Dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak bisa lepas dari bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi dan berasal dari alat ucap manusia. Tidak bisa dikatakan bahasa jika bunyi (berasal dari alat ucap manusia) tersebut tidak memiliki makna.
Terkait hal tersebut teori Saussure menyatakan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda. Tanda yang dimaksud tentu sudah sistematis dengan signifier (penanda) dan signified (petanda). Tanda memiliki pengertian yakni integritas dari suatu bentuk signifier (penanda) dan signified (petanda). Dengan demikian dapat dikatakan, penanda adalah “bunyi atau tulisan yang mengandung makna”. Jadi penanda dapat diartikan sebagai apa yang dikatakan, didengar, ditulis, dan dibaca. Sedangkan petanda dapat diartikan sebagai gambaran yang terlintas dalam pikiran, konsep, atau mental.
Selanjutnya mengenai pembahasan inti yakni terkait semiotik dan semantik.
Semiotik sendiri merupakan kajian tanda yang mencakup sistem tanda dan pemakainya. Semiotik berasal dari bahasa Yunani yakni semeion yang memiliki makna “tanda”. Semiotik sering juga disebut dengan semiologi dan semiotika. Kata “tanda” memiliki makna sesuatu hal yang merujuk pada adanya hal lain. Tentu hal ini hampir sama dengan makna tanda dalam semantik. Akan tetapi terdapat perbedaan antara tanda dalam semantik dan semiotika. Perbedaan tersebut yakni, semantik merupakan pengetahuan tentang lambang bahasa yang sifatnya konvensional. Sementara, semiotik merupakan pengetahuan tentang tanda yang sifatnya alamiah.
Semiotik muncul pertama kali disampaikan oleh Saussure, sebagai ilmu yang mencakup mengenai tanda sebagai salah satu bagian dari kehidupan sosial. Dengan demikian Saussure disebut sebagai “Bapak Semiotik”. Tidak hanya Saussure saja, nama Bartes dan Pierce dikenal sebagai ahli semiotika modern. Selanjutnya, mengenai pembagian tanda menurut Saussure, terbagi menjadi lima, yakni (1) signifier (penanda) dan signified (petanda), (2) form (bentuk) dan content (isi), (3) langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran), (4) synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik), serta (5) syntagmatic (sintagmatik) assosiative (paradigmatik).
Semiotik berpedoman bahwa tingkah laku/perbuatan manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, diharuskan terdapat di belakang sistem perbedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Tanda dalam lingkup semiotik bersifat arbitrer, bisa berbeda makna dalam menginterpretasikan makna tanda tersebut.
Berikut contoh ilustrasi mengenai kajian semiotik.
Sebuah ambulans melewati jalan raya dengan menyalakan sirine (lampu merah yang berputar-putar) menandakan keadaan darurat yakni terdapat orang sakit yang dilarikan menuju ke rumah sakit atau membawa/mengantarkan orang yang telah meninggal. Hal tersebut memiliki perbedaan penafsiran dengan tanda yang serupa, antara lain: 1) Sirine yang berasal dari sirine pada mobil polisi yang mengawal rombongan orang penting. Tanda tersebut memiliki makna agar pengguna jalan raya bisa menepi terlebih dahulu (memberikan kesempatan kepada sekelompok orang yang sedang dikawal polisi) untuk melewati terlebih dahulu. 2) Sirine yang berasal dari sirine pada mobil pemadam kebakaran. Tanda tersebut memiliki makna akan bahaya suatu bencana alam (kebakaran).
Berdasarkan contoh di atas, semiotik memiliki tujuan yakni mengetahui makna yang terdapat dalam sebuah tanda atau menafsirkan dari tanda tersebut. Tentunya dengan mengetahui makna tanda otomatis akan mengetahui pesan/informasi yang terkandung, khususnya dalam kegiatan komunikasi. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa interprestasi pada tanda akan beragam sesuai konsep kultural, ideologis, dan latar belakang dari orang yang memaknainya.
Menurut salah satu tokoh semantik Rusia, Lotman mengatakan bahwa adanya hubungan antara semantik dan semiotik. Semantik mempelajari lambang sedangkan semiotik mempelajari tanda. Berikut hierartki sistem semiotik menurut Lotman meliputi unsur (1) sosial budaya, baik dalam konteks sosial maupun situasional, (2) manusia sebagai subyek yang berkreasi, (3) lambang sebagai dunia simbolik yang menyertai proses dan mewujudkan kebudayaan, (4) dunia pragmatik atau pemakaian, (5) wilayah makna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan makna dalam semantik berdasarkan dari lambang bahasa berupa bunyi bahasa sementara makna dalam semiotik berdasarkan tanda yang telah terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Mengenai persamaan antara semantik dan semiotik adalah keduanya mempelajari tentang makna.
Referensi
Amalia, F., & Astri, W. A. (2017). Semantik Konsep dan Contoh Analisis. Malang: Madani.