Mari Mengenal Maras Taun Tradisi Tahunan Masyarakat Belitung

image

Seperti yang kita ketahui ada beraneka ragam tradisi di Indonesia, tak terkecuali di Kepulauan Bangka Belitung lebih tepatnya di Pulau Belitung yang mempunyai berbagai kekayaan budaya didalamnya. Meski di zaman modern, namun beberapa budaya masih tetap dilestarikan sehingga dapat kita saksikan sampai sekarang. Salah satu budaya di daerah Belitung ini yaitu tradisi Maras Taun atau disebut juga Maras Taon. Maras Taun merupakan salah satu tradisi ataupun upacara adat yang dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat di Belitung. Tidak diketahui pasti kapan tepatnya Maras Taun ini muncul dan berkembang, sehingga menjadi salah satu tradisi di Belitung akan tetapi kemunculannya diiringi dengan perkembangan pola pikir masyarakat Belitung. Maras Taun ini bermula dari masyarakat Desa Selat Nasik yang berprofesi sebagai petani yang setiap tahunnya memperingati hari panen padi ladang.

Maras Taun pada awalnya merupakan sebuah upacara syukuran panen padi yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Selat Nasik setahun sekali setelah panen padi, karena pada saat itu, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani ladang. Lalu seiring berjalannya waktu upacara ini berkembang menjadi selamatan kampung yang merupakan wujud dari rasa syukur atas berkah rezeki dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Alasan terjadinya perkembangan tersebut karena kebanyakan masyarakat sudah tidak berprofesi sebagai petani ladang. Meskipun begitu, hal tersebut tidaklah mengurangi keistimewaan dan kesakralan dari tradisi Maras Taun itu sendiri.

Maras Taun biasanya diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Karena pada masa lampau, padi di ladang hanya bisa dipanen setelah ditanam selama 9 bulan. Dalam perkembangannya, yang pada awalnya hanya di selenggarakan oleh masyarakat Desa Selat Nasik, namun lama kelamaan tradisi ini meluas menjadi peringatan ungkapan syukur seluruh masyarakat di Belitung, baik yang berpofesi sebagai petani, nelayan dan profesi lainnya. Bahkan penyelenggaraan Maras Taun ini biasanya diadakan secara meriah sehingga banyak masyarakat yang antusias dalam perayaan ini dan juga hadiri oleh Bupati Belitung.

Biasanya Maras Taun diselenggarakan selama lebih kurang tiga hari karena ada begitu banyak rangkaian acara yang akan diadakan. Mulai dari pembukaan, pertunjukan kesenian yang berasal dari Desa Selat Nasik seperti tarian dan nyanyian lagu yang berjudul “Maras Taun” yang menceritakan tentang kegiatan Maras Taun yang diadakan di Belitung, kesalan berupa lantunan doa syukur atas hasil panen yang diperoleh dan masih banyak lagi rangkaian acara lainnya dalam perayaan Maras Taun ini. Namun tentunya dalam perayaan Maras Taun ini ada rangkaian acara yang istimewa yaitu pemotongan lepat gede (besar) yang secara keseluruhan beratnya mencapai 25-110 kg. Lepat gede (besar) merupakan salah satu makanan atau kue dari Belitung, yang terbuat dari beras ketan atau beras merah dan dibungkus dengan daun pandan atau sejenisnya.

Tradisi Maras Taun ini sudah menjadi budaya ataupun identitas daerah Belitung, namun disetiap tahunnya penyelenggaraan Maras Taun selalu diagendakan di tempat pertama kali tradisi ini muncul yaitu di Desa Selat Nasik yang merupakan salah satu desa atau kampung yang ada di Daerah Belitung. Meskipun di zaman sekarang telah banyak budaya asing yang masuk dan mempengaruhi nilai-nilai budaya yang ada, namun hal ini tidak dapat menghalangi masyarakat Belitung untuk tetap melestarikan adat istiadat yang dimiliki, sehingga bentuk dari kebudayaan itu masih dapat kita jumpai dan lihat sampai saat ini. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga keutuhan dari nilai-nilai budaya kita sebagai generasi muda juga harus melestarikannya.

1 Like