Mari Pahami Jenis Pertentangan Makna dalam Ilmu Semantik

Halo sobat mijil, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga kalian sehat dan berbahagia ya! Aku mau tanya nih, kalian tau nggak sih kalau dalam ilmu semantik ada yang namanya pertentangan makna? Kalau belum tau, bisa simak penjelasan di bawah ini ya!

Fenomena pertentangan makna umumnya disebut antonimi, seperti hidup-mati, besar-kecil, tua-muda, atas-bawah. Menurut Chaer (1985: 35) menyatakan bahwa kata antonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan’. Dengan demikian, antonim berarti ‘nama lain untuk benda lain pula’. Istilah antonimi itu nantinya hanya digunakan sebagai salah satu macam dari jenis pertentangan makna. Menurut Trier (1931) menjelaskan bahwa pertentangan makna atau antonim yang terdapat dalam benak si pembaca dan pendengar, kemudian benar atau salah. Selain dari hak tersebut Trier pun berpendapat bahwa meski secara tidak langsung ternyata setiap huruf dalam kosa kata pun memiliki lawan atau pertentangan dan hanya satu lawan.

Menurut Lyons (1977:279) menyatakan bahwa pertentangan makna terdiri atas oposisi, antonimi, kelengkapan (complementary), dan kebalikan (converseness). Oposisi adalah pertentangan makna kata yang dibatasi hanya pada dua kata, misalnya utara dan selatan; barat dan timur; kanan dan kiri; depan, dan belakang, hitam dan putih. Antonimi adalah pertentangan yang dapat diukur dan dibandingkan, misalnya besar dan kecil. Kelengkapan (complementary) adalah pertentangan makna kata yang tidak dapat diukur, misalnya pria dan wanita; jantan dan betina; hidup dan mati. Kebalikan (converseness) adalah pertentangan makna kata yang terdapat pada relasi kata yang berlaku kebalikan atau timbal balik, misalnya meminta dan memberi, masuk dan keluar, membeli dan menjual.

Sedangkan menurut J. D Parera (2004: 191) menjelaskan bahwa pertentangan makna antara dua kata dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe, seperti; pertentangan makna mutlak, pertentangan makna banyak gradasi, pertentangan makna kutub, pertentangan makna berbalikan, pertentangan makna hierarkis, pertentangan makna terbalik. Berikut lebih jelasnya.

1. Pertentangan makna secara taksonomis
Pertentangan makna secara taksonomis dapat dikatakan sebagai pertentangan makna secara mutlak dalam kategori umum tertentu. Sebagai contoh mempertentangkan makna hidup dan mati. Antara hidup dan mati, secara umum terdapat batasan yang jelas dan tegas. Pertentangan ini disebut dengan pertentangan taksonomi kembar dan pisahan kembar. Untuk memisahkan ini kita dapat menggunakan konteks dalam logika berbahasa seperti dalam kalimat “Babi yang telah mati itu masih hidup”.

Selain taksonomi kembar terdapat juga taksonomi rating. Sebagai contoh logam, emas, perak, perunggu, besi, merkuri, dll. Cara menguji pertentangan ini dapat dilakukan dengan kalimat kontradiktif dalam logika. Misalnya “emas ini terbuat dari perak”. Contoh pertentangan ini terdapat beberapa kelompok, seperti; logam, binatang, pohon, buah, warna, bunyi, kendaraan, dll.

2. Pertentangan makna kekutuban
Dalam pertentangan makna kekutuban tidak selalu terdapat pertentangan mutlak. Pertentangan antara konsep “kaya-miskin”, “besar-kecil”, "tua-muda”, dsb, harus diruntunkan dalam satu skala antara dua kutub. Titik skala ini dapat dilihat dari gradasi yang dikatakan “sangat kaya, lebih kaya, cukup miskin” dan sebagainya.

Terdapat dua norma yang terletak diantara kedua kutub. Norma ini selalu berhubungan dengan objek. Kita tidak dapat mengatakan “orang kaya ini miskin”, namun dapat mengatakan “orang ini tidak miskin dan tidak kaya”. Berarti dalam hal ini memiliki satu norma yang berhubungan dengan objek antara kaya dan miskin.

3. Pertentangan berbalikan
Pertentangan ini berbeda dengan pertentangan lain. Sebagai contoh “Slamet suami Siti” dapat dibalik “Siti istri Slamet”. Kata suami dan istri memiliki makna berbalikan. Hubungan antara dua argumen ini berbalikan atau konversi.

Pertentangan berbalikan memiliki variasi dalam ciri kelogisan. Dalam pertentangan berbalikan terdapat pertentangan yang saling mengucilkan. Kata-kata tersebut tidak keluar serentak dalam satu konteks. Jika Arga dan Wijaya adalah orang yang sama, maka tidak mungkin dikatakan sebagai (1) Arga adalah ayah Wijaya dan (2) Wijaya adalah ayah Arga. Pertentangan ini disebut dalam logika asimetris.

4. Pertentangan hierarkis
Pertentangan yang bersifat hierarkis misalnya dalam ukuran, nama hari, nama bulan, angka. Ukuran seperti centimeter, meter, kilometer bertentangan secara hierarkis. Begitu pula yang lainnya. Seperti “selasa lalu adalah senin” adalah suatu kontradiksi.

5. Pertentangan kebalikan
Pertentangan kebalikan merupakan satu variasi yang utama dalam pertentangan kembar. Untuk menguji kelogisan dalam pertentangan kebalikan dipergunakan kaidah sinonim dalam kalimat. Kaidah tersebut mencakup 2 hal, yakni:
a. Penggantian satu istilah kebalikan dengan yang lain.
b. Pengubahan posisi negatif dalam hubungan dengan makna kebalikan itu.

Nah itu dia penjelasan mengenai pertentangan makna yang ada dalam ilmu semantik. Pertentangan makna yang bisa disebut dengan istilah antonimi memiliki beberapa jenis dan penjelasannya masing-masing. Semoga penjelasan tadi dapat bermanfaat bagi kalian ya!

Referensi:

Parera, J.D. (2004). Teori Semantik (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga

Chaer, Abdul. (1985). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Jskarta.

Lyons, Jhon. (1977). Semantics. Volume I. Melbourne: Cambridge University Press.

1 Like