Membedah Cerpen “Tungku di Tubuh Ibu” Karya Prima Yuanita dengan Strukturalisme Genetik

Gambar1

Oleh :
Ariefian, Fatia, Lita, Venika, dan Paramesti- PBSI-Untidar

Karya Sastra merupakan hasil Inspirasi gagasan, ide serta gambaran kehidupan manusia dengan medium bahasa, baik secara lisan maupun tulisan, dengan mempertimbangkan sisi estetis dan artistik. Dengan kata lain Karya sastra sebagai gagasan atau ide manusia dapat berupa hasil pemikiran imajinasi seorang penulis ataupun gambaran kenyataan yang ada pada kehidupan seorang penulis yang ingin disampaikan dengan medium bahasa, hal itu selaras dengan pengertian Karya sastra yang dikemukakan oleh (Damono, 1979) yakni bahwa karya sastra merupakan suatu gambaran kenyataan kehidupan sehari-hari manusia dengan media penyampaian karya berupa bahasa.

Cerpen sebagai salah satu bentuk karya sastra bergenre prosa kerap kali menghadirkan ide gagasan ataupun gambaran kehidupan yang ingin disampaikan oleh penulis, selaras dengan hal itu cerpen dengan judul “Tungku Di Tubuh Ibu” karya Prima Yuanita yang diterbitkan oleh Kompas pada Tanggal 23 Maret 2023, memuat gagasan, ide ataupun gambaran kehidupan penulis atau kondisi lingkungan penulis, yakni mengenai kehidupan seorang menantu pada keluarga kecil yang baru menjalin rumah tangga, hal yang membuat cerpen tersebut menarik adalah hubungan emosional antara menantu perempuan, mertua, serta anak sekaligus suami. Cerpen tersebut terbangun melalui hubungan struktur yang ada dalam cerpen, selain itu proses penciptaan cerpen tersebut diduga terpengaruh oleh pandangan dunia pengarang ataupun konteks sosial pengarang.

Dengan demikian untuk membedah ide gagasan ataupun gambaran kehidupan yang ada pada cerpen “Tungku di Tubuh Ibu” karya Prima Yuanita dibutuhkan suatu alat bedah karya sastra. Alat bedah yang digunakan untuk mengetahui gagasan ataupun gambaran kehidupan tersebut ialah Strukturalisme Genetik.

Strukturalisme genetik ialah pendekatan yang digunakan untuk membedah atau mengkaji karya sastra melalui unsur-unsur pembangun yang terdapat di dalam karya sastra serta mengkaji hal-hal genetik yang dapat diartikan sebagai latar belakang penciptaan karya sastra baik pandangan dunia penulis yang dilihat dari latar belakang penulis, maupun fakta fakta sosial dalam cerpen yang dihadirkan oleh penulis sebagai representasi kehidupan nyata di sekitarnya. Hal itu selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Iswanto, 2017) bahwa pendekatan Strukturalisme Genetik merupakan pendekatan yang mengkaji Unsur Intrinsik juga Unsur Genetik suatu karya sastra. Adapun pendapat lain mengenai Pengertian Strukturalisme Genetik yakni, salah satu metode dalam penelitian sastra cabang sosiologi sastra yang menggabungkan antara struktur teks, pandangan dunia pengarang, serta konteks soisal (Yasa, 2012).

Hal awal yang perlu dilakukan untuk membedah cerpen “Tungku di Tubuh Ibu” karya Prima Yuanita dengan Strukturalisme Genetik ialah membaca cerpen tersebut, memahami isi serta unsur yang ada pada cerpen tersebut, lalu mencatat dan mengklasifikasikan ke dalam Struktur Intrinsik serta struktur Genetik.Setelah melalui beberapa tahapan untuk membedah cerpen didapatkan temuan yakni sebagai berikut.

Struktur Intrinsik Cerpen,
Dalam cerpen “Tungku di Tubuh Ibu” karya Prima Yuanita didapatkan unsur pembangun cerpen tersebut berupa, Tema , Latar, Alur, tokoh serta Penokohan, mari kita bahas satu persatu Struktur Intrinsik cerpen tersebut.

Tema
Tema yang digunakan dalam cerpen ini ialah hubungan manusia pada ranah keluarga, hal tersebut dapat dilihat dari keseluruhan isi cerita, yang mengisahkan mengenai kehidupan pada sebuah keluarga

Latar
Latar yang dihadirkan dalam cerpen tersebut antara lain ialah Rumah sebagai latar tempat, selain itu latar tempat yang kerap dihadirkan ialah dapur rumah, selain itu latar suasana dalam cerpen tersebut diawali dengan suasana tegang dan muram hingga klimaks, hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut ini.

“Tiga ratus juta sudah melayang untuk rumah ini. Apa kita mau utang lagi?” teriak Risan pertama kalinya di hadapanku, pada Sabtu pagi yang muram. Dan teriakan itu berulang pada hari Sabtu berikutnya…”
“…Seketika darahku meletup-letup mencapai ubun-ubun. Seperti bunyi teko yang berdesing-desing, telingaku disambar bising dan kepalaku mendadak pusing…”

Akan tetapi pada penyelesaian masalah atau penghujung cerita suasana berubah menjadi haru, dan kagum, hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut.

“Untuk ke sekian kalinya aku mengurungkan niat menyambangi tungku itu, meski aku sadar di sana ada sinar yang berpendar-pendar. Sinar kehangatan yang berasal dari tungku Ibu”

Alur
Alur yang digunakan dalam cerpen tersebut yakni alur campuran, berupa penggabungan antara alur maju serta alur mundur.

“Dengan meminjam kegesitan koki di hotel bintang lima, tanpa perdebatan yang berjuntai-juntai pula, aku segera menyingkap lembaran catatan resep yang beberapa hari lalu kusalin dari internet. Mencomot beberapa bumbu untuk diiris di atas talenan dan memotong-motong sawi juga tahu putih.”

Dari penggalan cerpen tersebut dapat dikatakan bahwa tokoh aku sedang melakukan kegiatan memasak yang disampaikan dengan alur maju.

“Padahal sebelum menikah, aku dan anakmu, Risan, kerap makan di warung masakan Padang, warteg, soto Makassar, soto Lamongan, bahkan pernah jauh-jauh pergi ke puncak hanya ingin memesan semangkok mi rebus instan.”

Dari penggalan cerpen tersebut terlihat bahwa ada penceritaan masa lalu yang termasuk ke dalam alur mundur.

Tokoh dan Penokohan
Terdapat tiga tokoh dalam cerpen tersebut yakni Tokoh Aku sebagai tokoh utama dalam cerpen, lalu Tokoh Risan yang merupakan Suami dari tokoh Aku serta anak dari tokoh ibu, dan tokoh Ibu Risan sebagai mertua tokoh Aku. Penokohan atau sifat tiap tokoh akan dijabarkan sebagai berikut.

Tokoh aku memiliki sifat penyabar dan pengalah hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut ini.

“Padahal aku tak bisa memasak dan tak suka memasak. Tapi demi melenyapkan kemuraman wajah yang kerap kau perlihatkan itu sebelum dan selepas kerja, bahkan di saat tubuhku letih, lemah, dan tak bertenaga kusempatkan untuk menyalakan kompor di dapur.”

Dari penggalan tersebut tokoh aku memilih mengalah dan bersabar dengan menuruti keinginan tokoh Ibu untuk tetap memasak. Kemudian Tokoh Risan memiliki sifat Tulus hal tersebut dapat dibuktikan dengan penggalan cerpen berikut ini,

“Saat itu aku melihat binar mata yang bening dan berpalung. Ketika aku terjun, di dasar jauh sana, tampak ketulusan telah mengalir sebelum ia tahu apakah aku akan menerimanya”

Selain memiliki sifat yang tulus tokoh risan juga merupakan tokoh yang berbakti dan menyangi orang tua hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut ini.

“Dan bagaikan seorang prajurit yang siaga dipanggil komandannya, Risan akan melakukan apa pun perintahmu sebagaimana aku yang tak pernah bisa membantahmu.”

Selanjutnya tokoh dalam cerpen tersebut yakni tokoh Ibu risan, tokoh ibu risan memiliki perwatakan yang sedikit kolot serta kurang peka terhadap kondisi orang lain, hal tersbut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut ini.

“Seharusnya semua perempuan itu bisa memasak. Biar suaminya tak suka jajan. Selama ini Risan terbiasa mengunyah masakan rumahan”

Dari penggalan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Ibu Risan memilki sifat yang sedoikit kolot dengan menggeneralisasi semua wanita harus bisa memasak, kemudian sifat kurang peka terhadap orang lain dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut ini.

"Tanpa memedulikan wajah kuyu dan semangat layuku, kau tiba-tiba datang melemparkan kalimat dengan wajah segarang arang: ”Sudah jam berapa ini? Cepat nyalakan kompor! Siapkan makan malam untuk Risan!”."

Dari penggalanb tersebut Tokoh Ibu Risan tidak mempedulikan Kondisi tokoh aku, yang ia pedulikan ialah tokoh aku harus memasak.akan tetapi dibalik sifat sifat tokoh Ibu risan yang kurang baik, tokoh Ibu Risan juga merupakan wanita hebat hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut.

“meski aku sadar di sana ada sinar yang berpendar-pendar. Sinar kehangatan yang berasal dari tungku Ibu.”

Ibu Risan juga memiliki sifat sayang keluarga, berikut penggalan cerpen yang menggambarkan bahwa Ibu Risan merupakan tokoh yang sayang keluarga.

”Ia telah lama menghabiskan waktunya untuk dapur dan kelima anaknya.”

Dari hasil temuan pada bagian Struktur Intrinsik Cerpen yang telah dijabarkan dapat dilihat keterpaduan struktur Intrinsik cerpen antra hubungan dalam setiap unsurnya, hal ini dapat dimaknai sebagai keberhasilan penulis menyusun unsur unsur tersebut secara padu sehingga dapat menghasilkan sebuah cerpen mudah dipahami oleh pembaca.

Struktur Genetik Cerpen
Struktur genetik yang ada dalam cerpen tersebut ialah Pandangan dunia pengarang serta fakta kemanusian, temuan tersebut akan dilaskan sebagai berikut.

Fakta kemanusiaan
Fakta kemanusiaan yang ditemukan dalam cerpen berupa aktivitas sosial antar tokoh, terdapat beberapa aktivitas sosial yang ditemukan yang pertama adalah adanya rasa hormat terhadap orang tua, hal tersebut digambarkan pada tokoh risan dan tokoh Aku yang memiliki rasa hormat terhadap Ibu, berikut penggalan cerpen yang menggambarkan hal tersebut.

“Risan akan melakukan apa pun perintahmu sebagaimana aku yang tak pernah bisa membantahmu”

Dari penggalan cerpen tersebut dapat dikatakan bahwa sebagai anak risan mematuhi dan menghormati ibunya. Lalu adanya aktivitas sosial yang menggambarkan rasa kasih sayang keluarga, hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut ini.

“…Namun bagaikan kacang yang lupa pada kulitnya: setelah menikah dan beranak-pinak di tanah perantauan, kakak-kakakku tak pernah pulang.”
”Kenapa kau tak mengikuti jejak mereka?”
”Apa setiap anak harus memiliki hati yang sama?” Risan melekatkan pandangannya padaku…”

Dari penggalan cerita tersebut dapat terlihat bahwa risan tak mau mengikuti jejak kakaknya karena ia menyayangi orang tuanya, selain itu pada aktivitas itu juga menggambarkan fakta kemanusiaan bahwa anak terkadang lupa dengan jasa orangtuanya yang telah membesarkan mereka

Pandangan Dunia Pengarang
Pada pandangan dunia pengarang perlu dijelaskan terkait dengan latar belakang pengarang sebagai penulis cerpen, hal ini tentunya memiliki keterkaitan dengan cerpen yang ditulisnya, Prima Yuanita merupakan soerang penulis sekaligus Ibu rumah tangga yang tinggal di sragen Jawa tengah, tulisanya kerap kali dimuat di berbagai media, selain itu pada tahun 2020 ia memiliki prestasi juara 1 pada lomba karya jurnalistik PKK. Hal itu tentunya selaras dengan cerpen ini , penulis sebagai ibu rumah tangga berusaha menggambarkan kehidupanya ke dalam cerpen “Tungku di tubuh Ibu” ,

Selain itu hadirnya cerpen ini juga merepresentasikan posisi perempuan dalam ranah keluarga terkhusus dalam hal memasak, dapat dilihatdari penggalan cerpen berikut.

”Seharusnya semua perempuan itu bisa memasak. Biar suaminya tak suka jajan…”

Dari penggalan tersebut dapat dilihat bahwa posisi perempuan dalam ranah keluarga diharuskan memiliki keahlian memasak, penggalan tersebut merepresntasikan posisi perempuan sekaligus dapat menjadi kritikan bahwa pandangan tentang perempuan harus bisa memasak terasa membaratkan posisi perempuan, karena tidak ada keharusan bahwa laki laki harus pandai memasak, hal tersebut berkaitan dengan kesetaraan gender dan pandangan masyarakat tentang perempuan.

Simpulan
Berdasarkan temuan temuan yang ada di dalam cerpen tersebut berupa Struktur Intrinsik dan Struktur genetik, dapat dilihat bahwa pada setiaqp unsur memiliki keterkaitan yang membangun keseluruhan cerpen tersebut, Struktur Intrinsik cepen berupa tema membangun kohesi dengan tokoh latar alur serta penokohan, kemudian pada struktur genetik ditemukan adanya aktivitas sosial dan pandangan dunia pengarang. Dalam pandangan dunia pengarang berfokus kepada representasi posisi perempiuam pada ramah keluarga, yang sekaligus menjadi kritik karena keharusan untuk bisa memasak hanya dititik beratkan kepada perempuan.

Daftar Pustaka
Hidayati, N. A. (2014). Analisis Strukturalisme Genetik Kumpulan Cerpen Mencuri Kisah Dari Pembaringan Karya Sarwo M . Djantur. Konferensi Nasional Bahasa Dan Sastra III.

Prihantono, K. D. (2021). Pandangan Dunia William Faulkner dalam Cerpen A Rose For Emily (Kajian Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann). JENTERA: Jurnal Kajian Sastra, 10(2). Pandangan Dunia William Faulkner dalam Cerpen A Rose For Emily (Kajian Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann) | Prihantono | JENTERA: Jurnal Kajian Sastra

Sugianto, I., & Huda, N. (2017). STRUKTURALISME GENETIK DALAM CERPEN SLUM KARYA HANIF NASHRULLAH. FONEMA, 4(1). STRUKTURALISME GENETIK DALAM CERPEN SLUM KARYA HANIF NASHRULLAH | Jurnal Ilmiah FONEMA : Jurnal Edukasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Sultoni, A., Juidah, I., & Saufan Hilmi, H. (2021). KONTRUKSI NILAI SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN TAWA GADIS PADANG SAMPAH KARYA AHMAD TOHARI. Bahtera Indonesia; Jurnal Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia, 6(2). KONTRUKSI NILAI SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN TAWA GADIS PADANG SAMPAH KARYA AHMAD TOHARI | Bahtera Indonesia; Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia

Yulianto, A. (2017). Strukturalisme Genetik Cerpen Hitam Putih Kotaku Karya Rismiyana. Milangun Jurnal Ilmiah Dan Kesastraan, 14(2).