Melodi Perjalanan Seni dari Pendidikan kepada Pengalaman

Masa putih abu merupakan masa yang pastinya sudah pernah dilewati oleh sebagian orang. Masa yang di dalamnya terdapat banyak kenangan manis dan pahit bercampur menjadi satu kenangan. Setiap kenangan yang tersimpan akan membekas di dalam kalbu.

SMA, Sekolah Menengah Atas, tempat dimana kita melanjutkan jenjang pendidikan setelah SMP. Tempat dimana para siswa mendapatkan haknya untuk menempuh pendidikan. Dalam tingkat tersebut, kita mengenal adanya kegiatan akademik dan non akademik. Kegiatan akademik adalah aktivitas yang cenderung mengacu pada sesuatu yang bersifat ilmiah. Sementara kegiatan non akademik kegiatan yang tidak memiliki hubungan dengan sifat ilmiah.

15 Juli 2019, saya diterima oleh salah satu sekolah menengah atas unggulan di Jawa Tengah. Sekolah tersebut memiliki kualitas yang baik dalam proses edukasi terhadap siswanya, memiliki beberapa ekstrakulikuler yang menunjang bakat serta minat siswa. Pada saat itu, saya sebagai siswa baru memutuskan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler seni olah vokal atau yang biasa dikenal sebagai paduan suara. Saya menganggap seni vokal sebagai hobi yang mungkin jika terfasilitasi dengan baik akan menjadi bakat bagi saya. Saya tergabung dalam grup dengan warna suara bass, meskipun warna asli suara saya adalah bariton. Kami berlatih dengan didampingi oleh guru seni vokal yang telah berpengalaman dalam bidang tarik suara. Pada awal kegiatan latihan, kita diharuskan untuk melakukan pemanasan vokal dengan diiringi oleh dering piano yang dioperasikan oleh guru kita. Pemanasan vokal yang kita lakukan adalah dengan humming, mengikuti tinggi nada tertentu yang bertingkat disertai dengan artikulasi atau pengucapan. Hal tersebut dilakukan agar suara kita terbiasa dengan nada-nada tertentu dan tentunya dapat dengan mudah menjangkau nada-nada tersebut. Kami berlatih minimal satu kali dalam satu minggu dengan membawakan beberapa lagu. Di samping latihan yang dijalankan, beberapa dari kami juga mengisi tim paduan suara yang biasa terdapat dalam upacara atau acara tertentu, seperti wisuda purna siswa.

Pada suatu waktu, saya ditunjuk untuk mengikuti sebuah seleksi sebuah lomba seni tingkat kabupaten di bidang vokal solo oleh guru seni budaya, Ibu Tri namanya. Pada seleksi tersebut terdapat dua kandidat yang lolos untuk mewakili sekolah dalam lomba vokal solo, salah satunya adalah saya. Kami diharuskan membawakan dua lagu bergenre pop, diantaranya adalah lagu dengan judul “Jikalau Kau Cinta” yang dipopulerkan oleh Judika dan “Tentang Rindu” yang dipopulerkan oleh Virzha. Tidak selamanya Ibu Tri sebagai guru pembimbing dapat menemani dalam proses latihan, terkadang kami juga dibantu oleh senior/kakak tingkat yang selalu sabar dalam melatih. Selain vokal solo, sekolah kami juga mengirimkan siswa dalam beberapa bidang perlombaan seperti, perlombaan gitar solo, baca puisi, monolog, tari, desain poster, film pendek, dan masih banyak lagi. Dalam proses latihannya, kami saling bertukar pikiran, memberikan semangat satu sama lain. Kami pun memperagakan sebagai penonton/juri yang memberikan masukan tentang penampilan yang dibawakan. Berminggu-minggu kami mempersiapkan diri agar dapat tampil dengan baik.

3 November 2019, Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang ditunggu-tunggu akhirnya terlaksana. Kami mempersiapkan diri untuk berangkat ke tempat perlombaan pada pagi hari. Tempat yang menjadi tuan rumah perlombaan tersebut adalah Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan atau yang akrab disebut Seminari Mertoyudan. Ketika tiba, kami langsung diarahkan ke beberapa aula berbeda yang sesuai dengan bidang perlombaan yang diikuti. Saya dan teman saya yang berlomba di bidang yang sama pun memasuki sebuah bangunan yang kental akan seni artistik belanda. Di dalamnya ternyata sudah banyak terisi oleh siswa perwakilan dari beberapa sekolah tetangga, yaitu SMA Pangudi Luhur Van Lith, SMAN 1 Kota Mungkid, dan masih banyak lagi. Perlombaan dimulai dengan sistem urutan yang telah ditentukan sebelumnya oleh panitia lomba. Seluruh perwakilan membawakan lagu yang telah ditentukan dengan performa yang bagus. Ketika hampir tiba pada giliran saya, perasaan yang saya rasakan yaitu cukup gugup dan tegang, mengingat ini adalah perlombaan pertama yang saya ikuti. Saya membawakan lagu yang telah ditentukan dengan menurunkan tinggi nadanya karena tipe suara saya yang tidak dapat setinggi nada asli lagunya. Dengan dukungan dari guru dan juga kakak tingkat yang terus memberikan semangat, saya pun dapat menampilkan performa semampu saya. Rasa lega bercampur cemas setelah maju tampil tidak dapat saya sembunyikan, berharap saya mendapatkan skor nilai yang memadai sebagai kandidat juara. Dikarenakan urutan saya yang berada di tengah dari seluruh perwakilan lomba, maka diharuskan menunggu hingga akhir penjurian. Hari mulai gelap, juri pun mengumumkan hasil skor yang didapatkan oleh masing-masing perwakilan sekolah yang telah tampil. Sangat disayangkan penampilan saya masih belum dapat menarik perhatian juri. Namun, saya tidak berkecil hati, saya ambil hal tersebut sebagai pengalaman baru sekaligus kenangan yang hingga sekarang tidak dapat saya lupakan. Untuk teman-teman yang sedang bersaing mengikuti perlombaan baik di bidang akademik maupun non akademik, berjuanglah semaksimal mungkin untuk mendapatkan sesuatu, entah itu piala, piagam perhargaan, ataupun pengalaman yang tak terlupakan.