Memahami Lebih Jauh Bagaimana Morfologi dan Klasifikasi Morfem

morfem
dok.pribadi

Halo sobat ambisius, pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit pengetahuan mengenai morfologi dan klasifikasi morfem. Apakah yang dimaksud dengan morfologi itu sendiri? Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang memiliki ranah pembahasan mengenai satuan dasar dari bahasa sebagai bunyi itu sendiri. Adapun yang dibahas dalam morfologi biasanya mengabaikan suatu hal pembahasan di luar ranah kebahasaan yang cenderung mudah beruabah, seperti aktor sosial, budaya dan latar belakang pendidikan.

Salah satu cabang pembahasan yang utama dibahas dalam morfologi adalah fonem. Untuk pengertian dari fonem sendiri ialah suatu dasaran atau hal yang paling kecil dari sebuah bahasa. Hal ini serupa betul dengan apa yang disampaikan oleh Kentjono (2007) bahwa objek utama dalam kajian morfologi adalah morfem. Morfem merupakan dasar atau satuan terkecil di dalam proses pembentukan kata. Namun adapula pengertian lain dari morfem itu sendiri yakni sebuah bagian paling kecil namun tetap memiliki makna. Hal ini didasari oleh apa yang dipaparkan oleh Katamba (1994:19) morfem sebagai unit terkecil dari suatu kata yang memiliki Makna.

Secara bentuknya yang linier, morfem dapat dibagi menjadi morfem segmental dan morfem nonsegmental. Nah untuk morfem segmental sendiri proses morfemis ada empat macam:

  1. Pengafiksan atau bisa disebut dengan pengimbuhan, artinya terdapat peleburan imbuhan pada morfem dasar.
  2. Pengklitikan, yakni memberikan sebuah “klitika” pada morfem dasar.
  3. Pemajemukan, menggabungkan dua morfem dasar bahkan lebih untuk dapat membentuk suatu kata yang bersifat majemuk.
  4. Reduplikasi, yaitu menggabungkan dua morfem dasar yang sama atau bisa disebut dengan pengulangan.

Pada morfem dasar sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni

  1. Pangkal, sebuah morfem yang dapat berdiri sendiri maupun ditopang, untuk contohnya sendiri yakni “bekerja” bisa menjadi “kerja”.
  2. Akar, yakni morfem yang harus ditambahi imbuhan. Seperti: “Memberlakukan” dari morfem dasar “berlaku”.
  3. Pradasar, memerlukan imbuhan atau klitika agar menjadi sebuah morfem yang bebas. Contoh: dari kata dasar “ajar” bisa menjadi “mengajar” dan “kami ajar”

Morfem juga dapat dibagi menjadi morfem utuh dan morfem terbagi. Untuk morfem utuh sendiri yakni struktur dan tidak terbagi. Sebagai contohnya adalah makan, minum, dan lari. Kemudian untuk morfem terbagi yakni sebuah morfem yang diapit oleh unsur lain. Contohnya adalah: Memakan, meminum, dan berlari.

Morfem zero atau bisa dikatan sebagai morfem “nol”, artinya morfem ini tidak memiliki makna dan bunyi lanjutan. Sebagai contohnya adalah “Aku lempar batu ke arah selatan.” Seharusnya kata lempar ditambahi dengan imbuhan me- agar tidak terdapat kekosongan.

Referensi
Verhaar, J.W.M. (2001). Asas-Asas Linguistik Umum Cetakan ke-3. Yogyakarta: UGM Press.
Nugraheni, Y. (2012). Analisis Reduplikasi Bahasa Jawa Pada Novel Dom Sumurup Ing Banyu. Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya, 2(1).