Memahami Korelasi Antropologi dengan Linguistik Umum

1640163812788
Sumber gambar: https://images.app.goo.gl/R1G8ZCgUJ1ba8kBz6

Bahasa dan kehidupan manusia merupakan suatu perpaduan kompleks yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut terjadi karena bahasa digunakan sebagai media atau alat komunikasi oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, bahasa sebagai alat komunikasi dipelajari melalui suatu disiplin ilmu yakni linguistik. Linguistik sebagai ilmu yang mempelajari bahasa dan hal-hal yang terkait bahasa dalam lingkup umum juga sering disebut dengan istilah linguistik umum (Suhardi, 2013).

Linguistik umum yang mengkaji mengenai bahasa manusia dalam kehidupan bermasyarakat tentunya tidak terlepas dengan ilmu-ilmu lain yang saling berkaitan dengan kehidupan manusia. Salah satu contoh hubungan linguistik dengan ilmu lain adalah antropolinguistik. Antropolinguistik di sini merupakan gabungan antara ilmu antropologi dengan linguistik. Menurut Pateda (2011) yang dipelajari dalam antropolinguistik adalah korelasi antara penggunaan bahasa dan kebudayaan. Antropolinguistik ini sering disebut dengan istilah etnolinguistik karena memiliki kajian yang hampir sama yakni mengenai budaya. Akan tetapi, kajian dalam antropolinguistik ditekankan pada peran bahasa dalam mempelajari interaksi manusia dengan orang lain yang sesuai dengan konteks budaya. Selain itu, antropolinguistik juga mempelajari bagaimana perkembangan bahasa masyarakat di zaman dulu seiring dengan perkembangan budaya. Kemudian, bahasa dalam kaitannya dengan antropologi memiliki peranan penting dan hubungan timbal balik satu sama lain. Fungsi dan peranan antropoliguistik dengan bahasa di antaranya:

  1. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan begitu pun sebaliknya, hal ini dilihat dari banyaknya bahasa di suatu negara sebagai contohnya Indonesia yang memiliki beragam bahasa daerah yang dapat menjadi kekayaan budaya Indonesia dari segi bahasa.

  2. Bahasa sebagai sarana kebudayaan. Dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan kebudayaan itu sendiri dan proses pendataannya karena kebudayaan dapat dikembangkan lewat bahasa.

  3. Aturan dan cara berbahasa dipengaruhi oleh norma-norma kebudayaan. Maksudnya di sini yakni dalam hal tata cara atau adab berbahasa yang berlaku di masyarakat yang berkaitan dengan sopan santun. Sebagai contohnya adalah adanya hierarki berbahasa yang dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat seperti penggunaan panggilan kepada orang yang lebih tua, teman sebaya, lebih muda, dan panggilan khusus kepada seseorang yang lebih dihormati di suatu daerah. Tata cara berbahasa di sini juga dibedakan berdasarkan situasi kebahasaan tertentu, misalnya dalam bahasa Jawa ada penggunaan bahasa ngoko, krama inggil, dan krama alus.

  4. Antropolinguistik menelaah mengenai proses penamaan suatu benda sebagai lambang yang nantinya bermakna terpisah dengan yang lain. Misalnya dalam penamaan anak laki-laki yang lahir terakhir dalam bahasa Jawa yang dinamakan dengan kata “Ragil”.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa sebagai objek kajian linguistik memiliki keterkaitan yang kuat dengan budaya yang dipelajari dalam antropolinguistik. Bahasa dan antropolinguistik memiliki peranan yang saling memengaruhi satu sama lain, baik dari segi pemakaian dan perkembangannya dari zaman dulu hingga sekarang.

Sumber Referensi:
Busri, H., Badrih, M., Putra, D. A., Anisa, L. I. F., Sofiah, U., Istiqomah, F., … Dwiningrum, M. (2021). Linguistik Terapan Konsep Pembelajaran dan Penelitian Linguistik Mutakhir. Malang: Literasi Nusantara.

Pateda, M. (2011). Linguistik: Sebuah pengantar. Bandung: Angkasa.

Suhardi. (2013). Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.