Memahami Makna Kehidupan dari Cerpen “Angka Satu dan Seluruh Titiknya” Karya Era Eri Astanto

Cerita pendek “Angka Satu dan Seluruh Titiknya” merupakan eksplorasi mendalam tentang makna kesepian dan bagaimana manusia memaknai keberadaanya di tengah kehidupan yang dinamis. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana cerita pendek tersebut menyampaikan pesan filosofis tentang keberadaan manusia, pentingnya introspeksi diri, dan bagaimana setiap “momen” kehidupan berkontribusi pada pembentukan identitas seseorang.

Melalui simbol “angka satu” cerita pendek tersebut menggambarkan perjalanan emosional dan intelektual seseorang yang mencerminkan identitas, koneksi, dan tujuan hidup mereka. Dimana cerita pendek tersebut mendeskripsikan seorang tokoh utama yang menghadapi banyak sekali rintangan pada hidupnya. Ia mempunyai tekad kuat untuk memulai dari nol, dengan memandang sebuah lukisan angka satu menjadi titik awal menuju perjalanan panjang. Melalui sudut pandang tokoh utama, cerpen ini menggali filosofi sederhana bahwa setiap hal baik selalu dimulai berdasarkan hal kecil. “Angka satu” menjadi simbol yang menyiratkan pentingnya langkah pertama dalam meraih mimpi dan arti kesabaran dalam sebuah proses kehidupan.

Isi
Cerpen tersebut mengeksplorasi bagaimana seseorang dapat merasa terisolasi meskipun berada di tengah keramaian dan bagaimana sistem yang tampak terstruktur (seperti demokrasi atau masyarakat) sebenarnya terdiri dari individu-individu yang terpisah dan saling bergantung namun tetap sendiri. Cerpen tersebut menyoroti pengalaman seorang individu yang merasa “kesepian” di antara banyaknya orang lain. Meskipun ada ilusi kebersamaan di masyarakat, individu tetap merasa terpisah, seperti angka satu yang berdiri sendiri di tengah angka-angka lainnya.

Lukisan yang digambarkan dalam cerita melambangkan sistem sosial atau politik, di mana orang-orang tampak terhubung dalam sebuah tatanan besar (seperti kerajaan atau demokrasi). Namun, tatanan ini rapuh karena setiap elemen dasarnya “angka satu” tetap terpisah. Protagonis dalam cerpen merenungkan makna dari angka satu, baik dalam konteks spiritual maupun sosial. Angka satu seharusnya menjadi simbol keesaan juga awal dari segala sesuatu, tetapi dalam cerita tersebut ia menjadi simbol keterpisahan dan keterasingan.

Cerpen Angka Satu dan Seluruh Titiknya menggunakan plot lurus yang digabungkan dengan plot sorot balik, sehingga menghasilkan plot campuran. Plot lurus terlihat dari perkembangan cerita yang berlangsung secara kronologis, yaitu saat dimana tokoh mengamati lukisan yang menunjukan situasi saat ini dan menggambarkan alur dengan jelas dan teratur. Sementara plot sorot balik membawa pembaca ke masa lalu tokoh dengan ingatannya tentang pelajaran agama yang memengaruhi pandangannya terhadap kehidupan dan keterasingan. Gabungan dari plot lurus dan plot sorot balik ini menghasilkan plot campuran.

Penulis menggunakan simbolisme untuk menyampaikan kondisi tokoh yang merasa kesepian, meskipun berada ditengah-tengah banyak orang sehingga semakin memperkaya makna dalam cerita. Angka satu dapat direpresentasikan dari suatu individu yang merasa terasingkan dan terisolasi dari dunia sekitarnya, meski sedang berada dalam keramaian pelukisan perasaan, kesepian, dan kehilangan makna kehidupan sangat relevan oleh manusia modern saat ini. Titik-titik melambangkan ketidakpastian, kesendirian, dan kehampaan yang dirasakan tokoh terhadap pertengkaran emosional dan refleksi atas situasi yang dihadapi tokoh. Interpretasi pendalaman makna lukisan yang menjadikan sebagai tokoh yang khas. Dalam cerita pendek ini menunjukan perkembangan pada tokoh yang berupa perubahan pemahaman dalam memahami makna kehidupan hingga mulai menerima dirinya.

Teknik pelukisan tokoh dalam cerita menggunakan teknik ekspositori dimana sang tokoh merepresentasikan suatu lukisan seperti dirinya. Dalam cerita pendek tersebut juga terdapat teknik dramatik dimana tokoh berbicara dengan dirinya sendiri dan juga menunjukkan perasaan, pikiran, serta reaksi yang dialami tokoh. Teknik dramatik tersebut melukiskan latar pada cerita pendek, juga menggambarkan suasana pada latar yang membuat tokoh merasa semakin menyatu dengan lukisan yang dilihatnya. Sebuah museum menjadi pusat cerita ini, menyimpan sebuah karya seni raksasa yang membangkitkan berbagai perasaan dan pemikiran. Lukisan raksasa itu terpajang megah di dinding aula utama, menyambut para pengunjung yang baru saja melangkahkan kaki masuk. Detail angka satu mendominasi kanvas, menciptakan kesan kuat tentang simbolisme yang kompleks keindahan sekaligus ironi kehidupan sosial yang semakin terfragmentasi. Museum itu sendiri hadir sebagai ruang yang sarat makna tempat realitas, seni, dan simbol-simbol kehidupan bersatu. Pada sisi latar waktu, cerita ini berakar dalam konteks kontemporer. Jadi, latar waktu dalam cerita ini menggaris bawahi refleksi sosial zaman modern, ketika seni dan filsafat melebur dengan keseharian manusia.

Sudut pandang yang digunakan dalam cerita tersebut menggunakan persona ketiga “mereka” dan persona pertama “aku”. Pada persona ketiga narator berada diluar cerita yang menampilkan tokoh dari cerita ini. Melalui pengalaman tokoh utama “aku” cerpen ini menyoroti sudut pandang orang pertama yang menciptakan sebuah narasi dari pengalaman tokoh utama. Melalui sudut pandang ini, pembaca diajak untuk merenungkan tentang makna kehidupan dan hubungan manusia dalam masyarakat modern.

Penutup
Pada bagian tema cerpen tersebut mengajarkan makna kehidupan yang dinamis. Plot yang digunakan secara kronologis, dimana tokoh mengamati lukisan yang menunjukan situasi saat ini dan menggambarkan alur dengan jelas dan teratur. Dalam cerita pendek tersebut menunjukan perkembangan pada tokoh yang berupa perubahan pemahaman dalam memahami makna kehidupan dan mulai menerima dirinya. Latar dalam cerita ini memiliki tiga latar yaitu latar tempat di museum, latar sosial di kehidupan sosial yang semakin fragmentasi, dan latar waktu menceritakan tentang refleksi sosial zaman modern. Sudut pandang yang digunakan dalam cerita tersebut menggunakan persona ketiga “mereka” dan persona pertama “aku”.

Referensi
Ari Astanto. “Angka Satu dan Seluruh Titiknya.” Kompas, 15 Oktober 2024.
Penulis:
Shilvia, Gita, Feby, Kurnia, Nanda, Atun

1 Like