Memahami Komunikasi dalam Abad ke-21: Kajian Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual

Oleh Hilda Ramadhita Hidayat dan M.Rohmadi

Bahasa merupakan system tanda bunyi yang sudah disepakati untuk digunakan oleh anggota masyarakat dalam bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Manusia tentu bisa berbicara tanpa melakukan kegiatan menulis. Namun, manusia juga bisa menulis tanpa berbicara. Bahasa memiliki fungsi yang begitu penting, yakni sebuah alat untuk komunikasi dan interaksi. Dalam melakukan kegiatan komunikasi menggunakan bahasa dapat menjadi perekat untuk manyatukan masyarakat, keluarga untuk bersosialisasi. Selain untuk berkomunikasi, bahasa juga memiliki fungsi untuk mengungkapkan ide, gagasa, isi pikiran, maksud, dan realitas. Maka dari itu, sebagai fungsi tekstual suatu bahasa dapat merealisasikan dan mewujudkan adanya suatu wacana yang berupa lisan dan tulisan.

Wacana merupakan unit bahasa yang dirangkai dalam bentuk kalimat yang berhubungan dalam suatu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dari segi makna dan bentuknya. Wacana dapat dibagi menjadi dua, yakni wacana lisan dan tulisan. Dalam sebuah wacana lisan memiliki struktur yang lebih bebas dari pada wacana tulisan, alasannya adalah penutur dapat memaparkan maksud dari tuturannya berlandaskan faktor situasi, sedangkan dalam wacana tulisan, sebuah situasi harus dipaparkan melalui kalimat. Pada sebuah wacana tulisan seringkali terjadi komunikasi antara penulis dan pembaca secara tidak langsung. Oleh sebab itu, komunikasi dalam sebuah wacana tulisan disusun menggunakan kalimat yang terstruktur, sehingga dapat mengandung pesan penting.

Sebuah wacana kritis tentu memerlukan analisis tekstual dan kontekstual terlebih dahulu. Sumarlam (dalam Polanda, M., & Putri, N. 2020.) mengatakan bahwa analisis tekstual merupakan analisis wacana yang megulas internal pada teks dalam upaya melihat dari segi kohesi (bentuk) dan koherensi (makna). Tentu berbeda dengan analisis kontekstual yang berhubungan dengan konteks. Sumarlam (dalam Polanda, M., & Putri, N. 2020.) juga menambahkan bahwa analisis tekstual dapat dibagi menjadi aspek gramatikal dan leksikal. Dalam aspek gramatikal sendiri terdapat beberapa bentuk, yakni referensi (pengacuan), subtitusi (penyulihan), ellipsis (pelepasan), dan perangkaian. Selain itu, dalam aspek leksikal terdapat beberapa bentuk, yakni repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Berbeda dengan analisis kontekstual dapat dilakukan untuk memaham konteks wacana. Sebuah konteks dalam wacana dapat dilihat dari dua bentuk, yakni konteks bahasa internal wacana dan konteks luar bahasa yang disebut juga dengan konteks situasi, konteks budaya atau konteks eksternal wacana.

Dalam abad ke-21, analisis semacam itu tetap relevan dan bahkan semakin penting mengingat perkembangan teknologi dan globalisasi yang memengaruhi produksi dan penyebaran teks dalam berbagai bentuknya. Berikut beberapa poin penting dalam sebuah kajian analisis wacana tekstual dan kontekstual pada abad XXI. (a) Teknologi digital dan media social, (b)Multimodalitas, (c)Politik identitas, (d) Globalisasi dan interkulturalisme, (e) Kritik terhadap media dan desinformasi, (f) Perubahan social dan budaya, (g) Kajian literasi digital.

Dengan demikian, analisis wacana tekstual dan kontekstual menjadi kunci dalam memahami makna dan struktur sebuah teks. Analisis tekstual memperhatikan kohesi dan koherensi teks, sementara analisis kontekstual menelusuri konteks di mana wacana itu dibuat. Dalam abad ke-21, pentingnya analisis semacam itu semakin bertambah seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi yang memengaruhi produksi dan penyebaran teks.

Sumber

Polanda, M., & Putri, N. (2020). Analisis Tekstual dan Kontekstual Naskah Novel Al-Khubzh Al-Hafiy Karya Muhammad Syukri. Diwan: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 6(1), 33.