemudian, teknik pelukisan latar juga terlihat jelas dalam percakapan yang menunjukkan tempat, yaitu kamar. Terakhir, teknik pelukisan fisik menggambarkan sebuah keadaan Rinai yang trauma saat ia menghadapi sebuah kejadian yang tak pernah terduga sebelumnya.
Pada cerpen “Bermain di Dalam Lemari” terdapat hasil analisis yang mengandung unsur pelataran pada cerpen tersebut. Dari pengamatan pelataran, digambarkan sebuah kejadian bahwa seorang anak mengalami dan merasakan sebuah kejanggalan yang dimulai dari tempat dapur hingga pergi keluar meninggalkan ibunya ketika ia sudah paham dengan apa yang sedang ia rasakan, kemudian diperjelas pada bagian latar waktu, ia pergi keluar meninggalkan ibunya di saat hujan deras yang turun dari pagi hari hingga menuju siang.
Penyudut pandangan dalam cerpen ini menggunakan persona pertama “aku”. Penyudut pandangan ini ditunjukkan dengan adanya kutipan “Rintik hujan yang mengenai tubuhku membuat aku seperti dihujani panah api dan pedang.” pada kutipan tersebut si “aku” atau tokoh utama dalam cerpen mengisahkan tentang kejadian buruk yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami oleh dirinya sendiri.
Cerpen “Bermain di Dalam Lemari” karya Devi Koban menggambarkan perjuangan seorang gadis bernama Rinai yang berjuang menghadapi trauma masa lalu yang kelam terkait hujan dan keluarganya. Dengan menggunakan berbagai unsur intrinsik seperti tema, tokoh, alur, dan gaya bahasa, cerpen ini mengangkat tema yang kuat tentang pencarian identitas Bapak serta konflik internal cerpen yang kompleks. Secara keseluruhan cerpen ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga memberikan refleksi sosial dan kritik yang menggugah pembaca untuk merenung lebih dalam.
Referensi
Nurgiyantoro, Burhan. 2007 (Cetakan V). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Koban, Devi. “Bermain di Dalam Lemari.” Kompas.id, 24 Sept. 2024,
Penulis : Filya, Destian, Naura, Nesa, Ainur, dan Cahyanto | S1 PBSI FKIP UNTIDAR