Mari mengenal konstan-konstan logika!

Hai…teman-teman mijil semua, pada artikel ini kita akan mempelajari mengenai konstan-konstan logika dalam pembahasan semantik. Coba kita ingat lagi mengenai semantik terlebih dahulu, Semantik merupakan cabang dari linguistik yang mempelajari tentang arti atau makna dalam bahasa. Dalam semantik ini dipelajari banyak hal yang berkaitan dengan makna salah satunya pada pemabahan kita kali ini yakni tentang konstan-konstan logika.

UA SEMANTIK

APA SIH KONSTAN-KONSTAN MAKNA ITU ?

Sesuai uraian diatas mari kita pelajari bersama mengenai materi semantik yakni konstan-konstan logika. Sebelum membahas mengenai konstan-konstan logika makna perlu kita ketahui bersama dulu mengenai bahasa sesuai pendapat ahli yakni: menurut pendapat Devitt & Hanley (2006:1); Noermanzah (2017:2) yang mengungkapkan bahwa bahasa adalah pesan yang diungkapkankan dalam bentuk ekspresi sebagai alat komunikasi di situasi tertentu dalam beragam aktivitas. Sedangkan menurut pendapat Bertrand Russel seorang ahli filsafat yang menyumbakan pendapatnya tentang bahasa, yaitu bahasa menggambarkan atau melaporkan satu fakta tunggal berdasarkan hasil observasi. Perhatikan contoh kalimat berikut “Adik bermain kelereng dan kakak menulis cerpen di teras”. Pada kalimat atau proposisi tersebut memuat satu fakta tunggal. Dengan buah pikir atomis ini bermanfaat memberikan kriteria bahasa ilmu, yang melukiskan fakta sesuai dengan apa adanya. Sehingga dapat kita ketahui bahwa bahasa ilmu menuntut korespondensi dan korfirmasi dengan fakta artinya kalimat proposisi sebaiknya berlogika atomis.

Namun secara umum, kita tidak selalu dapat membuat kalimat proposisi dalam bentuk logika tunggal atomis. Nah, dengan proposisi logika atomis yang tungga dapat membentuk kalimat proposisi yang berlogika majemuk. Untuk membentuk logika majemuk kita perlu menggunakan kata-kata perangkai atau secara logika dapat disebut konstan-konstan logika. Contoh kata yang termasuk kedalam konstan-konstan logika menurut Ludwig Wittgenstein yaitu “Dan, Atau, Jika, Maka, Tetapi”. Adapun contoh kalimatnya adalah :
• “Lisa sedang memotong wortel dan Luca membaca novel”
• “Karina tidak ingin belajar Algoritma atau belajar Matematika”
• “Tono dihukum selama 4 tahun atau denda 10 juta”
• “ jika Taehyung lulus ujian Semantik, maka Taehyung akan mendapat hadiah sepatu.

Sebelum membahas konstan-konstan logika semakin jauh, mari kita ulas sedikit mengenai arti dari logika. Menurut pendapat Aristoteles (Harun, 1980) yang mengungkapkan mengenai arti logika yakni logika merupakan ajaran tentang berpikir, yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran. Sedangkan menurut R. G. Soekdijo (1983-1994:3) logika merupakan suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan nalar.

Setelah mengetahui mengenai logika, mari kita lanjutkan pembahasan mengenai konstan-konstan logika.

Konstan logika tidak mempunyai rujukan secara empiris, namun berfungsi menghubungkan dang merangkai proposisi-proposisi yang memiliki rujukan empiris. Dalam hubungan dengan kriteria makna bahasa ilmu, perlu memperhatikan hubungan antara proposisi-proposisi dalam bentuk logika majemuk. Berikut merupakan contoh dari konstan-konstan logika yang menambah pemahaman teman-teman semua :
• “Pak Jimin harus menyiram Bunga Dahlia hari ini atau Bunga Dahlia itu akan layu”
 Pada kalimat tersebut akan timbul interpretasi :
- Proposisi pertama : “Bunga Dahlia itu akan segar jika disiram ”
- Proposisi kedua : “jika Bunga Dahlia itu tidak disiram, maka Bunga Dahlia itu akan layu”
• “Tania harus membeli tiket konser itu hari ini atau Tania tidak dapat menonton konser”
 Pada kalimat tersebut akan timbul interpretasi :

  • Proposisi pertama : “Tania harus membeli tiket jika menonton konser”
  • Proposisi kedua : “jika Tania tidak membeli tiket konser, maka Tania tidak dapat menonton konser”
    • “Jika Yoongi berangkat pukul 06.00, tandanya semalan tidak tidur”
    “ketika Yoongi berangkat pukul 06.00, maka ia semalam tidak tidur”

Perlu kita pahami bersama, kalimat dengan konstan “jika…, maka…” bersifat hipotesis sehingga perlu diuji kembali untuk memperoleh kebenaran secara empiris. Sedangkan kalimat dengan konstan “ketika…, maka…” tidak perlu di uji lagi, kalimat tersebut menggambarkan gabungan dua fakta secara empiris mungkin telah diuji dan berlaku.
Nah gimana teman-teman semua apakah sudah paham mengenai konstan-konstan logika ? atau teman-teman semua malah tambah bingung nih ? semoga sahabat mijil semua paham ya…

Daftar pustaka :
Irwan Siagian. 2020. https://youtu.be/A__d7HQpmsU. Diakses pada tanggal 10 Juli 2022.

Noermanzah, N. (2019). Bahasa sebagai alat komunikasi, citra pikiran, dan kepribadian. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra (pp. 306-319).

Parera, J. D. (2004). Teori semantik. Erlangga.