Ini adalah pengalaman pertama saya pindah kota, meninggalkan kedua orang tua, dan memulai hidup mandiri. Sebelum melanjutkan cerita, saya ingin berbagi alasan mengapa saya memilih Universitas Tidar di Magelang sebagai tempat melanjutkan pendidikan. Keputusan untuk pindah ke Temanggung ini saya ambil sebagai langkah untuk melupakan kenangan buruk dan memulai kehidupan baru yang lebih baik.
Meninggalkan keluarga adalah hal yang tidak mudah. Saya masih mengingat dengan jelas momen perpisahan dengan kedua orang tua dan adik saya. Orang tua saya berkata dengan penuh kasih, “Yang bener ya sekolahnya. Ingat orang yang ada di rumah, jangan nyusahin orang lain di sana. Kalau ada apa-apa, bilang ke Mama.” Kata-kata itu terasa menancap di hati, membuat saya terdiam sejenak. Dalam perjalanan, pikiran saya dipenuhi oleh janji dalam hati, “Mah, Yah, tunggu aku sukses ya. Nanti aku pasti pulang untuk membahagiakan kalian.”
Namun, perjalanan ke Temanggung tidaklah mulus. Saya sempat tersasar beberapa kali. Salah satunya, saya tidak sengaja masuk ke perkampungan warga yang sedang menggelar acara yasinan—rasanya sangat malu! Untung saja saya akhirnya menemukan jalan besar yang familiar dan bisa kembali ke rute yang benar.
Di tengah perjalanan, saya berhenti di sebuah minimarket untuk beristirahat. Suasana tenang di sana memberikan sedikit energi baru. Setelah itu, saya kembali melanjutkan perjalanan, tetapi tak lama kemudian bensin hampir habis. Saya bergegas mencari SPBU terdekat, karena kehabisan bensin di jalan adalah salah satu kekhawatiran terbesar saya. Setelah mengisi bahan bakar, perjalanan dilanjutkan lagi.
Namun, nasib sial belum berakhir. Saya kembali tersasar, kali ini di daerah Pantura. Bukannya belok ke kiri, saya malah mengambil jalan ke kanan. Jalan yang saya lewati sangat sepi, minim penerangan, dan hanya modal nekat yang membuat saya terus maju. Setelah berjuang, akhirnya saya menemukan jalan yang benar. Saya memutuskan untuk beristirahat lagi di sebuah minimarket, di mana saya bahkan sempat berbincang dengan penjaga toko yang ramah.
Bagian perjalanan yang paling menantang adalah saat melewati Alas Roban di tengah malam. Jalannya gelap, sunyi, dan minim penerangan. Tidak ada kendaraan lain yang menemani, sehingga saya merasa benar-benar sendirian. Pikiran buruk sempat terlintas, tetapi saya hanya bisa pasrah dan terus melangkah. Ketika akhirnya saya sampai di daerah Temanggung, saya kembali tersasar akibat jalan satu arah yang membingungkan. Bahkan, saya sempat melewati jalan berkabut tebal yang membuat pandangan sangat terbatas.
Setelah perjuangan panjang, saya akhirnya tiba di tempat tujuan dengan badan menggigil kedinginan. Saya baru sadar kalau selama perjalanan saya lupa mengenakan sarung tangan. Untuk menghangatkan diri, saya membuat secangkir kopi, tetapi rasa lelah membuat saya langsung tertidur setelahnya.
Hari-hari pertama di kota baru memberikan banyak pelajaran. Sebagai mahasiswa Universitas Tidar, saya mulai bertemu dengan orang-orang dari berbagai daerah. Saya juga belajar untuk lebih mandiri dan beradaptasi. Selain itu, perjalanan ini mengajarkan saya pentingnya berpikir positif, tetap tenang dalam situasi sulit, dan selalu mengingat pesan orang tua.
Meski perjalanan ini penuh tantangan, saya percaya bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Pindah kota bukan hanya soal mencari tempat baru, tetapi juga tentang memperbaiki diri dan meraih mimpi.
Pesan Penting: Jangan pernah mencoba melewati Alas Roban sendirian di tengah malam, apalagi jika hanya modal nekat. Berdua saja rasanya sudah cukup mendebarkan, apalagi sendiri!
Akhir kata, saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan orang lain untuk selalu sabar menghadapi segala hal. Percayalah, Tuhan selalu melindungi kita. Semoga ke depannya, saya dan semua orang yang membaca cerita ini dapat meraih kebahagiaan dan kesuksesan.