Memahami Penggunaan Bahasa Melalui Kesesuaian Semantis dan Gramatisnya

Kesesuaian Semantis dan Gramatis

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk melakukan interaksi dengan manusia baik individu dengan individu maupun individu dengan kelompok. Kemudian, Kridalaksana (1984:21) mendefinisikan bahasa sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang dipakai oleh masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dengan demikian, bahasa sendiri sangat penting dan harus dikuasai setiap orang, tanpa adanya kehadiran bahasa, manusia tidak dapat menjalin hubungan dengan manusia lain, agar dapat saling bertukar pikiran, ide-ide, ataupun menyampaikan perasaan. Bahasa yang diucapkan biasanya dapat berupa sebuah kata maupun kalimat. Setiap kata maupun kalimat, dapat memiliki sebuah makna atau disebut juga sebagai semantik. Pada dasarnya semantik merupakan ilmu bahasa yang mengkaji atau mempelajari sebuah makna. Menurut Kridalaksana (1993:193) semantik merupakan Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara. Sebagaimana pendapat Chaer (1994:2) semantik merupakan kajian ilmu yang membahas tentang makna bahasa, dalam bahasa Yunani semantik dapat berarti lambang. Sehingga semantik dapat diartikan sebagai makna yang terkandung dalam ungkapan bahasa.

Seseorang yang dapat memahami dan menggunakan bahasa bukan berarti dia dapat memahami semua kalimat yang terdapat pada bahasa tersebut. Melainkan hal tersebut karena terdapat kesesuaian atau kecocokan ciri unsur semantik dan gramatisnnya. Kesesuaian ciri tersebut dapat berupa berikut ini.

a) Kesesuain Ciri Semantik Leksikal Dengan Leksikal

Ciri semantik leksikal adalah suatu ciri makna yang terdapat dalam kata itu sendiri, yang belum mengalami proses morfologis, dan terdapat dalam sebuah kamus (KBBI).

Contohnnya.

Ciri Cicak Kucing
Hewan + +
Bertelur + -

Pada contoh di atas dapat dijelaskan, bahwa cicak dan hewan, kucing dan hewan memiliki kesesuaian/ kecocokaan ciri semantik. Kemudian untuk cicak dan bertelur memiliki kesesuaian ciri semantik, sedangkan kucing dan bertelur tidak memiliki kesesuaian ciri semantik.

b) Kesesuaian Ciri Semantik Leksikal Dengan Gramatikal

Ciri Semantik gramatikal adalah kajian semantik mengenai makna yang terdapat dalam suatu kalimat yang telah terjadi proses morfologis.

Ciri Seorang Anak Anak-Anak
Tunggal + + -

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, kata seorang dan tunggal, anak dan tunggal dapat dikatakan memiliki kesesuaian ciri semantik, karena tunggal sendiri memiliki arti satu atau tidak lebih satu. Kemudian, anak-anak dan tunggal tidak memiliki kesesuaian ciri semantik, karena anak-anak berarti lebih dari satu.

Contoh dalam kalimat :

  • Ibu Nia memiliki seorang anak bernama difa (kata seorang anak dapat diterima, karena memiliki kesesuaian ciri)

  • Ibu Desi mempunyai seorang anak-anak bernama nisa dan sinta (kata seorang anak-anak tidak dapat diterima karena anak-anak jumlahnya jamak)

Chafe (1970) dan filmore (1971), mengungkapkan setiap unsur leksikal mengandung beberapa ketentuan penggunaanya yang sudah tertanam yang memiliki sifat gramatikal (berkaitan dengan susunan kata) dan bersifat semantis. Beberapa ketentuan gramatikal memberikan kondisi gramatikal yang berlaku jika suatu unsur gramatikal akan digunakan. ketentuan ciri semantis pada unsur leksikal dan gramatikal membutuhkan adanya subjek dan sebuah objek (meskipun objek tersebut bisa dihilangkan), ketentuan tersebut diantaranya.

a) Ketentuan Ciri Semantis Dalam Unsur Leksikal

Subjek (+bernyawa) + Predikat (minum) + objek (+minuman)

Di atas terdapat unsur leksikal yaitu pada kata minum. menjelaskan bahwa subjeknya harus mengandung ciri makna (+bernyawa) dan objeknya mengandung ciri makna (+minuman).

Contohnya :

kalimat nana minum es teh dapat diterima karena, kata nana mengandung ciri makna (+bernyawa) sedangkan kata esteh juga mengandung ciri makna (+minuman). Begitu sebaliknya, kata saya minum meja tidak dapat diterima dalam ketentuan semantis leksikal. Karena, saya berciri makna (+bernyawa), sedangkan meja bukan berciri makna (-makanan).

b) Ketentuan Ciri Semantis Dalam Unsur Gramatikal

Subjek (+manusia) + mendengar (Predikat) + Objek (+benda yang didengarkan)

Di atas terdapat unsur gramatikal yaitu kata mendengar. Menyiratkan bahwa subjeknya harus mengandung ciri makna (+manusia) dan objeknya mengandung ciri makna (+benda yang didengarkan). Oleh karena itu, kalimat Ibu guru mendengarkan radio, dapat diterima karena kata ibu guru berciri makna (+manusia) dan kata radio berciri makna (+benda yang didengarkan). Begitu sebaliknya, jika terdapat kalimat Ibu guru mendengarkan meja, maka tidak dapat diterima karena pada objeknya tidak berciri makna (+benda yang didengarkan).

Jika struktur atau bentuk dari gramatikal predikatnya diubah maka makna dan struktur kalimat itu akan berubah. Sebagai contoh lihat kata kerja berikut.

  1. Pesan tersebut sudah beredar

  2. Ibu guru mengedarkan pesan tersebut

  3. Pesan tersebut diedarkan oleh Ibu guru

Kata kerja beredar pada kalimat (1) hanya perlu adanya subjek, dan tidak perlu dengan kehadiran sebuah objek atau lainnya karena memiliki sifat intransitif. Kata kerja mengedarkan pada kalimat (2) memerlukan adannya sebuah subjek atau pelaku dari sebuah objek sebab sifatnya yang aktif transitif. Sedangkan. kata kerja diedarkan pada kalimat (3) perlu sebuah subjek dan sebuah objek sebagai pelaku karena sifatnya yang pasif transitif.

Sehingga dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa penggunaan atau pemahaman suatu bahasa bukan berarti mereka tahu semua tentang kalimat tersebut. Namun, karena terdapat kesesuaian atau kecocokan ciri unsur semantik dan gramatisnya. Seperti terdapat kesesuaian ciri semantik dalam unsur leksikalnya maupun kesesuaian ciri semantik dalam unsur gramatikalnya.

Referensi :

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 1989. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.

Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai cermin kebudayaan. Jurnal tarbiyah, 24(2).

Hidayat, E. (2008). Argumen dalam Bahasa Jerman dan peran yang disandangnya. Jurnal Bahasa dan Seni, 36(1), 32-40.

Raihana, N. (2016) DIKSI DALAM PANTUN ANAK. Jurnal Kiprah, 4(1)