Membandingkan Fonologi dengan Semantik

Oleh : Syahroni

Fonologi adalah bidang linguistik yang menganalisis, mempelajari, dan membahas tentang bunyi-bunyi bahasa. Fonologi secara etimologi terdiri dari fon yaitu bunyi dan dan logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objeknya, fonologi dibedakan atas fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan cabang fonologi yang menjelaskan bahwa bunyi bahasa tidak memperhatikan bunyi tersebut sebagai pembeda makna atau tidak sehingga tidak memperhatikan konsep makna (semantik). Contohnya: bunyi (i) pada kata [ikan], [angin], [sakit] adalah tidak sama. Kesamaan contoh tersebut hanya pada bunyi [i] yang tidak memiliki makna. Sedangkan fonemik merupakan cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda makna (Suparno, 2013). Namun kedua subdisiplin ilmu tersebut tercakup dalam bidang yang lebih luas yaitu fonologi. Dengan demikian fonologi dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu linguistik secara umum yang mengkaji bunyi bahasa yang memiliki makna atau tanpa makna.

Fonetik mempelajari bunyi bahasa, namun tidak mementingkan arti. Terdapat dua macam fonetik, yaitu fonetik akustik dan fonetik artikulator. Fonetik akustik membahas bahasa hanya semata sumber getar, sedangkan fonetik artikulatoris membahas bunyi sebagai alat ucap manusia (Suparno, 2013). Selanjutnya Marsono (dalam Gani, 2018) mendefinisikan bahwa fonetik adalah ilmu yang terus menerus mempelajari dan mencoba membentuk bunyi bahasa, bagaimana bunyi itu terbentuk, frekuensi, intensitas, bunyi, getaran udara, dan bagaimana bunyi merambat melalui udara yang diterima telinga. Suparno (2013:126) juga menegaskan bahwa ejaan fonetis berusaha melambangkan bunyi berbeda, baik bunyi tersebut melambangkan arti ataupun tidak.

Selanjutnya, kaitan fonologi dengan semantik akan dibahas dalam hubungan antara bunyi bahasa (fonologi) dan tanda dalam semantik. Semantik merupakan istilah yang digunakan pada bidang linguistik yang objek studinya adalah makna bahasa. Lebih tepat lagi sebagai makna sebagai satuan bahasa berupa kata, frase, clausa, kalimat, atau wacana . Kedudukan objek semantik adalah makna keseluruhan sistematika bahasa. Dapat disimpulkan bahwa tidak semua tataran bahasa memiliki masalah semantik.

Semantik kemudian diartikan sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang berhubungan dengan tanda linguistik dengan hal yang ditandainya atau bisa disebut juga kajian tentang makna bahasa. Semantik juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna yang memiliki tiga tataran analisis: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 2013). Tataran fonetik yang merupakan studi yang mempelajari bunyi tanpa memperhatikan fungsi bunyi sebagai pembeda bahasa, maka tidak ada semantik karena fon sebagai satuan fonetik tidak memiliki makna. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa cakupan semantik hanyalah makna bahasa sebagai alat komunikasi verbal dan bukan hanya sekedar makna bunyi dan lambang lainnya.

Chaer (2013:3) menyatakan bahwa semantik dalam sejarah linguistik ada pula yang menggunakan istilah seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik yang mempelajari makna atau arti suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam bidang linguistik karena istilah lainnya lebih luas cakupannya, yang meliputi lambang pada umumnya. Tanda tersebut meliputi tanda-tanda lalu lintas, kode Morse, dan tanda dalam ilmu matematika.
Pada tataran fonologi (fonemik) juga tidak terdapat semantik. Fonem yang merupakan kajian studi fonemik memang memiliki fungsi untuk membedakan makna kata, namun fonem itu sendiri tidak memiliki makna. Verhar ( dalam Chaer, 2013:8) membandingkan fonem sebagai garis pemisah antara kiri dan kanan di jalan raya. Garis tersebut memiliki fungsi sebagai pemisah, namun tidak memiliki arti sehingga dengan mudah dapat dilanggar.

Daftar Pustaka
Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Gani, S., & Arsyad, B. (2018). KAJIAN TEORITIS STRUKTUR INTERNAL BAHASA (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik) . ‘A Jamiy,Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Sastra dan Budaya UGM, 07.
Soeparno. (2013). Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana.

1 Like