Mekanisme Menoreh Wildan Yatim

“Berpikir merupakan berkembangnya suatu ide dan konsep yang terdapat dalam diri seseorang (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52). Sedangkan menurut Chrles S. Pierce proses berpikir memiliki dinamika gerak dari adanya keyakinan dari suatu keraguan yang ada kemudian merangsang untuk melakukan suatu penyelidikan, selanjutnya akhir (sementara waktu) untuk mencapai suatu keyakinan baru.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, proses berpikir berkaitan dengan kinerja mental yang membawa kerja otak serta melibatkan perasaan manusia. Berpikir sangat penting dalam membentuk proses mental seseorang. Kegiatan ini akan mendorong untuk mendeskripsikan, merencanakan, belajar, dan mencipta yang memiliki dampak positif.

WhatsApp Image 2023-04-11 at 11.14.44
Sumber: https://indosastra.com/
Gambar profil sastrawan Wildan Yatim

Proses berpikir ditimbulkan oleh adanya rasa keheranan dan kagum pada suatu hal yang dialami. Oleh karena itu, proses berpikir manusia berada dalam kondisi nyata pada subjek yang bersangkutan. Salah satu upaya dalam meningkatkan proses berpikir manusia pada pengembangan kemampuan berpikir kritis - kreatif melalui menulis.

Berpikir kritis - kreatif

Berpikir kritis - kreatif digunakan sebagai dasar proses berpikir dalam mengembangkan ide dan konsep dengan aspek berpikir secara rasional mengolah informasi dan bahan untuk mendeskripsikan. Kemampuan berpikir untuk meningkatakan kecerdasan memproses ialah kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir kritis secara mendalam dan berhati – hati dalam mengambil keputusan berkaitan dengan suatu hal yang dipercayai ataupun yang akan dilakukan. Kemampuan berpikir kreatif sifatnya baru diperoleh melalui coba – coba serta diimbangi dengan kemampuan berpikir dengan lancar, orisinal, luwes, dan elaborasi. Konsep berpikir kritis – kreatif diwujudkan dalam bentuk suatu kreativitas dalam menuangkan ide ke dalam suatu karya.

Proses kreatif muncul karena adanya perasaan dan pikiran yang didapat secara ekspresif dan apresiatif. Konsep sastra di Indonesia berkaitan dengan aktivitas membaca, menulis, dan berpikir kritis – kreatif. Sifat yang ada dalam karya sastra berbentuk puisi, cerpen, novel, dan prosa. Hal ini berarti bahwa sebuah karya sastra mengutamakan adanya keaslian dan keterbaruan yang didapat dari imajinasi ataupun fiksionalitas dalam bentuk berpikir kritis – kreatif yang tinggi dari pengarang. Hal-hal yang terdapat di dalamnya seperti tokoh, peristiwa, tempat, dan suasana merupakan hasil dari sebuah imajinasi atau rekaan.

Kerja Mengarang

Berkaitan dengan kerja mengarang dari seorang penulis. Bahwa mengarang merupakan upaya untuk meningkatkan suatu potensi dan menigkatkan kreativitas seseorang melalui serangkaian kegiatan dalam mendeskripsikan suatu gagasan. Mengarang menjadi keterampilan berbahasa dalam hal menulis. Berkenaan dengan ide atau gagasan mengarang penulis bermula dari kisah nyata yang dilihat ataupun dirasakan oleh penulis itu sendiri. Ide tersebut tidak selalu berawal dari imajinasi.

Menulis menjadi sarana penuangan pikiran yang ada setelah kegiatan mengarang. Menulis menjadi suatu proses kreatif dalam menuangkan gagasan secara tertulis dengan tujuan salah satunya untuk menghibur pembaca. Kerja mengarang bentuk dari proses berpikir kreatif yang berbentuk nonilmiah. Mengarang dan menulis merupakan kegiatan sama yang berarti mengarang.

Proses kerja mengarang yang dituangkan dengan menulis menjadi tempat berkreativitas. Tempat tersebut dimaknai sebagai suatu karya sastra yang memiliki ruang bagi penulis secara bebas dalam menampung semua gagasan. Kreativitas penulis tidak membuat puas terhadap ide yang terlintas dan tertuang dalam tulisan akan tetapi, akan terus berupaya untuk berproses dalam mengabadikan ide yang terlintas di kepala dengan mengolah dan menyempurnakan secara berkelanjutan. Karya sastra lahir dari proses kreatif mengarang menulis yang digunakan sebagai alat ekspresif melalui kata dan kalimat. Karya sastra yang tercipta secara ekspresif dapat dinikmati para pembaca dalam mencapai kepuasan tersendiri.

Proses Kepengarangan Wildan Yatim

Wildan Yatim adalah sastrawan dengan segudang karya sastra dan penghargaan. Lahir di desa terpencil perbatasan Tapanuli tidak membuatnya berkecil hati dalam mengapai cita-cita. Wildan Yatim memiliki riwayat masa kecil yang sangat gemar membaca. Didukung dari lingkungan keluarga ayah dan kakek beliau yang hobi membaca dan menulis.

Ayahnya yang berlangganan majalah dan kakeknya membaca dan menulis latin. Melalui pembawaan yang sudah ada dari keluarga mendorong Wildan Yatim untuk ikut terjun ke dalam belenggu kegiatan kesastraan. Sejak SD beliau gemar membaca berbagai bacaan seperti novel dan cerpen. Pada saat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, dia tinggal bersama pamannya di Jakarta.

Wildan Yatim berada pada kondisi perasaan yang penuh dengan keharuan, kemudian dari kondisi tersebut beliau menuangkannya ke dalam sebuah tulisan berbentuk cerpen yang dikirimkan ke sebuah majalah Sunday Courier.

Gagasan dan tema muncul secara mendadak dan ada setelah menempuh proses perenungan yang lama. Wildan Yatim menuangkan karangan ketika merasakan suatu keharuan pada peristiwa. Menurut beliau, cerita tidak serta – merta membawa suatu pesan akan tetapi, mengandung konflik, dan menarik untuk dibaca.

Ide yang muncul terjadi karena beliau melihat dan mendengar akan suatu peristiwa. Proses menulis beliau tergolong unik, Wildan Yatim tidak akan menuliskan suatu cerita apabila tidak mengetahui medan cerita itu berasal sebab dalam mengarang harus membayangkan suasana tempat cerita.

Proses menuangkan ide yang sudah melalui perenungan ke dalam suatu tulisan memerlukan beberapa tahapan. Dimulai dari penyusunan sebuah cerita atau proses mengarang yang ada dalam kepala yang disebut dengan penghamilan pertama. Tahapan penghamilan pertama terjadi pada saat mengetik cerita yang telah tersusun di kepala. Penghamilan kedua, terjadi pada saat mengetik karangan itu sendiri, dan waktu pengkoreksiannya yang berarti sampai penulisan draft pertama.

Pada tahap dua ini masih banyak koreksian, coretan, dan menambahi karangan. Ketiga, pada pengetikan ketiga sudah menjadi tulisan yang sempurna dan siap dikirimkan ke penerbit. Berbeda dengan proses kreatif kerja mengarang dalam novel yang membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan cerpen. Waktu yang dibutuhkan dalam menggarap sebuah novel berbulan-bulan pada penghamilan pertama saat merencanakan dan menyusunnya dalam kepala.

Penghamilan kedua mulai mendeskripsikan sebuah kerangka pada setiap bab dan judul bab dalam kertas dan ketiga berada pada tahap penyempurnaan. Penciptaan karya kreatif sastra tokoh Wildan Yatim tidak pernah memaksakan kehendak untuk terus menerus menulis, karena hal tersebut tidak bisa dipaksakan. Pada saat pikiran sedang buntu dan tidak timbul perenungan di kepala maka waktu beliau digunakan untuk membaca. Kendati hal tersebut Wildan Yatim tidak pernah berhenti dalam kerja kreatif menciptakan suatu karya sastra.

Terima kasih telah membaca :grinning:

2 Likes