Manusia Silver Si Pengamen Jalanan

Seorang pemuda sedang berdiri di persimpangan perempatan Genengan, Solo. Panas jalanan juga terik matahari tidak mengurangi usahanya untuk terus mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk menyambung hidup. Tanpa alas kaki, tanpa pelindung kepala, bahkan hanya dengan telanjang dada menyisakan celana pendek, ia rela mewarnai seluruh tubuhnya dari kaki, badan, wajah bahkan sampai ke ujung kepala dengan cat silver. Dengan membawa kardus bekas berwana silver mereka berkeliling dari pengendara satu ke pengendara yang lain. Beberapa pengendara yang iba kemudian memasukan uang sekenanya ke dalam kotak. Pandemi Covid-19 membuat perubahan diberbagai sektor dari ekonomi hingga budaya. Di sektor ekonomi masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan pengahasilan mereka. Hingga beberapa pemuda memutuskan untuk beralih profesi menjadi seorang manusia silver.

Manusia silver adalah sebutan bagi pengamen jalanan yang mewarnai tubuhnya dengan warna silver menggunakan cat. Kebanyakan dari mereka menjadi manusia silver bukanlah pilihan, akan tetapi sebuah keterpaksaan untuk bisa menyambung hidup di kondisi dunia yang sulit seperti ini. Hingga saat ini banyak sekali jumlah manusia silver di jalanan, hampir setiap lampu merah dan ruang publik pasti ada manusia silver, dari hal tersebut bisa disimpulkan bahwa karena pandemi Covid-19 ini menambah angka pengangguran dan masih kurangnya lapangan pekerjaan sehingga sebagian dari mereka terpaksa memutuskan untuk menjadi manusia silver. Tak jarang masyarakat menjumpai manusia silver di jalanan dan di sekitar lampu merah terlebih di kota kota besar. Dari muda hingga tua, laki-laki maupun perempuan, bahkan anak-anak sekalipun, mau tidak mau melumuri tubuh mereka dengan cat yang jelas-jelas dapat membahayakan kesehatan mereka demi memperoleh penghasilan.

Awalnya manusia silver hadir sebagai bagian dari sebuah seni pertunjukan kemudian dijadikan cara yang dilakukan banyak orang untuk menggalang dana bagi korban bencana namun seiring perkembangan zaman sangatlah disayangkan kini aksi manusia silver terbilang keluar jalur dari tujuan, mereka mengambil kesempatan terutama semenjak pandemi corona wabah sebagai mengais rejeki dengan kata lain sebagai sumber mata pencarian. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan makan sehari-hari menjadi alasan utama para manusia silver menjalani profesi ini. Munculnya manusia silver ini dikarenakan adanya dilema atas kondisi sosial masyarakat dan terdapat beberapa faktor lain, banyak orang yang harus kehilangan pekerjaannya akibat pandemi, para remaja yang putus sekolah dan tidak memiliki ijazah karena kondisi biaya dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengamen dengan gaya manusia silver agar dapat bertahan hidup ditengah kondisi yang ada. Namun sayangnya mereka mengesampingkan konsekuensi yang ada salah satunya adalah menggunakan cat yang belum tentu aman digunakan.

Mereka biasa mengecat seluruh bagian tubuhnya menggunakan cat sablon yang dicampuri minyak goreng agar menghasilkan efek berkilau saat terpapar sinar matahari. Tak jarang mereka juga menggunakan body lotion agar bau menyengat dari cat sablon berkurang. Setelah tubuh mereka selesai dilumuri cat kemudian mereka siap turun dijalan. Tentunya dari cat sablon ini dalam jangka pendek akan merusak kulit dan timbul iritasi, efek merah infeksi bahkan bisa sampai pembengkan.

Menurut alodokter, efek kesehatan dari cat perak tersebut dapat menyebabkan iritasi seperti terbakar, kemerahan dan gatal di kulit. Tidak hanya itu, jika cat digunakan pada bagian tubuh yang rentan seperti mata, hidung dan bibir, dapat menyebabkan iritasi, mudah masuk ke peredaran darah dan berisiko masuk ke saluran pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru.

Fenomena banyaknya manusia silver ini menjadi tugas tambahan bagi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, khususnya dinas sosial, karena sesungguhnya profesi seperti ini tidak mereka inginkan, namun dengan alasan untuk mempertahankan hidup, profesi ini menjadi pilihan karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak. Sebetulnya pemerintah sudah mengupayakan agar mereka meninggalkan profesinya, banyak dari manusia silver ini yang di tangkap dan direhabilitasi di penampungan dinas sosial milik pemerintah daerah dan diberikan pelatihan kerja, namun ketika keluar dari panti mereka tetap kesulitan mencari pekerjaan yang layak, sehingga mereka menjalankan kembali profesinya menjadi manusia silver.

Untuk itu penting sekali adanya kerja sama yang baik antara pihak pemerintah, swasta, serta masyarakat agar dapat membuka lapangan pekerjaan seluas luasnya bagi mereka yang benar-benar membutuhkan pekerjaan. Pengarahan dan bimbingan moral maupun keterampilan kiranya diperlukan agar orang-orang yang bekerja seperti manusia silver ini mengerti dan dapat meninggalkan atau mengganti pekerjaan mereka dengan pekerjaan yang lebih layak dan dengan penghasilan yang lebih menjamin hidup mereka. Uang memang bukan segalanya, namun segalanya memerlukan uang.

1 Like